Inilah salah satu alasan utama mengunjungi Konya. Memang untuk merasakan "kehidupan" Rumi. Penyair, sastrawan, dan pemikir rohani. Cerita tentang siapa Rumi silakan mencari sendiri. Gampang diperoleh. Bisa diakses dari situs-situs pengagum Rumi. Dalam hitungan detik cerita kehebatan Rumi bisa diunduh.
Saya berada dalam rombongan ini berusaha merasakan. Mencari pemahaman nuansa spiritual di museum Rumi. Silakan datang. Lalu nikmati, dan resapi suasana hening. Syukur bisa mendengar musik lembut. Musik tarian Sufi di Museum Rumi.
Eh, saya dapat cerita lain. Lima menit menjelang museum ditutup. Orang-orang bertubuh kekar tiba-tiba berubah sangar. Pandangan mata yang tadi bersahabat, dikurangi sedikit. Sekarang sorotnya tajam.
Tidak mungkin momen ini terjadi apabila datang dalam tempo longgar. Semua ada hikmahnya. Datang, masuk museum dengan tempo relatif pendek. Bahkan tergopoh-gopoh. Â Malah punya pengalaman baru. Mendengar lantunan musik tarian sufi. Kemudian, menjadi bagian dari tamu yang ikut "terusir"'.
Seperti dikutip pada awal tulisan. Tak ada namanya kebetulan. Tuhan mengatur semua kehidupan.
Artikel terkait:
Isrti Presiden Turki, Si Cantik Peduli Plastik
Melihat Masjid di Turki Selalu Dijaga Polisi
Tradisi, Atraksi, dan Inovasi Teh Turki
Salat Jumat di Blue Mosque, Dingin-dingin Hangat
Menarik Napas di Benteng Kapas Pamukkale
Hagia Sophia, Silaturahim Peradaban, Budaya, dan Agama
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H