Mohon tunggu...
Arifin BeHa
Arifin BeHa Mohon Tunggu... Penulis - Wartawan senior tinggal di Surabaya

Wartawan senior tinggal di Surabaya. Dan penulis buku.

Selanjutnya

Tutup

Trip Pilihan

Menarik Napas di Benteng Kapas Pamukkale

26 Februari 2019   17:24 Diperbarui: 26 Februari 2019   19:57 228
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Hotel Tripolis, Pamukkale. Sebelum rombongan berangkat Ines Andi Auliya sudah heboh. Salah seorang angota "Sahabat Manaya Explore Turkey" mengajukan pertanyaan. Ditujukan kepada pemandu wisata. Mengapa Situs Kota Pamukkale yang akan disinggahi pagi ini, disebut 'Benteng Kapas'. Namanya Indonesia banget. Apakah masih bisa lagi bertemu salju. 

Sang pemandu wisata, kebetulan seorang cewek, hanya melempar senyum. Mengangkat bahu. Menggerak-gerakkan kepala. Memberi tanda supaya sedikit bersabar. Jari telunjuknya malah menuding langit.

Matahari bersinar lembut. Cuma sebentar. Cahayanya memantul ke dalam kendaraan. Hanya sekilas, menyelinap malu-malu. Masih kalah hangat dibanding pemanas elektrik mobil. Di Turki pemanas elektrik merupakan barang berharga. Selalu terpasang di mobil atau di kamar hotel.

Satu jam berjalan. Mobil masuk gerbang Pamukkale. Melihat pemandangan pasir memutih, mirip kapas. Semua mengira salju. Sebab sebelah kanan dan kiri jalan berupa tebing masih diliputi salju. Apalagi pandangan mata sudah terbiasa akrab dengan salju.

Hamparan pasir dan batu di Benteng Kapas bagaikan salju (Foto ABH)
Hamparan pasir dan batu di Benteng Kapas bagaikan salju (Foto ABH)
"Pamukkale. Pamu, itu benteng, Kale artinya kapas" ujar sang pemandu.

Bagian depan, pintu masuknya sudah modern. Memanfaatkan teknologi canggih alias e-tiket. Selepas itu pengunjung benar-benar berhadapan dengan "Kota Tua". Tumpukan batu berserakan. Pintu gerbangnya masih utuh. Setengan lingkaran. Seperti kalau berada di Keraton Yogyakarta atau Solo.

Sedikit lebih ke dalam. Pasir putih, yang tadi terlihat dari kejauhan, semakin jelas. Halus laksana kapas. Posisinya sangat tinggi. Ada taman dan tersedia tempat duduk. Maka bisa melihat hamparan rumah-rumah penduduk di bawah. Lengkap dengan jalanan menukik. Sekitarnya ada parit, airnya deras mengalir.

Pamukkale memang sebuah situs. Terletak di bagian utara Turki, sekitar 18 km dari Provinsi Denizli.

Dilihat sekilas, Pamukkale bagaikan "istana kapas". Saat meginjakkan kaki seperti berada di atas salju. Hanya saja tidak dingin. Begitu lembut. Semua berwarna putih. Padahal Kota Tua Pamukkale tersusun dari batu dan pasir berwarna putih.

Pamukkale menakjubkan. Terbentuk berkat tangan Tuhan. Salah satu keajaiban alam. Ribuan tahun silam. Menurut cerita, terdapat satu kota. Tiap hari terjadi gempa lokal. Maka tak heran di beberapa sudut mudah dijumpai bekas reruntuhan. Saling menimbun. Berbentuk bongkahan batu. 

Lalu, menyusul seringnya gempa, muncul air panas mengandung kalsium karbonat. Keluar dan menguap. Akibat kandungan dalam air panas yang selalu meningkat, lama-kelamaan lokasi keluarnya air panas menjadi lapisan kapur putih. Menyerupai air terjun beku. Kemudian membentuk lapisan-lapisan kapur, mirip seperti tumpukan kapas berwarna putih.

Pamukkale masuk ke dalam "UNESCO World Heritage Site". Berada di tebing dengan ketinggian sekitar 200 meter. Di atas Kota Tua seluas 6 kilometer ini terdapat air terjun. Airnya panas. Membentuk parit-parit. Mengalir sampai di lembah. Menyisir masuk ke wilayah kunjungan turis.

Benteng Kapas Pamukkale, Turki. Narasi kejayaan masa lalu (Foto ABH)
Benteng Kapas Pamukkale, Turki. Narasi kejayaan masa lalu (Foto ABH)
Di bawah, airnya berubah. Berasa hangat. Air itu mengandung kalsium karbonat. Mengeluarkan asap. Lambat laun menguap dan menghilang. Hal ini menjadi salah satu daya tarik utama. Selain "hamparan kapas".

Wisatawan, melihat itu timbul hasratnya. Ingin merasakan nikmat air hangat. Mereka melepas sepatu lalu berendam kaki. Air alami tersebut sejak ribuan tahun, konon dipercaya sebagai terapi. Mempunyai efek bisa mengobati berbagai macam penyakit.

Unik lagi, ujar pemandu wisata, saat musim dingin air tetap mengalir. Saat musim dingin kawah-kawah air di kolam tersebut sebagian manjadi beku. Namun airnya tetap hangat sehingga kawasan ini menjadi pilihan berhangat-hangat ria.

Aliran air panas Benteng Kapas Pamukkale mengalami proses. Mengkristal menjadi putih. Secara alami. Lalu membentuk air berwarna kebiruan. Ketika memantul lagi, bagaikan pegunungan salju bila dilihat dari kejauhan.

Kota Tua Pamukkale. Narasi kejayaan masa lalu. Sejenak menarik napas. Di Benteng Kapas. Kuno, tetapi membekas.

Artikel terkait:

Isrti Presiden Turki, Si Cantik Peduli Plastik

Melihat Masjid di Turki Selalu Dijaga Polisi

Tradisi, Atraksi, dan Inovasi Teh Turki

Salat Jumat di Blue Mosque, Dingin-dingin Hangat

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Trip Selengkapnya
Lihat Trip Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun