Mohon tunggu...
Arifin BeHa
Arifin BeHa Mohon Tunggu... Penulis - Wartawan senior tinggal di Surabaya

Wartawan senior tinggal di Surabaya. Dan penulis buku.

Selanjutnya

Tutup

Humor Pilihan

"Jancukan" untuk Dahlan Iskan, Gubernur Basofi hingga Jokowi

4 Februari 2019   21:32 Diperbarui: 6 Februari 2019   00:09 254
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Lawak Simultan ide kreatif Djadi Galajapo (DokPribadi)

Berikutnya tahun 2003 dalam sebuah acara Pembauran Kebangsaan. Di depan Roeslan Abdoelgani mantan Menteri Luar Negeri dan Menteri Penerangan, Djadi juga pernah menyampaikan gagasannya. Ungkapan 'jancuk' dan 'jancukan' dikumandangkan lagi. Cak Roes, tokoh Angkatan '45 menyambut gembira spiritualitas di balik ucapan khas Suroboyo itu. Di luar dugaan.

Humor dan Pelawak

Sebuah kegiatan bisa menyita begitu banyak perhatian masyarakat hanya terjadi dalam dunia humor. Bukalah situs-situs jejaring sosial. Datanglah ke kota-kota di belahan bumi mana pun. Ribuan manusia sedang mencari hiburan. Bahkan mencari 'kesembuhan'. Lewat humor.

Secara fitrah, manusia selalu ingin membuat senang orang lain. Di sana kemudian terdapat kecenderungan orang suka bercanda. Untuk tujuan menghibur. Tentu harus ada keterkaitan satu sama lain. Membuat bahagia bagi yang dihibur maupun yang dihibur.

Bercanda bisa bermacam-macam. Satu sudut bercanda dinamakan humor atau lawak. Pelaku humor disebut humoris atau sering dibilang pelawak. Cilakanya tidak semua orang pintar menjadi pelawak. Sekalipun punya selera humor tinggi. Sebaliknya. Meskipun tergolong humoris, belum tentu mau disebut pelawak.

Sesungguhya humor suatu genre atau foklor. Genre ini kelihatan remeh. Bersifat santai. Tetapi sebenarnya punya nilai tinggi. Di tengah situasi dan konstelasi politik seperti sekarang, humor menjadi penting. Karena dapat menjadi psikoterapi. Dalam masyarakat multietnis. Multikelas. Multigolongan. Tanpa adanya humor hidup kita menjadi sangat genting.

Di Indonesia humor berkembang. Melalui berbagai ragam. Bisa hadir dalam sebuah grup lawak. Bisa tampil sendiri secara masif. Dengan bermacam-macam corak. Berbagai aliran.

Humor terus bergulir. Lawakan Djadi Galajapo adalah guyonan berkarakter. Katanya, "Lawakan yang berketuhanan akan melahirkan tawa yang berjiwa pancasila.

HM Cheng Hoo Djadi Galajapo berkecimpung cukup lama. Pengabdiannya lebih dari 35 tahun sebagai seniman humor. Mengukuhkan dirinya menjadi ikon budaya. Cak Djadi mendorong konsep HUMOR, Humanis Moralis. Pelawak adalah gagasan menjadi Penuntun Lalu di Segala Waktu.

Lawak Simultan ide kreatif Djadi Galajapo (DokPribadi)
Lawak Simultan ide kreatif Djadi Galajapo (DokPribadi)
Jangan kaget sekitar kediaman rumahnya sering terlihat spanduk atau baner. Tulisan spanduk itu berupa ajakan. Ada kalanya imbauan kebersihan. Suatu saat memberi wejangan, agar masyarakat rukun. Ada juga pesan menjaga kebhinekaan. Tujuannya cukup sederhana, ingin masyarakat di sekelilingnya memiliki perilaku baik. Semua biaya pembuatan spanduk dan baner dari uang pribadinya.

Cak Djadi, humornya lintas batas dan sarat nilai. Bukan tanpa nilai. Guyonannya bernilai dan tidak pernah bernila. Apalagi sebelangah. Hidupnya mendermakan pesan untuk membaktikan ajaran yang dipercayanya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humor Selengkapnya
Lihat Humor Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun