Berikutnya tahun 2003 dalam sebuah acara Pembauran Kebangsaan. Di depan Roeslan Abdoelgani mantan Menteri Luar Negeri dan Menteri Penerangan, Djadi juga pernah menyampaikan gagasannya. Ungkapan 'jancuk' dan 'jancukan' dikumandangkan lagi. Cak Roes, tokoh Angkatan '45 menyambut gembira spiritualitas di balik ucapan khas Suroboyo itu. Di luar dugaan.
Sebuah kegiatan bisa menyita begitu banyak perhatian masyarakat hanya terjadi dalam dunia humor. Bukalah situs-situs jejaring sosial. Datanglah ke kota-kota di belahan bumi mana pun. Ribuan manusia sedang mencari hiburan. Bahkan mencari 'kesembuhan'. Lewat humor.
Secara fitrah, manusia selalu ingin membuat senang orang lain. Di sana kemudian terdapat kecenderungan orang suka bercanda. Untuk tujuan menghibur. Tentu harus ada keterkaitan satu sama lain. Membuat bahagia bagi yang dihibur maupun yang dihibur.
Bercanda bisa bermacam-macam. Satu sudut bercanda dinamakan humor atau lawak. Pelaku humor disebut humoris atau sering dibilang pelawak. Cilakanya tidak semua orang pintar menjadi pelawak. Sekalipun punya selera humor tinggi. Sebaliknya. Meskipun tergolong humoris, belum tentu mau disebut pelawak.
Sesungguhya humor suatu genre atau foklor. Genre ini kelihatan remeh. Bersifat santai. Tetapi sebenarnya punya nilai tinggi. Di tengah situasi dan konstelasi politik seperti sekarang, humor menjadi penting. Karena dapat menjadi psikoterapi. Dalam masyarakat multietnis. Multikelas. Multigolongan. Tanpa adanya humor hidup kita menjadi sangat genting.
Di Indonesia humor berkembang. Melalui berbagai ragam. Bisa hadir dalam sebuah grup lawak. Bisa tampil sendiri secara masif. Dengan bermacam-macam corak. Berbagai aliran.
Humor terus bergulir. Lawakan Djadi Galajapo adalah guyonan berkarakter. Katanya, "Lawakan yang berketuhanan akan melahirkan tawa yang berjiwa pancasila.
HM Cheng Hoo Djadi Galajapo berkecimpung cukup lama. Pengabdiannya lebih dari 35 tahun sebagai seniman humor. Mengukuhkan dirinya menjadi ikon budaya. Cak Djadi mendorong konsep HUMOR, Humanis Moralis. Pelawak adalah gagasan menjadi Penuntun Lalu di Segala Waktu.
Cak Djadi, humornya lintas batas dan sarat nilai. Bukan tanpa nilai. Guyonannya bernilai dan tidak pernah bernila. Apalagi sebelangah. Hidupnya mendermakan pesan untuk membaktikan ajaran yang dipercayanya.