Mohon tunggu...
Arifin BeHa
Arifin BeHa Mohon Tunggu... Penulis - Wartawan senior tinggal di Surabaya

Wartawan senior tinggal di Surabaya. Dan penulis buku.

Selanjutnya

Tutup

Kebijakan Pilihan

Cerita Pendek "Hilangnya" Wakil Bupati Trenggalek

23 Januari 2019   11:22 Diperbarui: 23 Januari 2019   14:19 522
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Emil Lestianto Dardak (kanan) dan Muchamad Nur Arifin jelang Pilkada Langsung 2015 (DokPri)

Hari ke-17 Ramadhan 1436 H, bertepatan pada 4 Juli 2015. Satu jam menjelang buka puasa saya jumpa Mochamad Nur Arifin di lobi Hotel Le Meridien, Jakarta. Dia calon Wakil Bupati Trenggalek. Senja itu Arifin tampil rilek. Mengenakan batik berwarna merah.

Arifin lahir bulan April 1990, anak pertama dari keluarga tak mampu. Ayahnya, Mugianto, merantau dari Trenggalek ke Surabaya. Menjadi penarik becak di seputar Pasar Wonokromo. Ibunya kerja serabutan, mulai buruh cuci hingga momong anak bayi.

Arifin bercerita, dia menempati gubuk di sela-sela rumah mewah sekitar Bendul Merisi Surabaya. Itu pun atas kerelaan penghuni di perumahan tersebut. Sebagai pendatang baru Mugianto memiliki banyak pelanggan. Suatu hari Mugianto pernah dipukul oleh pengemudi becak lain karena merasa iri.

"Oalaaa, jika mengganggu orang lain mendingan berhenti jadi tukang becak. Ya, Allah jadikan saya orang berguna" ujar Arifin mengutip doa orangtuanya.

Dari tukang becak, kata Arifin, ayahnya jadi sales panci. Lalu ikutan berjualan panci. Diam-diam Mugianto juga menamatkan kuliah di sebuah perguruan tinggi swasta. Kehidupan ekonomi keluarga ini membaik, bahkan sangat cepat. Tahun 2007 Mugianto meninggal dunia, mewariskan beberapa pabrik panci.

Emil Lestianto Dardak (kanan) dan Muchamad Nur Arifin jelang Pilkada Langsung 2015 (DokPri)
Emil Lestianto Dardak (kanan) dan Muchamad Nur Arifin jelang Pilkada Langsung 2015 (DokPri)
Arifin mengambil alih kemudi keluarga. Tiga adiknya semua cowok, terbilang belum cukup umur. Demi keluarganya Arifin berhenti kuliah dari Fakultas Ekonomi jurusan Manajemen Universitas Airlangga Surabaya. Kejutan demi kejutan mewarnai kehidupan. Termasuk ketika dia memutuskan berumah tangga.

Gadis yang dikenalnya, Novita Hardiny presenter sebuah TV lokal. Apel pertama di bulan Ramadhan, buka puasa pertama di bulan Ramadhan. Ketika pulang, masih di jalan tol Novita telepon. Arifin kaget, ayah Novita meninggal dunia. Arifin balik ke Sidoarjo mengurus semua keperluan ayah Novita. Sejak dari rumah sakit, memandikan jenazah, sampai pemakaman. Arifin pada akhirnya mempersunting Novita.

Arifin memiliki  dua pabrik panci di Trenggalek. Sementara itu terdapat puluhan kantor pemasaran menyebar di berbagai tempat. Semua karyawan di pabriknya orang Trenggalek. Seminggu sekali, selama 3 hari tinggal di Trenggalek. Arifin juga melakukan apa saja demi kabupaten yang ia cintai. Kabupaten yang selalu disebut dengan daerah "tertinggal".

Orang Trenggalek enggan pulang kampung karena minimnya sarana dan prasarana. Ya pertanian, ya lapangan kerja. Lebih-lebih infrastrukturnya. Kalah dibanding Kabupaten Pacitan atau Kabupaten Tulungagung, wilayah tetangganya. Padahal dulu Trenggalek terkenal sebagai penghasil cengkeh.

Karena sering berinteraksi dengan masyarakat setempat Arifin punya niat maju sebagai calon Bupati Trenggalek. Dia berhitung, kalau hanya menjadi pemilik pabrik tidak banyak yang bisa dilakukan. Arifin berdoa agar bisa terkabul. Jika digalang secara masif, Arifin punya peluang.

Jumpa Emil Dardak

Dari Hotel Le Meridien saya diajak Gus Ipin, sapaan akrab Mochamad Nur Arifin, menemui Emil Dardak. Tempatnya di Plaza Semanggi, salah satu kawasan mal paling ramai di Jakarta.

Emil Dardak ditemani istrinya, Arumi Bachsin. Pengunjung mal saya amati selalu melihat sosok Arumi. Maklum dia artis ternama. Arumi sesekali melempar senyum kepada orang-orang yang menyapanya.

Arifin pamit. Seakan-akan memberi kesempatan agar berbicang agak lama. Inilah kali pertama saya ngobrol dengan calon Bupati Trenggalek, Emil Listianto Dardak. Politikus, penyanyi dan eksekutif muda dengan sederet gelar dan pengalaman. Emil bertekad membawa sang istri, Arumi ke Trenggalek, meninggalkan hiruk pikuk dunia hiburan di ibu kota.

Saya tidak terkejut. Saya sering dengar ucapan macam begitu. Banyak teman-teman saya dari "pusat" (baca, Jakarta) kalau ditugaskan ke daerah, selalu ingin cepat balik ke Jakarta. Sebagian orang atau pejabat di daerah pun lebih suka berkumpul di Jakarta.  Dengan kata lain, waktunya lebih banyak dihabiskan di Jakarta dibanding berada di daerah.

Emil Dardak santer dikabarkan ikut bursa Calon Walikota Depok pada Pilkada serentak 2015 itu. Namun ia lebih memilih maju di Pilkada Trenggalek yang digelar dalam waktu yang bersamaan dengan Depok. Mengapa bisa begitu?

Ternyata Arifin punya andil besar. Sewaktu, di Le Meridien Arifin cerita: niatnya maju sebagai calon AG-1 (istilah sebutan Bupati Trenggalek) dikaji ulang. Dia injak rem ketika ada isu Emil juga ingin maju. Dalam sebuah acara non formal, Arifin terang-terangan 'melamar' Emil.

"Mas (panggilan Arifin kepada Emil) jika Anda maju sebagai AG-1 saya siap mendampingi. Tapi kalau jalan sendiri-sendiri, kita bakal berhadapan," ujar Arifin. "Tapi, kalau kita bertarung kayaknya kurang menarik,"lanjut Arifin, menirukan ucapannya sendiri.

Sejak itu Arifin bergerilya. Kemana Arifin pergi, nama Emil selaku disebut. Sebagai pengusaha ia lihai berkomunikasi. Bisa diterima banyak pihak. 

Keluarga Emil Dardak pun bergerak. Hermanto Dardak, ayah Emil memiliki jaringan kuat di paguyuban warga Trenggalek. Hermanto pernah menduduki jabatan Wakil Menteri Pekerjaan Umum (2010-2014).

Emil Listianto Dardak dan Moch Nur Arifin akhirnya terpilih menjadi Bupati dan Wakil Bupati Trenggalek. Pasangan yang diusung PDIP dan didukung empat partai besar (Partai Golkar, PAN, Partai Demokrat, dan Partai Gerindra) ini dilantik pada 17 Februari 2016. 

Ketika resmi menjabat Kepala Daerah, Emil Dardak berusia 31 tahun sedangkan Mochamad Nur Arifin menginjak umur 25 tahun. Pasangan muda usia.

Tahun ke-2 koalisi yang disebut "Rumah Bersama Trenggalek" memasuki babak baru. Emil Dardak, digandeng Khofifah Indar Parawansa mengikuti Pilkada Gubernur Jawa Timur 2018 lewat Partai Demokrat. Mereka menang mengalahkan pasangan Saifullah Yusuf dan Puti Guntur Soekarno yang direkom oleh PDIP. Emil terpilih menjadi Wakil Gubernur Jawa Timur periode 2019-2024.

Tetapi ada risiko. Emil Dardak dipecat dari PDIP. Partai berlambang Banteng tersebut menilai Emil sudah melanggar aturan karena nyalon lewat Partai Demokrat. Padahal sewaktu menjadi Bupati Trenggalek Emil merupakan kader PDIP. Kejadian seperti ini menurut saya lumrah. Kerap terjadi. Itulah realitas politik.

Doa yang Terkabul

Jika kemudian Arifin dilantik sebagai Bupati Trenggalek menggantikan Emil bulan Februari 2019 mendatang sangat wajar. Saya tidak terkejut. Bukankah sudah lama dicita-citakan? Doanya dikabulkan oleh Tuhan. Jangan pernah lupa, harapan dan cita-cita itu merupakan doa

Wabup Trenggalek klarifikasi via instagram @avinml (Instagram)
Wabup Trenggalek klarifikasi via instagram @avinml (Instagram)
Justru saya kaget setelah mendengar kabar Arifin, Wakil Bupati Trenggalek tiba-tiba "menghilang". Sejak Senin malam beberapa media online ternyata ambil bagian menurunkan berita tersebut dengan bermacam-macam sudut pandang.

Rubrik Politik & Hukum Harian Kompas (Selasa, 22/1/2019) menulis, 'Wakil Bupati Trenggalek Terancam Sanksi'. Wakil Bupati Trenggalek, Jawa Timur, Mochamad Nur Arifin terancam sanksi akibat tak izin saat bepergian ke mancanegara pada 9-19 Januari 2019. Gubernur Jawa Timur Soekarwo menerima surat aduan dari Bupati Trenggalek. Surat bernomor 94 tanggal 19 Januari 2019 ditandatangani Bupati Emil Listianto Dardak.

Soekarwo berjanji akan meneruskan laporan Emil ke Menteri Dalam Negeri. "Wakil Bupati Trenggalek tidak ada di tempat dan tak melaksanakan tugas pejabat negara" jelas Soekarwo yang juga Ketua DPD Partai Demokrat Jatim.

Saya foto berita tersebut. Lalu, pukul 08.00 wib saya kirim ke Arifin. Sekitar pukul 08.11 wib dia merespon. "Sudah saya jawab di instagram," balas Gus Ipin lewat WA. Seketika itu saya buka akun @avinml.

Ada tiga rangkaian video merekam adegan Mochamad Nur Arifin. Mengenakan setelan jas warna gelap, dia bicara dalam bahasa Inggris. Sampai siang hari (Rabu, 23/1/2019) video sudah ditonton oleh 3.696 pengguna instagram. Mendebarkan juga nonton video berdurasi tiga menitan ini. Beberapa kali terdengar suara tepuk tangan dari peserta seminar yang hadir. Heboh banget.

Antara serius dan tidak, Arifin menulis menggunakan bahasa Indonesia: Ini sebagian perjalanan saya dari tanggal 11-19 di Eropa. Bukan perjalanan dinas tapi inisiatif pribadi dengan biaya pribadi. Saya (Arifin) sadar bukan siapa-siapa dan tidak punya kemampuan apa-apa untuk membawa perubahan. Tetapi bertemu mereka dan melihat dunia luar memberi tambahan energi untuk saya...

Adapun mekanisme birokrasi sudah dijalankan dengan tepat oleh Pemkab beserta seluruh jajaran merespon kepergian saya. Mohon maaf semua berita yang meresahkan masyarakat, bahkan ada yang khawatir dikira saya diculik. Iya, diculik istri saya @novitamochamad.

Cak Ipin dan istrinya @novitamochamad (instagram)
Cak Ipin dan istrinya @novitamochamad (instagram)
Di hari yang sama, Arifin mengunggah foto bersama istrinya. Lokasinya sudah di Trenggalek. Kali ini tulisannya sangat menggoda, "Perjalanan pulang setelah mendampingi Kyai, dicegat emak-emak berdaster ditodong foto dan dimarahi --pun Pak ojo ilang eneh, neng Nggalek wae (Jawa: Sudah Pak, jangan menghilang lagi. Sudah, di Trenggalek saja)".

Melalui beberapa kawan, saya memperoleh gambaran. Sekaligus mendapat kejelasan. Semuanya masuk akal. Menghilangnya Wakil Bupati Trenggalek ibarat sebuah cerita pendek.

Dapat dipastikan, kerja sama antara Emil dan Arifin sudah kendor jika enggan disebut melemah. Arifin mungkin lelah. Bisa jadi karena sering mengalah. Eh, maksudnya, hubungan antara Bupati Trenggalek Emil Dardak dan  Wakilnya Moch Nur Arifin, lho ya!

Entah sejak kapan...

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Kebijakan Selengkapnya
Lihat Kebijakan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun