Mohon tunggu...
Arifin BeHa
Arifin BeHa Mohon Tunggu... Penulis - Wartawan senior tinggal di Surabaya

Wartawan senior tinggal di Surabaya. Dan penulis buku.

Selanjutnya

Tutup

Politik Artikel Utama

Repotnya Rekam Biometrik untuk Calon Jamaah Umrah dan Haji

15 Januari 2019   14:38 Diperbarui: 15 Januari 2019   20:54 1714
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Pemberlakuan sistem rekam biometrik VFS Tasheel oleh Pemerintah Arab Saudi awalnya dimaksudkan untuk mengurangi antrean saat kedatangan di bandara Jedah maupun Madinah. Akan tetapi pada praktiknya kebijakan itu telah berubah menjadi prosedur tambahan yang sangat menyulitkan jamaah umrah.

Mukharam Khadafi (kanan) dengan jemaah layanan umrah privat (Dok Pribadi)
Mukharam Khadafi (kanan) dengan jemaah layanan umrah privat (Dok Pribadi)
"Ternyata, di Jedah dan Madinah jemaah kami tetap melakukan sidik jari dan rekam mata ulang secara manual. Masih seperti yang dulu. Tak ada perubahan" ungkap Mukharam Khadafi, Direktur Manaya Indonesia Tour and Travel.

Kadhafi menghimbau kepada Kementerian Agama segera mengatasi masalah tersebut. Sistem ini ditolak sekalipun posisi Indonesia sangat kuat. Sebaliknya, katanya, apabila berlanjut bisa berakibat fatal dan menimbulkan kemarahan masyarakat".

Dia mengatakan: "Pak Menteri Agama, kebijakan biometrik dalam prakteknya terasa menyiksa dan menyakitkan".

Arti "menyakitkan" itu bukan berasa seperti dicubit. Lebih dari itu. Prosedur urusan dengan VFS Tasheel berdampak pada fisik dan psikis. Berkali-kali jari tangan Khadafi menunjuk arah ke ulu hatinya.

Pemberlakuan rekam biometrik bertolak belakang dengan semangat Visi Misi Arab Saudi Menuju 2030. Pemerintah Saudi membuka lebar-lebar kesempatan warga Muslim di seluruh dunia nuntuk menikmati tempat wisata menarik di sana. Otoritas di Saudi beranggapan destinasi wisata ziarah yang meliputi objek sejarah dan budaya Islam memiliki potensi sumber pendapatan besar.

Para pengamat menilai Visi 2030 Arab Saudi merupakan senjata meraih pundi-pundi baru. Pemerintah Saudi sedang menggali sektor pariwisata, seiring mulai terpuruknya industri minyak yang selama ini menjadi andalan utama.

Sampai dengan titik ini boleh dibilang sangat prihatin. Kita seringkali dihantui semacam bayang-bayang, bahwa kemajuan teknologi dan agama menjadi benturan peradaban.

Padahal jika dikemas secara benar, keduanya sangat harmoni.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun