Mohon tunggu...
Arifin BeHa
Arifin BeHa Mohon Tunggu... Penulis - Wartawan senior tinggal di Surabaya

Wartawan senior tinggal di Surabaya. Dan penulis buku.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Artikel Utama

Isu Ojek Online Menularkan Virus Kebaikan

9 Desember 2018   21:25 Diperbarui: 10 Desember 2018   13:02 1190
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Seno Aji selfie selepas menurunkan saya (Dok Pribadi)

Bloomberg baru saja merilis orang-orang di dunia yang paling menginspirasi. Mereka itu orang-orang yang terlibat dalam dunia bisnis dan keuangan, entertainment, politik hingga teknologi dan ilmu pengetahuan di mana sosoknya bisa membawa perubahan besar di tahun 2018 ini. 

Cukup menarik perhatian. Dalam 50 daftar sosok-sosok yang ada, Nadiem Makarim, pendiri Go-Jek masuk ke dalamnya. Laporan itu menyebut bahwa Go-Jek telah mengubah kehidupan masyarakat Indonesia dalam waktu yang cepat. 

"Tidak ada aplikasi yang telah mengubah kehidupan di Indonesia dengan cepat seperti Go-Jek. Fokusnya tidak hanya pada pemesanan sepeda motor (ojek), tetapi juga menjadi cara untuk membayar tagihan, memesan makan, atau menjadwalkan pembersihan rumah," tulis laporan itu, Jumat (7/12/2018). 

Dalam keterangannya, 2018 Bloomberg 50 mengatakan bahwa layanan "berbagi aplikasi" Go-Jek yang berbasis di Indonesia juga bisa mendobrak untuk ekspansi ke luar negeri.

Jauh sebelum Go-Jek populer saya punya langganan tukang ojek, namanya Taufik. Mangkalnya selalu di depan Rumah Makan Pagi Sore, Jl. Krekot Bunder, Jakarta. Berjarak tidak jauh dari jembatan penyeberangan Pasar Baru. Rumah makan ini didirikan dan dikelola oleh para pendiri Harian Pos Kota.

RM Pagi Sore terkenal dengan olahan kepala ikan kakap. Setiap tugas ke Jakarta mau balik ke Surabaya saya sempatkan membeli masakan tersebut untuk dibawa pulang. Dari Krekot Bunder saya diantar Taufik ke pangkalan bis Damri di Gambir, kemudian lanjut menuju Bandara Soekarno Hatta. 

Saya merupakan bagian dari keluarga besar Pos Kota (wartawan 1979-1983), jadi kadangkala cukup pesan lewat telepon sang juru masak. Saya menunggu di hotel atau di terminal bis Damri Gambir. Semuanya beres ditangani tukang ojek langganan. 

Pada 2015 -setelah berkenalan lebih dari 10 tahun lamanya, lelaki berkumis tebal itu sakit. Dia pulang kampung ke daerah asalnya di Tegal (Jawa Tengah). Beberapa kali saling sapa lewat SMS. Tetapi, suatu hari saya telepon yang terima istrinya. Dikabarkan, bahwa Pak Taufik telah meninggal dunia. Tentu saya kaget, wong seminggu sebelumnya masih sempat SMS. Inna lillahi wa inna ilaihi rajiun. 

Semenjak itu saya memulai dengan kebiasaan baru. Dari dan menuju Krekot Bunder naik Go-Jek. Terhitung sudah puluhan kali menikmati layanan jasa ojek online. Sedikit demi sedikit, cerita menarik berhasil saya simak dari balik kehidupan mereka.

Pernah suatu ketika setiba dari Jakarta, keluar Bandara Juanda saya sengaja naik Bis Damri tujuan Terminal Bis Bungurasih. Saya turun di lampu merah pertigaan Raya Bandara Juanda dengan Raya Paben. Jalan kaki sebentar, sesampai di depan Hotel Sinar pesan Go-Jek menuju rumah kediaman.

Di tengah perjalanan pengemudi Go-Jek bertanya, "Pak, sewaktu pesan tadi apa tidak niteni (perhatian) nama saya? Sebenarnya sempat sekilas membaca namanya. Tapi, ketika memesan Go-Jek lebih sering menghafal nomor sepeda motor, ketimbang nama pengemudinya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun