Bloomberg baru saja merilis orang-orang di dunia yang paling menginspirasi. Mereka itu orang-orang yang terlibat dalam dunia bisnis dan keuangan, entertainment, politik hingga teknologi dan ilmu pengetahuan di mana sosoknya bisa membawa perubahan besar di tahun 2018 ini.
Cukup menarik perhatian. Dalam 50 daftar sosok-sosok yang ada, Nadiem Makarim, pendiri Go-Jek masuk ke dalamnya. Laporan itu menyebut bahwa Go-Jek telah mengubah kehidupan masyarakat Indonesia dalam waktu yang cepat.
"Tidak ada aplikasi yang telah mengubah kehidupan di Indonesia dengan cepat seperti Go-Jek. Fokusnya tidak hanya pada pemesanan sepeda motor (ojek), tetapi juga menjadi cara untuk membayar tagihan, memesan makan, atau menjadwalkan pembersihan rumah," tulis laporan itu, Jumat (7/12/2018).
Dalam keterangannya, 2018 Bloomberg 50 mengatakan bahwa layanan "berbagi aplikasi" Go-Jek yang berbasis di Indonesia juga bisa mendobrak untuk ekspansi ke luar negeri.
Jauh sebelum Go-Jek populer saya punya langganan tukang ojek, namanya Taufik. Mangkalnya selalu di depan Rumah Makan Pagi Sore, Jl. Krekot Bunder, Jakarta. Berjarak tidak jauh dari jembatan penyeberangan Pasar Baru. Rumah makan ini didirikan dan dikelola oleh para pendiri Harian Pos Kota.
RM Pagi Sore terkenal dengan olahan kepala ikan kakap. Setiap tugas ke Jakarta mau balik ke Surabaya saya sempatkan membeli masakan tersebut untuk dibawa pulang. Dari Krekot Bunder saya diantar Taufik ke pangkalan bis Damri di Gambir, kemudian lanjut menuju Bandara Soekarno Hatta.
Saya merupakan bagian dari keluarga besar Pos Kota (wartawan 1979-1983), jadi kadangkala cukup pesan lewat telepon sang juru masak. Saya menunggu di hotel atau di terminal bis Damri Gambir. Semuanya beres ditangani tukang ojek langganan.
Pada 2015 -setelah berkenalan lebih dari 10 tahun lamanya, lelaki berkumis tebal itu sakit. Dia pulang kampung ke daerah asalnya di Tegal (Jawa Tengah). Beberapa kali saling sapa lewat SMS. Tetapi, suatu hari saya telepon yang terima istrinya. Dikabarkan, bahwa Pak Taufik telah meninggal dunia. Tentu saya kaget, wong seminggu sebelumnya masih sempat SMS. Inna lillahi wa inna ilaihi rajiun.
Semenjak itu saya memulai dengan kebiasaan baru. Dari dan menuju Krekot Bunder naik Go-Jek. Terhitung sudah puluhan kali menikmati layanan jasa ojek online. Sedikit demi sedikit, cerita menarik berhasil saya simak dari balik kehidupan mereka.
Pernah suatu ketika setiba dari Jakarta, keluar Bandara Juanda saya sengaja naik Bis Damri tujuan Terminal Bis Bungurasih. Saya turun di lampu merah pertigaan Raya Bandara Juanda dengan Raya Paben. Jalan kaki sebentar, sesampai di depan Hotel Sinar pesan Go-Jek menuju rumah kediaman.
Di tengah perjalanan pengemudi Go-Jek bertanya, "Pak, sewaktu pesan tadi apa tidak niteni (perhatian) nama saya? Sebenarnya sempat sekilas membaca namanya. Tapi, ketika memesan Go-Jek lebih sering menghafal nomor sepeda motor, ketimbang nama pengemudinya.
Umrah Gratis
Sebenarnya saya tidak fanatik sebatas Go-Jek. Pernah juga berkenalan dengan Agus Yulianto (46th), pengemudi Grab. Agus tengah antre suntik meningitis di Kantor Kesehatan Pelabuhan di Perak Surabaya, 12 Februari 2018. Ceritanya, lelaki asal Blitar (Jawa Timur) ini mendapat hadiah Umrah secara gratis.
Dengan jujur Agus mengakui, sebenarnya dia sedang galau. Sepanjang tahun 2017 ujian dan cobaan silih berganti menyapa hidupnya. Agus pun lantas bekerja serabutan. Pekerjaan mengemudi taksi hingga sopir truk trailer ia jalani demi menutupi kebutuhan hidup keluarganya.
Tanggal 8 November 2017, Agus mendaftar sebagai pengemudi Grab di Surabaya. Baru berjalan 9 hari kerja, tiba-tiba dia menerima pesan WhatstApp dari nomor kantor induk. Isinya, "Anda mendapat panggilan ke Baitullah".
Semula sempat ragu terhadap kebenaran isi pesan tersebut. Agus merasa mantab setelah pada 8 Januari 2018 memperoleh pesan susulan dari nomor yang sama dengan tulisan: "SELAMAT Anda terpilih untuk #GrabUmrah.
Rezeki sering kali datang tanpa diduga. Agus Yulianto mengucapkan syukur. Di balik cobaan hidup yang dialami, ternyata ada berkah dan hikmah. 10 Maret 2018 Agus berangkat Umrah lewat Jakarta, bersama 10 rekan-rekannya yang terpilih. Seluruh biaya ditanggung oleh Grab, perusahaan tempat dia bekerja.
Rezeki halal
Kisah ojek online berlanjut, sampai kemudian saya bertemu pengemudi Go-Jek, pada Malam Minggu lalu (Sabtu, 1/12/2018). Vedi Irawan, bertampang ramah, usianya menginjak 27 tahun. Malam itu, baru pertama kali Vedi menyandang predikat sebagai "tukang ojek". Bahkan, saya orang kedua yang dia antar.
Seperti pengemudi ojek online pada umumnya, Vedi sudah mempunyai pekerjaan tetap. Dia karyawan bagian dapur di Rumah Sakit Husada Utama, Surabaya. Tugasnya cukup mulia. Menyediakan menu masakan untuk keperluan makan ratusan pasien. Vedi menakar semua kebutuhan gizi sesuai kondisi penderita. Lulusan SMK Perhotelan Satya Widya ini sedikit pun tidak boleh keliru. Sekali lengah dalam penyajian bisa berakibat fatal pada kesembuhan pasien.
Vedi Irawan mengaku sangat bersemangat meraih rezeki -yang menurut dia, halal untuk dinikmati bersama keluarganya. Dinikmati bersama keluarga? Ya, selain sudah membina rumah tangga, Vedi juga ikut menanggung kebutuhan orangtuanya. Vedi bersama istrinya menempati rumah kos di Ketintang, sedangkan ibu dan bapaknya tinggal di daerah Ampel Surabaya.
Bidikmisi adalah bantuan biaya pendidikan dari pemerintah bagi calon mahasiswa tidak mampu secara ekonomi. Peserta Bidikmisi harus memiliki potensi akademik pda program studi unggulan sampai lulus tepat waktu.
***
Pradoto, seorang teman bertempat tinggal di Taman Indah Menanggal Surabaya. Rumahnya berdekatan dengan SMA 15, sehingga hampir setiap hari berjumpa pengemudi ojek online. Sebagai sarana antar jemput sekolah, Pradoto melihat sendiri betapa tinggi “kesetiaan” mereka melayani pelanggannya.
“Orang tua percaya kepada pengemudi ojek online. Jangan ada lagi yang mencemooh meremehkan ojek online. Mereka sangat membantu kesulitan kita. Mereka juga bekerja untuk mendapat rejeki halal,” kata Pradoto.
Masuk akal apabila terkagum-kagum kepada sederet pengemudi ojek online yang pernah mengantarkan saya. Mereka yang sudah meluangkan waktu berbagi cerita selalu punya tujuan baik. Ingin menambah penghasilan. Berbuat baik demi keluarga.
Menjadi juara bukan hanya pemenang lomba, melainkan juga setiap orang yang mampu menaklukkan pergulatan hidup.
Mungkin saat ini Anda masih mengaspal di jalan raya. Kepanasan atau kedinginan karena hujan. Cara Anda menyajikan kebaikan untuk penumpang atau kepada keluarga, tanpa ada tanda-tanda untuk berhenti.
Isu ini perlu diangkat. Dengan cara sederhana, Anda -para pengemudi ojek online, telah menularkan virus kebaikan.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H