Trimoelja D Soerjadi menjadi memang terkenal. Ia sangat berani menentang kebijakan pemerintahan Orde Baru, terkait mesalah hukum. Salah satu kasus yang merupakan highlight dalam perjalanan profesi advokat adalah saat menangani pembunuhan Marsinah (1993). Kasus ini mengantarnya menerima penghargaan Yam Thiam Hien Award tahun 1994.
Dipanggil Waras
Di kalangan kerabat dan kawan dekatnya, Trimoelja kecil dipanggil dengan nama "Waras" -bahkan hingga sekarang. Mengapa? Waras merupakan nama pemberian dokter Sayid Rahmat. Dokter spesialis anak ini kerap memeriksa kesehatan Trimoelja kecil yang di usia 2-4 tahun sering sakit-sakitan.
Dokter Rahmat suatu ketika menyarankan agar Trimoelja diberi tambahan nama Waras. Dalam bahasa Jawa, "Waras" artinya sembuh alias sehat. Pemberian nama "Waras" maka Trimoelja diharapkan selalu sehat. Usul tersebut diterima oleh orangtua beliau.
Harapan dan doa yang terkandung itu dikabulkan Allah. Semenjak dipanggil Waras, Trimoelja kecil ternyata tumbuh menjadi anak yang sehat. Tidak saja fisiknya melainkan juga akalnya.Â
Soerjadi merupakan advokat kawakan Indonesia yang kerap menyebut dirinya sebagai pengacara pedesaan. Dia lebih memilih berkarier dari kota kelahirannya di Surabaya selama 50 tahun lebih meskipun berbagai tawaran dan kesempatan pernah mampir mengajaknya ke Jakarta.
"Saya ini kan dilahirkan dan dibesarkan di Surabaya. Saya ini bonek asli. Saya tidak boleh lupa asal usul saya." Kalimat yang sering disampaikan kepada awak media.
***
Boleh jadi acara peluncuran buku bersama 3 orang batak itu merupakan pertemuan terakhir saya dengan Trimoelja D. Soerjadi. Sebelumnya perkenalan terjalin pada tahun 1980-an di Pengadilan Negeri Surabaya. Beliau menekuni karir sebagai pengacara, sedangkan saya sedang membangun karir menjadi jurnalis.
Hubungan menjadi lebih akrab sekitar tahun 2005-an ketika beliau ditunjuk sebagai anggota Board of Surabaya Academy, sebuah lembaga nirlaba bentukan Radio Suara Surabaya. Kegiatan Surabaya Academy banyak mendapat dukungan penuh dari beberapa media cetak di Surabaya.
Anggota board itu terdiri dari 12 orang, masing-masing: Â Soetojo Soekomihardjo (CEO Radio SS-sudah almarhum), Ali Maschan Moesa, Herman Halim, Liem Ou Yen, Kresnayana Yahya, Johan Silas, Hotman Siahaan, Errol Jonathans (sekarang CEO Radio SS), Nalini M. Agung, Sirikit Syah dan terakhir masuk Trimoelja D Soerjadi menggantikan salah seorang anggota board yang berhalangan tetap.