Ada sebuah pandangan, pada kelompok tertentu memiliki tingkatan cara hidup yang hanya dipahami, diapresiasi dan dipraktekkan oleh kelompok itu sendiri. Apa yang dianggap buruk oleh masyarakat umum , bisa jadi sebaliknya bagi mereka.
Saya berandai-andai. Komunikasi macam apa yang terjadi antara sang suami kepada istri dan anak-anaknya ketika berangkat sambil menenteng bom. Dialog seperti apa tatkala sebelum melakukan aksi? Kira-kira apakah begini, "Wahai istriku, wahai anakku, kita akan mati. Percayalah sebentar lagi kita bertemu setelah mati. Di surga...." Lalu saya membayangkan, para istri dan para anak serempak mengangguk.
Jika ini yang terjadi, lalu apakah saya berani mengatakan bahwa kejadian bom di Surabaya hanyalah "pengalihan isu", "permainan para inteljen" dan ungkapan negatif belaka? Nggak, ah....!
Amalan Pelaku Bom
Tangan dan jari jemari saya menulis di salah satu grup WA, "Pelaku teror Sorbejeh (baca: Surabaya) sama sekali tidak kepincut -ingin, ngebom di Israel sana, ya..."
Eh, teman semasa ikut ziarah ke Al Aqsa, Lisa Rosalinda, membalas: "Sehati, dari kemarin saya juga mbatin gitu. Kalo di Palestina jelas berperang melawan Israel. Lah, di sini ngebom korbannya seagama, sebangsa setanah air. Gak abis pikir nih, sayanya...."
Kemarin (Selasa, 15/5/2018) memang merupakan hari paling berdarah di Gaza sejak perang 2014. Pemuda Palestina dan pasukan Israel kembali bentrok di beberapa tempat. Kementerian Kesehatan Palestina menyebut 61 warga sipil tewas dan lebih 2.700 orang terluka.
Otoritas Palestina mengumumkan, mengibarkan bendera setengah selama tiga hari sebagai ungkapan berkabung atas korban tewas dari warga Palestina tersebut.
Kantor berita AFP melaporkan, ada sekitar 40.000 warga Palestina yang ambil bagian dalam aksi protes dan bentrokan di 13 lokasi menentang pembukaan Kedutaan Besar Amerika Serikat di Yerusalem. Korban tewas termasuk 8 anak di bawah usia 16 tahun.
Kematian satu keluarga pelaku bom, saya teringat pesan Kiai Abdul Aziz Munif tentang doa anak yang sholeh terhadap orangtua yang sudah meninggal dunia. Padahal, sekarang semuanya -istri dan anak-anaknya ikut mati.
Siapa yang mendoakan supaya amalnya tidak terputus? Amal perbuatan para teroris -suami-istri dan anak-anaknya yang sudah tewas, apakah masih tertulis? Wallahu a'lam.