Kisah Fir'aun diabadikan di dalam Al- Qur'an. Fir'aun sangat melampaui batas sebab mengaku sebagai Tuhan. Dia kemudian ditenggelamkan Allah di Laut Merah saat mengejar Nabi Musa dan kaum Bani Israel. Pada zaman raja raja Mesir sebelum Fir'aun , Mesir sudah  memiliki kebudayaan tinggi. Dibangunnya Pyramid yang cukup tinggi sebagai tempat pemakaman raja raja tempo dulu, salah satu bukti budaya Mesir kuno yang masih tetap dapat dinikmati hingga saat ini. Mesir mampu menguasai teknologi canggih.
Dalam Al -Qur'an nama Mesir disebut dengan jelas sebanyak lima kali. Satu di antaranya firman Allah:
"Dan Kami wahyukan kepada Musa dan saudaranya: "Ambillah olehmu berdua beberapa buah rumah di Mesir untuk tempat tinggal bagi kaummu dan jadikanlah olehmu rumah-rumahmu itu tempat shalat dan dirikanlah olehmu sembahyang serta gembirakanlah orang-orang yang beriman"( 10:87 ).
Salah seorang yang merasa gembira sebagaimana tertulis dalam ayat tersebut adalah saya. Awal bulan Maret 2018 lalu saya berada di Mesir. Negara ini unik karena sebagian wilayahnya berada di benua Afrika, dan sebagian lagi melintasi benua Asia.
Dua benua itu sekaligus dapat dinikmati ketika melintasi sebuah terowongan di bawah Terusan Suez. Terowongan ini dinamakan, Ahmad Hamdi.Ketika mencermati Mesir, kata seorang teman, juga harus dilihat persentase antara muslim dengan non muslim dan sejarah pergulatan islam militan dengan kalangan sekuler.
Kawan saya menulis pesan melalui WhatsApp, "Sampean jangan gumun lihat kasino 24 jam dan tari perut. Orang Mesir  juga gumun pertama ke Jakarta. Mayoritas islam lha kok gini Indonesia..."
Hehehe...boleh juga pendapatnya.
Saya memang menulis di Instagram; Di hotel Hilton Taba, Mesir ada kasino dan musik dengan penyanyi berkostum cekak. Eh, pagi hari sewaktu sarapan kasino itu masih tertulis open. Buka 24 jam, rupanya...
Mesir mengalami berbagai masa. Mulai dari masa Fir'aun, Yunani, Islam, penjajahan Inggris, dan Prancis. Pada masa Islam sendiri, Mesir mengalami masa Syi'ah, Suny, Fathimiyahh, Ayyubiah, Mamaluk, dan seterusnya. Kondisi tersebut mempengaruhinya hingga beberapa abad terakhir.
Dunia Internasional mengenalnya sebagai salah satu pusat keilmuan Islam yang tetap eksis dan unik. Berbagai macam aliran pemikiran mendapatkan tempat untuk berkembang, dan pada gilirannya melahirkan ulama-ulama, intelektual serta cendikiawan yang bervariasi.