Mohon tunggu...
Arifin BeHa
Arifin BeHa Mohon Tunggu... Penulis - Wartawan senior tinggal di Surabaya

Wartawan senior tinggal di Surabaya. Dan penulis buku.

Selanjutnya

Tutup

Lyfe Pilihan

Pahlawan "Zaman Now", Gandrung Berangkatkan Umroh

10 November 2017   03:26 Diperbarui: 12 November 2017   12:36 1493
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Juliantono Hadi (kiri) bersama guru dan karyawan yang akan Umroh bulan Nopember 2017

Buku The Corporate Mystic [Dr. Gay Hendricks dan Dr. Kate Ludeman-2002] secara lugas menyatakan bahwa dalam era pasar global,  akan ditemukan orang-orang suci, mistikus, atau sufi berada di perusahaan-perusahaan besar atau organisasi-organisasi modern --termasuk organisasi sekolah dan pendidikan.

Setelah melakukan tak kurang dari seribu jam wawancara dengan ratusan pengusaha dan eksekutif perusahaan dan organisasi yang sukses, kedua penulis mendapati fakta para "pemegang kendali bisnis" itu memiliki sifat-sifat yang biasanya dimiliki oleh para mistikus.

Para Mistikus Korporat ini -demikianlah Hendricks dan Ludeman menyebut mereka,  melihat tempat usahanya sebagai perwujudan kolektif ruh atau spirit, dan ruh individu-individu yang bekerja di dalamnya. Mereka menjalani hidup dari suatu basis spiritual, dan selalu memelihara bersama dengan sifat spiritual orang lain. Mistikus Korporat berada dalam usaha juga untuk mendukung hati dan jiwa orang-orang yang bekerja bersama mereka.

Melihat karakteristik para Mistikus Korporat sebagaimana terurai, tak sulit untuk melihat kesesuaiannya dengan Juliantono Hadi. Sebagai pemimpin usaha pendidikaan bernama SMK Dr. Soetomo, Juliantono Hadi memiliki sifat tak hanya "pengendali bisnis", dia justru sangat peduli pada kesejahteraan dan pemberdayaan guru di sekitarnya. Juliantono sadar sepenuh hati seorang guru itu pengajar sekaligus pendidik.

Di sisi lain ia melihat kenyataan bahwa segala sesuatu terus berubah, karena memang begitulah kehidupan berjalan. Seperti termaktub dalam kitab suci, "Barang siapa mengetahui dirinya sendiri, sesungguhnya ia mengetahui Tuhannya." Lelaki kelahiran Surabaya 11 Juli 1971 itu bahkan tidak sedang mabuk laut di tengah perubahan. Juliantono terus belajar mengenai cara mengalir bersama perubahan dan bila perlu berkembang di atas perubahan itu.

Kontribusi Julianto Hadi terhadap guru-guru dan orang-orang sekitarnya selalu berada di latar depan. Dengan harapan sepulang umroh memiliki mimpi-mimpi besar. Mereka -para guru dan dirinya bisa berdiri tegak menghadapi masa depan. Alih-alih kaku, model seperti ini menjadikan mereka fleksibel dan mudah menyesuaikan diri.

Selamat Hari Pahlawan 10 November 2017. Termasuk para Pahlawan di #Zaman Now.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun