Kumandang Sholawat Nabi dari seni musik rebana Al Banjari dibawakan Grup Eskul SMK Dr. Soetomo mengalun syahdu, menghibur para murid dan guru serta pendiri yayasan sekolah kejuruan tersebut. Seluruh hadirin menyimak sambil duduk sila di atas lantai berkarpet.
Suasana Ruang Aula SMK (Sekolah Menengah Kejuruan) Dr. Soetomo di Jl. Jojoran IV-2D Â Surabaya, Kamis (9/11/2017) petang tampak khidmat ketika berlangsung pengajian "Syukuran Keberangkatan Umroh Guru/Karyawan dan Santunan Anak Yatim 2017."
Mengenakan setelan baju koko dan sarung warna hijau, Juliantono Hadi Kepala Sekolah SMK Dr. Soetomo duduk paling depan. Dengan wajah semringah dan senyum yang khas dia sempat menyalami seluruh guru dan murid serta para tamu. Sebagai salah seorang penggagas "Umroh untuk Guru" kehadiran Julianto memberi warna tersendiri, karena menjadi simbol penyemangat acara.
Atas inisiatif Juliantono Hadi setiap tahun SMK Dr. Soetomo memberangkatkan umroh secara gratis kepada guru berserta keluarga. Jika kebetulan guru yang berangkat perempuan harus mengajak suami, sebaliknya apabila guru pria maka istrinya ikut mendampingi. Menyangkut biaya pengurusan visa, biaya suntik vaksin, dan uang saku semuanya sudah diatur dan disiapkan oleh manajemen SMK Dr. Soetomo.
Kegiatan Umroh untuk Guru yang berlangsung sejak tahun 2016 itu telah memberangkatkan 20 orang. Bulan November 2017 hadiah gratis umroh tersebut diterima oleh 5 guru, masing-masing dengan keluarga (10 orang). Lalu ditambah dua orang tenaga penjaga kantin sehingga jumlahnya 12 orang. Bahkan umroh gratis periode 2018 diundi sekaligus malam itu bersamaan acara syukuran.
Sebagai orang nomor satu di Smekdor's -nama beken SMK Dr. Soetomo, Juliantono patut gembira. Sebab selain umroh, dia juga memberangkatkan guru-guru non muslim menuju tempat religi seperti misal kota suci umat Kristen, Bethlehem. Menurut Juliantono, kedua program itu terselenggara setiap tahun tanpa sedikitpun mengganggu uang operasional sekolah. Agar bisa terpilih ada banyak persyaratannya, antara lain, absensi atau daftar kehadirannya bagus disertai senioritas guru.
Disadari atau tidak, kegiatan umroh dan wisata religi bagi guru non muslim memberikan dampak positif bagi sistem belajar-mengajar di Smekdor's. Terbukti, kata Juliantono, rasa tanggungjawab para guru terhadap anak didiknya semakin besar. Murid-murid pun lebih menganggap gurunya seperti orangtuanya sendiri.
Bulan Ramadhan tahun 2013 untuk pertama kali Juliantono Hadi berangkat menunaikan ibadah umroh. Sebagai seorang mualaf, perjalanan umrohnya sangat berkesan di hati. Saking membekasnya ia memasang niat seandainya punya rezeki bisa kembali ke tanah suci. Pada periode umroh berikutnya (2015) dia merasa lebih khusyuk. Diam-diam hatinya tergugah ingin memberangkatkan umroh guru-guru Smekdor's.
"Alhamdulillah tiba-tiba punya fikiran, saya harus berbagi dengan guru sekolah," ujar Juliantono Hadi. Tak hanya sekadar tergugah, Juliantono langsung tergerak. Tahun 2016 mengirimkan delapan orang guru Smekdor's dan keluarganya ke tanah suci.
Orang-orang Suci