Pengantar: Saya diundang Sdr. Aqua Dwipayana mengikuti "Seminar & Motivasi" di dua tempat: Universitas Islam Negeri Raden Fatah, Palembang dan PLN WS2JB --Wilayah Sumatera Selatan Jambi dan Bengkulu pada 23 Agustus 2017. Dr. Aqua Dwipayana, M.Ikom --seorang motivator dan konsultan komunikasi tingat nasional, serta penulis buku "The Power Of Silaturahim". Oleh koleganya dia dijuluki penebar virus; silaturahim. Satu kehormatan.
THE New Shorter Oxford English Dictionary on Historical Principles (Stephane Garelli, 2006) Â menjelaskan, orang yang kompetitif adalah orang yang memiliki keinginan kuat untuk bersaing. Kata bersaing menunjukkan arti "menjadi saingan" atau berupaya menyamai yang lain, setidaknya menyamai kualitas, dan pada akhirnya "berupaya keras meraih keunggulan".
Coba Anda klik (baca: ketik) kata daya saing alias competitiveness pada mesin pencari Google. Lalu perhatikan betapa banyak hasilnya. Kalau tidak salah menghasilkan lebih dari 35.000.000 entri.
Sulit dipercaya bahwa hampir 40 tahun lalu istilah daya saing belum dikenal. Sekarang, istilah itu menjadi semacam kata-kata yang paling banyak digunakan. Saat ini, istilah daya saing sudah dikenal luas: bukan saja menyentuh isu ekonomi, melainkan juga lebih lunak mempengaruhi sektor pendidikan serta sistem nilai.
Tujuan akhir daya saing adalah meningkatkan keseluruhan tingkat kemakmuran sebuah negara beserta masyarakatnya. Tingkat kemakmuran keseluruhan bangsa, dihasilkan dari interaksi tiga kekuatan. Daya saing manusia: difokuskan pada kesejahteraan personal. Daya saing perusahaan: difokuskan pada segi keuntungan. Daya saing bangsa: difokuskan pada kemakmuran terus-menerus.
Kita hidup dalam dunia yang mempunyai tekanan semakin besar untuk bersaing. Globalisasi dan dunia terbuka memiliki makna bahwa individu, perusahaan, dan bangsa dihadapkan pada lebih banyak pesaing dibanding masa-masa sebelumnya. Di sisi lain teknologi mendefinisi tentang makna kecepatan, mau tak mau saat ini kita semua bergerak dalam dunia yang serba seketika.
Daya saing mirip gravitasi, memengaruhi setiap orang. Daya saing tidak bisa dihindari, dan tak ada ruang bersembunyi pada dunia baru yang penuh tantangan ini. Satu-satunya jalan dan pilihan satu-satunya adalah memahami serta melakukan adaptasi dengan daya saing: apa arti daya saing, cara kerjanya, cara daya saing memengaruhi individu, perusahaan, dan bangsa.
Presentasi Aqua Dwipayana dalam "Seminar dan Motivasi" di dua lokasi berbeda, baik Universitas Islam Negeri Raden Fatah Palembang maupun di PLN WS2JB --Wilayah Sumatera Selatan Jambi dan Bengkulu, memiliki pesan kuat. Dua-duanya menyasar generasi masa depan. Dua-duanya menyelipkan etika dan moral diantara definisi daya saing.
Di UIN, seminar diikuti mahasiswa baru. Generasi "Z" -generasi yang tengah gegap gempita diantara gaya hidup dan revolusi teknologi. Serba bisa, cenderung individual tetapi bersikap lebih terbuka. Mereka ini pada tahun-tahun mendatang digambarkan sebagai pemegang kepemimpinan.
Sedangkan di  PLN WS2JB --Wilayah Sumatera Selatan Jambi dan Bengkulu pesertanya terbilang "kelas medium" -sedikit di atas generasi "Z", dimana saat ini mereka menduduki fungsi manajerial. Problem generasi ini terbilang unik. Dalam sesi sharing pengalaman, banyak ditemukan rasa percaya diri mereka masih rentan terhadap gosip. Generasi ini seolah-olah "memiliki" tiga macam pelanggan: ke atas punya beban kepada pimpinan, ke bawah sering menjadi "rasan-rasan", dan ke luar menghadapi konsumen nyata atau masyarakat.
Masa depan dan daya saing sudah terjadi, hanya belum didistribusikan dengan baik. Oleh karena itu, praktik motivasi dan komunikasi --seperti ajaran Aqua Dwipayana, diperlukan pembuatan prakiraan dan analisis tren atas budaya yang sedang hidup dan merangkak mewujudkan masa depan. Masa depan dan daya saing menjadi sesuatu yang dapat diandalkan, tetapi bukan sesuatu yang memaksa bertindak untung-untungan alias meraba-raba konsumen.
Sikap Ikhlas
Proses "menggali" masa depan dan merebut daya saing adalah bagaimana menghubungkan kembali sedemikian rupa segala tantangan dengan sikap ikhlas mengabdi. Dengan demikian membuat mereka (individu, perusahaan, dan bangsa) lebih mampu menjadi sebuah kekuatan.
Ya, puitis! Tren inilah yang dinamakan dengan pelibatan diri. Â Cara melihat dan mengantisipasi perubahan yang menempatkan masyarakat pada pusat seluruh keputusan dan strategi. Gagasan bersikap ikhlas itu tumbuh dari kebutuhan dan kerinduan spiritual yang sama. Dengan kata lain, Anda tidak akan memutuskan apa yang akan menjadi karakteristik --sikap ikhlas- Anda, tanpa melibatkan orang lain.
17 Agustus 2045 atau sama dengan 28 tahun sejak sekarang, InsyaAllah Indonesia berusia satu abad. Kita semua, termasuk para peserta seminar dan motivasi tentu punya mimpi besar tentang kemakmuran sebuah negara beserta masyarakatnya. Mimpi besar bahwa di masa depan pasti mempunyai pemimpin hebat. Generasi sekarang, bersiaplah untuk perang. Anda, orang-orang yang kompetitif. Anda orang-orang yang memiliki keinginan kuat untuk bersaing. Jadilah pemenang!
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H