Salah seorang panitia penyembelihan hewan kurban Masjid Al Muslimun, H. Ahmad Sadali Hertanto melihat angka penunjuk pada timbangan digital. Dia kemudian mengangkat jari jempolnya, mengisyaratkan bahwa proses penimbangan kulit sapi sudah selesai.
Proses penimbangan tidak boleh salah, walaupun sekadar kulit sapi. Begitu juga pada saat pembelian sapi hidup -sebelum disembelih, timbangan digital mempunyai peranan penting sebagai bentuk pertanggungjawaban panitia. Tuntutan keadaan tak bisa dielakkan.
"Alat penimbangan digital selain akurat juga cepat" ujar Ahmad Sadali Hertanto, usai prosesi penyembelihan, Sabtu (1/9/2017).
Sementara itu di Masjid An-Nur Perumahan Griya Kebon Agung 1 dan Mushola Al-Ikhlas, Sukodono Sidoarjo, juga mulai meninggalkan peralatan lama. Setidaknya untuk menyembelih sapi saat ini sudah menggunakan pisau "Victorinox". Para pengelola hewan kurban mendapat pelatihan dari komunitas JULEHHA --Juru Sembelih Hewan Halal.
Pisau ini produksi dari Jerman, Swiss, dan Brasil. Pisau dari Jerman tajam, tapi kalau kena tulang hewan gampang retak. Produk Swiss tajam dan kuat, sementara dari Brasil ketajaman pisau masih di bawah kualitas dua pesaingnya.
Pilihan pisau tersebut bukan tanpa alasan. "Kami sudah empat tahun menguji. Pisau ini bertahan dapat menyembelih dan memotong hingga 30 ekor sapi" kata Mansyur Syah, komunitas JULEHHA. Sebuah pisau "Victorinox" lengkap harganya mencapai 1,3 juta rupiah. Andaikata ada 10 petugas penyembelih bisa dihitung sendiri berapa nilainya.
TV Layar Lebar
Untuk memenuhi faktor kecepatan dan kelancaran pasca penyembelihan, kata H. Sadali Hertanto, panitia juga membeli gergaji mesin. Setelah sapi disembelih dan dikuliti ada bagian-bagian yang wajib dipotong agar menjadi lebih kecil. Kesulitan biasanya muncul ketika masih ada daging menempel di tulang. Perangkat gergaji mesin digunakan untuk memotong tulang tersebut.
"Kami harus menghitung waktu supaya puluhan sapi di belakangnya bisa cepat ditangani" jelas Ir. H. Budi Prayitno, Ketua Panitia Idul Qurban 2017 Yayasan Masjid Al Muslimun. Tercatat pada tahun 2017 panitia kurban berhasil menghimpun 20 ekor sapi dan 54 ekor kambing.
Masjid yang berada di Rungkut Barata Surabaya ini juga memasang televisi layar lebar ukuran 50 inci yang terletak di serambi utama masjid. Semua panitia, termasuk para pengurban bisa dengan mudah ikut melihat hewan kurbannya ketika disembelih. Ini juga memudahkan pemandu acara (MC) mengikuti satu demi satu hewan yang disembelih, baik sapi maupun kambing.
Dulu, sebelum ada layar tivi petugas MC berteriak-teriak kepada para pengurban agar menyaksikan herwan yang hendak disembelih. Mendengar suara panggilan ini pengurban lantas berlari-lari menyaksikan dari jarak dekat. Sekarang cukup memantau lewat layar tivi karena semua proses penyembelihan terlihat jelas di layar monitor.
Inventasi gergaji mesin, timbangan digital, dan monitor tivi layar lebar setidaknya diatas angka 10 juta rupiah. Tetapi, demi pelayanan yang nyaman sangat mungkin dukungan perlatan modern diadakan.
Beberapa hari menjelang Hari Raya Idul Adha 1438 H telah beredar di media sosial kecanggihan memotong hewan. Ada seseorang terlihat sedang menghadap gergaji mesin mirip alat bor. Dengan cekatan dia memaju-mundurkan tulang berlapis daging melintasi gergaji. Sesaat kemudian dari seonggok tulang dan daging, besar, telah berubah menjadi potongan kecil-kecil.
Tontonan lain -juga masih dari media sosial, ada seekor domba diletakkan di atas mesin semacam pemintal benang. Dalam hitungan menit kulit domba terangkat seperti layaknya orang melepas pakaian. Kita terhibur karenanya.
Ke depan proses penyembelihan hewan kurban menjadi sebuah tuntutan. Di lain pihak, juga menjadi sebuah tontonan. Nah, menjadi lebih menyenangkan, bukan?
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H