Melakukan proses editing bagi Bayu Rizki selalu menjadi hasrat terbesar dalam hidupnya. Karena itu, ia rela jatuh bangun demi meraih cita-citanya, termasuk ketika diminta menata ulang hasil sebuah rekaman yang dilakukan oleh rekan-rekannya.
Bayu, murid kelas XI jurusan Multimedia Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) Dr. Soetomo Surabaya, Â Senin siang (7/8/2017) mengeluarkan semua kemampuannya. Bayu mengutak-atik beberapa adegan di sebuah layar komputer. Setelah mencatat bagian terpenting dia melakukan editing supaya gambarnya lebih tajam dan alur cerita rekaman tersebut semakin nyaman dinikmati dibanding sebelumnya.
Menjadi siswa jurusan Multimedia bagi Bayu merupakan pilihan tepat. Tidak salah memilih jurusan itu, karena dia sudah menikmati hasilnya. Beberapa kali Bayu mendapat job alias pekerjaan yang menghasilkan duit. Â Bayu menerima ajakan event organizer sebagai tenaga part timer. Terkadang membuat dokumentasi perkawinan atau dokumentasi pesta ulangtahun. Semua tawaran itu diterima dengan senang hati, di luar jam sekolah.
"Saya sekolah disini mendapat tantangan, mendapat pengalaman berharga dan mendapat hasil yang berguna" kata Bayu. Hasil yang berguna, tentu saja upah yang diperoleh selama ikut menjadi tenaga honor di saat menerima job.
Kepala SMK Dr. Soetomo, Juliantono Hadi yang berada di belakang Bayu terseyum. Dia ikut merasakan gembira tatkala salah seorang siswanya sudah menghasilkan karya.
Sebuah lembaga pendidikan, menurut Juliantono tak hanya menjadi ajang untuk menuntut ilmu, tetapi juga tempat menggali inspirasi bagi anak didiknya. Murid SMK Dr. Soetomo bisa secara bebas mencari dan menuangkan ide-ide segar ke dalam aplikasi sehari-hari.
Multimedia merupakan bagian penting dalam pembelajaran abad 21. Penting untuk membimbing para pengguna teknologi agar tidak kehilangan arah arus perkembangan zaman. Era multimedia, selain memerlukan dukungan teknologi digital yang canggih, Â terlebih penting adalah kemampuan guru dan siswa berpikir kreatif terhadap hal-hal di sekeliling mereka sebagai wujud pembelajaran.
Dengan bangga, Anton --panggilan akrab Juliantono, menunjukkan siswa-siswi baru yang sedang menunggu giliran difoto untuk keperluan identitas. Semua keperluan kartu identitas, mulai pemotretan, desain hingga cetak dikerjakan sendiri. Kartu identitas itu pernah dikerjakan oleh pihak luar, tapi hasilnya kurang memuaskan. Aktivitas dari dan oleh siswa yang dilakukan swadaya ini kelihatan sepele, namun punya pengaruh besar.
"Semua murid merasa terlibat mengerjakan ID card. Lebih dari itu, mereka menjadi saling kenal dengan kakak kelasnya" tambah Anton.
Negeri ini tidak hanya membutuhkan orang-orang  pandai, tetapi juga bersikap baik dan yakin bahwa apa yang dikerjakan membawa  manfaat. SMK Dr. Soetomo  menjadi salah satu wadah bagi tunas muda, anak bangsa untuk berproses menjadi manusia tangguh yang dibutuhkan oleh bangsa Indonesia.
Pertama di Indonesia
Menurut Anton, di masa lalu Kota Surabaya pernah menjadi kiblat kemajuan dan keunggulan perfilman nasional. Kehebatan tersebut ingin dikembalikan lagi agar tidak menjadi sebuah mimpi pada masa lalu. Anton  melangkah cepat, tahun ajar 2017 dibuka jurusan baru Produksi Film dan Program Televisi (PFPT). Kini, SMK Dr. Soetomo punya komitmen kuat mengaplikasi perfilman dengan teknologi baru.
"Jurusan baru ini satu-satunya di Indonesia bukan hanya di Jawa Timur" kata Anton menambahkan, "Peminat bidang perfilman dari Jawa Timur tidak perlu repot harus ke Jakarta"
SMK yang terletak diJalan Jojoran IV Surabaya itu sekolah yang ditunjuk Pusat Pengembangan Perfilman Nasional untuk membuka jurusan PFPT. Penunjukkan ini cukup mendasar, sebab SMK Dr. Soetomo pernah punya pengalaman enam kali menggelar Festival Film yang diiukti SMK se Indonesia. Dukungan juga diberikan oleh Institut Seni Indonesia (ISI) dan Institut Kesenian Jakarta (IKJ).
SMK Dr Soetomo selama ini memiliki jurusan Akutansi, Pemasaran, Perhotelan, dan Multimedia. Maka, sejak diluncurkan pada tahun ajar 2017 jurusan Produksi Film dan Program Televisi menjadi kekuatan baru. Keseriusan para pemangku sekolah ini bukan hanya di bibir saja. Saat ini beberapa kamera dengan harga mahal sudah disiapkan.
Bahkan, untuk memberi wawasan luas kepada para siswa beberapa pakar sinematografi didatangkan dari Jakarta, antara lain sosok yang pernah menjadi kameramen termahal di Indonesia alumni IKJ, "Enggong" Supardi. Sementara itu hari Rabu (9/8/2017) dihadirkan pakar penyuteradaraan yang sering memberikan workshop film, Panji Wibowo.
![Para pakar Sinematografi memberi arahan murid baru Jurusan Produksi Film dan Program Televisi. Dokumentasi pribadi](https://assets.kompasiana.com/items/album/2017/08/10/anton-2-jpg-598c69cdf5591f46c22e9ac3.jpg?t=o&v=770)
Anton belakangan gundah dengan dihentikannya pencairan dana hibah bantuan operasional pendidikan daerah (BOPDA). Sejak tahun 2016 APBD Kota Surabaya tidak lagi mengucurkan dana untuk siswa miskin yang duduk di bangku SMA maupun SMK. Akibatnya, beban sekolah yang menyasar kalangan bawah ini cukup berat, sebab terpaksa harus memungut uang SPP.Â
Pendidikan sekolah swasta adalah berurusan dengan berbagai aturan, penuh kehati-hatian. Aturan dan regulasi pemerintah harus dipenuhi tanpa kecuali. Namun di sisi lain ada parameter tersendiri pihak sekolah supaya kelangsungan dunia belajar mengajar harus berjalan.
"Kami terpaksa memungut uang SPP kepada walimurid," tuturnya dengan mimik sedih. Menurut Anton konflik kepentingan teritorial pengelolaan sekolah yang berbuntut dihentikannya bantuan pendidikan SMK merupakan langkah mundur pemerintahan di daerah.
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI