SEMUA wartawan tidak pernah lupa, unsur daya penarik pesona manusiawi dalam penyampaian informasi, merupakan satu sisi minat terhadap sebuah topik pemberitaan. Karenanya, dalam ilmu jurnalisme, disebut sebagai the human interest story.
Wartawan dan sastrawan, Ernest Hemingway dalam bukunya ‘Old News Man Writer’ (1934) menulis: Write about you know and write truly. Write about people you know that you love and hate, not about people you study about.
[Tulislah tentang apa yang kau ketahui dan tulis dengan sejujurnya. Tulislah tentang orang-orang yang kau kenali, yang kau cintai dan kau benci, bukannya tentang orang-orang yang kau pelajari.]
Maksudnya, menulis apa adanya dari sisi realitas kemanusiaannya, bukan dari sudut aspek kehidupan yang melalui suatu pengamatan atau penelitian.
Buka Bersama
Hari Kamis, 8 Juni 2017 lalu, alumni AWS yang tergabung dalam WhatsApp Group (WAG) “Keluarga AWS/Stikosa” menyelenggarakan buka bersama Puasa Ramadhan 1438 H di Jakarta. Hampir setiap tahun mereka mengadakan buka bersama. Paling sering diadakan di Aula Lembaga Pers Dr. Soetomo, Komplek Gedung Dewan Pers, Jl. Kebon Sirih, Jakarta. Sekarang ke Jl. Prapanca, Jakarta, rumah salah seorang alumni, Dien Irhastini.
Cerita-cerita termasuk foto “bukber” alias buka bersama sejak sore sudah dikirim melalui WAG. Orang-orang yang berada di “Keluarga AWS/Stikosa” itu kreatif, bahkan terkadang agak jahil. Namun kreativitas sejumlah penghuni WAG tersebut sebenarnya menunjukkan aktualitas berbagai fenomena saat ini.
Sebuah foto bajaj warna biru muncul. Penumpangnya dua orang, Jacky Kussoy (aktivis media) dan Achmad Subechi (Pemimpin Redaksi Koran Warta Kota). Jacky menulis kaption,
“Foto di atas bukan sekadar untuk mejeng. Namun inilah pilihan kami berkendara menuju kediaman Mbak Dien (TKP), baku temu dengan konco-konco lawas di bulan suci Ramadhan. Buka bersama bersama. Cak Bechi datang untuk pertama kali, begitu juga Mbak Tri, tuan rumah dan konco lawasku, Mbak Iit. Makasih semuanya yg sudah gabung dan memberi atensi dari jauh. Gbu all…”.
Tak lama kemudian Hana Budiono (owner PT Agranet Multicitra Siberkom) menampilkan foto macam-macam kuliner menu utama buka bersama, nasi liwet, bakso, jajanan pembuka, dawet-cendol dan buah.
Dari Surabaya, Riamah Douliat wartawati yang menekuni bisnis majalah Nahdlatul Ulama “AULA”, ikutan nyeletuk, “Dari Surabaya cukup menikmati foto-foto dan laporannya aja. Sambil cleguk-cleguk. Senang ya…masakan Bu Dien enak-enak. Kita sudah puluhan tahun tidak bertemu. Jika ada umur panjang dan kesempatan, pasti ketemu. Semoga. Salam buat keluarga”
Dian Maria Andriana, wartawati dan redaktur senior LKBN Antara, komentar: “Iit Rufaida sama Jacky Kussoy berapa tahun nggak ketemu?. Pangsit gorengnya ayu…”
Sapto Anggoro (pendiri Binokular Media Monitoring), dari arena silaturahim menjawab: “Sejak lulus baru kali ini bertemu…”
Tak dapat dipungkiri bahwa silaturahim yang terjalin di era kemajuan teknologi, selalu menyisakan kebersamaan. Maklum, antara mereka ada yang sering bertemu, ada pula yang lama tak bersua. Dan, sekalipun acara sudah berakhir, sampai larut malam ungkapan demi ungkapan masih berlanjut.
Hana Budiono: “Alhamdulillah wa syukurilah….Semoga Allah ridho dengan silaturahim hari ini. Terimakasih teman-teman atas keakraban dan kebersamaan yang terjalin. Semoga langgeng. Aaamiin YRA.”
Dewi S Tanti: “Mbak Hana, saya dan adik-adik barisan muda juga mengucapkan terimakasih banyak atas kebersamaan yang mbak dan Mbak Dien (tuan rumah) buat. Salam hormat kagum untuk semua, semoga semua tetap sehat, selamat sukses dan berkah…”
Tri Setyowati Dyah (Kepala Sekolah, Karawang-Jawa Barat): “Makasih Bu Dien dan Bu Mufli yang telah memfasilitasi kami untuk temu kangen sambil bukber. Semoga tali silaturahim ini tetap terjalin sampai nanti. Aamiin…”
***
Atas dasar pemahaman Human Interest Story Ernest Hemingway itulah, maka setiap saat melihat kawan-kawan komunitas “Keluarga AWS/Stikosa” mengadakan pertemuan silaturahim, hampir pasti saya ikut menikmati. Baik secara fisik terlibat di dalamnya, maupun cukup membaca melalui pesan-pesan WAG. Salah satu kekuatan komunitas alumni ini adalah, sebagian besar masih aktif menjadi wartawan, sebagian lagi menjadi praktisi media seperti penulis lepas dan penulis buku. Kita berjumpa sebatas silaturahim, sebatas melepas kangen dengan cara “pul-kumpul” (Jawa: saling bertemu). Bukan dalam kapasitas reuni besar.
Jikalau ada yang bertanya, kenapa selalu ikut menikmati? Ya, karena komunitas ini merupakan kawan-kawan lama, sesama alumni Akademi Wartawan Surabaya. Berdasarkan pengalaman di kampus, kemudian berlanjut perjumpaan di medan liputan, lahirlah nilai-nilai kebersamaan.
Di dalamnya selalu ada informasi atau peristiwa yang bisa dijadikan topik berita-pesona-manusiawi. Langkah kawan-kawan senantiasa menginspirasi tindakan (baca: tulisan) positif. Saya kira itulah namanya virus kebaikan. Cara menularkan bisa dari mana saja. Kawan-kawan buka puasa bersama di Jakarta, sedangkan saya posisi di Surabaya. Maka menulis perihal silaturahim pun, bisa dari jarak jauh…!
Tulisan silaturahim terkait
Cerita Bung Karno dari Kapasari Menuju Hamzah Fansuri
Reuni, Butuh Energi dan Strategi
Memutar Jarum Kenangan dari Pamulang
Persahabatan Itu Bagaikan Kencing di Celana
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H