Dari Surabaya, Riamah Douliat wartawati yang menekuni bisnis majalah Nahdlatul Ulama “AULA”, ikutan nyeletuk, “Dari Surabaya cukup menikmati foto-foto dan laporannya aja. Sambil cleguk-cleguk. Senang ya…masakan Bu Dien enak-enak. Kita sudah puluhan tahun tidak bertemu. Jika ada umur panjang dan kesempatan, pasti ketemu. Semoga. Salam buat keluarga”
Dian Maria Andriana, wartawati dan redaktur senior LKBN Antara, komentar: “Iit Rufaida sama Jacky Kussoy berapa tahun nggak ketemu?. Pangsit gorengnya ayu…”
Sapto Anggoro (pendiri Binokular Media Monitoring), dari arena silaturahim menjawab: “Sejak lulus baru kali ini bertemu…”
Tak dapat dipungkiri bahwa silaturahim yang terjalin di era kemajuan teknologi, selalu menyisakan kebersamaan. Maklum, antara mereka ada yang sering bertemu, ada pula yang lama tak bersua. Dan, sekalipun acara sudah berakhir, sampai larut malam ungkapan demi ungkapan masih berlanjut.
Hana Budiono: “Alhamdulillah wa syukurilah….Semoga Allah ridho dengan silaturahim hari ini. Terimakasih teman-teman atas keakraban dan kebersamaan yang terjalin. Semoga langgeng. Aaamiin YRA.”
Dewi S Tanti: “Mbak Hana, saya dan adik-adik barisan muda juga mengucapkan terimakasih banyak atas kebersamaan yang mbak dan Mbak Dien (tuan rumah) buat. Salam hormat kagum untuk semua, semoga semua tetap sehat, selamat sukses dan berkah…”
Tri Setyowati Dyah (Kepala Sekolah, Karawang-Jawa Barat): “Makasih Bu Dien dan Bu Mufli yang telah memfasilitasi kami untuk temu kangen sambil bukber. Semoga tali silaturahim ini tetap terjalin sampai nanti. Aamiin…”
***
Atas dasar pemahaman Human Interest Story Ernest Hemingway itulah, maka setiap saat melihat kawan-kawan komunitas “Keluarga AWS/Stikosa” mengadakan pertemuan silaturahim, hampir pasti saya ikut menikmati. Baik secara fisik terlibat di dalamnya, maupun cukup membaca melalui pesan-pesan WAG. Salah satu kekuatan komunitas alumni ini adalah, sebagian besar masih aktif menjadi wartawan, sebagian lagi menjadi praktisi media seperti penulis lepas dan penulis buku. Kita berjumpa sebatas silaturahim, sebatas melepas kangen dengan cara “pul-kumpul” (Jawa: saling bertemu). Bukan dalam kapasitas reuni besar.
Jikalau ada yang bertanya, kenapa selalu ikut menikmati? Ya, karena komunitas ini merupakan kawan-kawan lama, sesama alumni Akademi Wartawan Surabaya. Berdasarkan pengalaman di kampus, kemudian berlanjut perjumpaan di medan liputan, lahirlah nilai-nilai kebersamaan.
Di dalamnya selalu ada informasi atau peristiwa yang bisa dijadikan topik berita-pesona-manusiawi. Langkah kawan-kawan senantiasa menginspirasi tindakan (baca: tulisan) positif. Saya kira itulah namanya virus kebaikan. Cara menularkan bisa dari mana saja. Kawan-kawan buka puasa bersama di Jakarta, sedangkan saya posisi di Surabaya. Maka menulis perihal silaturahim pun, bisa dari jarak jauh…!