PERNAH ada masa di mana anak didik sekolah dasar mendapat buku pelajaran sejarah tentang keunggulan setiap daerah atau kota di tanah air. Kita sangat hafal, Kota Surabaya tercatat antara lain memiliki Kebun Binatang Surabaya, industri kapal PT DOK dan PT PAL.
Sangat terpateri dalam ingatan karena pelajaran itu sewaktu-waktu bisa keluar menjadi soal setiap ulangan dan ujian sekolah. Secara fisik belum tentu anak-anak sekolah pernah singgah ke PT DOK atau PT PAL sebab untuk masuk izinnya sangat ketat. Murid sekolah lebih sering melihat Kebun Binatang Surabaya, lantaran lokasinya mudah dijangkau.
Kedua industri galangan kapal itu mempunyai sejarah sangat panjang. PT Dok dan Perkapalan Surabaya (Persero) perusahaan BUMN produksi kapal terbesar kedua setelah PT. PAL Surabaya (Persero), didirikan pada tanggal 22 September 1910 oleh Pemerintah kolonial Belanda. Setali tiga uang, berdirinya PT PAL Indonesia (Persero), bermula dari sebuah galangan kapal bernama Marine Establishment (ME) yang didirikan oleh pemerintah Hindia Belanda pada tahun 1939.
Seiring kecamuk perang sejak penjajahan Belanda hingga Jepang, serta kembalinya pendudukan Belanda pada masa perang kemerdekaan, maka masuk akal jika PT PAL berulangkali ganti baju. Pada tanggal 15 April 1980 status Perum diubah menjadi PT dengan nama PT. PAL INDONESIA (PERSERO).
Sungguh sangat bersyukur dalam sebuah silaturahim keluarga kecil alumni Akadaemi Wartawan Surabaya, pada 22 Januari 2017 lalu kesempatan bisa melihat kemegahan PT PAL. Tuan rumah pertemuan, Ahmad Soini (angkatan 1979 – mantan wartawan Suara Indonesia) salah seorang rekanan PT PAL, sehingga dengan aksesnya kami sempat berkeliling menikmati udara bagian paling ujung utara Kota Surabaya.
Mula-mula berhenti melihat kapal “Nggapulu” milik PT Pelni yang sedang mengalami perbaikan. “Nggapulu” adalah nama sebuah gunung di Provinsi Papua. Sebagaimana diketaahui PT Pelni selalu mengambil nama-nama gunung di seluruh nusantara, diabadikan menjadi nama kapal penumpang laut.
Rombongan berhenti di galangan Divisi Kapal Niaga PT PAL Indonesia. Decak kagum para jurnalis senior menyaksikan kapal perang Perusak Kawal Rudal KRI “I Gusti Ngurah Rai” Kapal ini merupakan kapal canggih kelas frigate proyek kerjasama antara PT PAL dengan Damen Schelde Naval Shipbuilding (DSNS) Belanda atas pesanan Kementerian Pertahanan Republik Indonesia.
Siang hari itu juga foto-foto “kunjungan” ke PT PAL menyebar di media sosial milik kawan-kawan. Sebagai penulis Kompasiana sebenarnya punya keinginan segera menulis. Namun entah mengapa keinginan itu mendadak sirna, bahkan kalah update dengan tulisan terbaru, silaturahim di Hamzah Fansuri, Surabaya.
Periode bulan Februari 2017 dan Maret 2017 kisah sukses PT PAL sering dirilis oleh berbagai media.
Galangan kapal selam PT PAL Indonesia di Surabaya, ditargetkan selesai akhir Februari 2017, dengan target siap digunakan untuk menyusun rangkaian dan sarana pembuatan kapal selam secara mandiri oleh Indonesia. Pembangunan infrastruktur kapal selam itu bertujuan memenuhi target pembuatan sebanyak 12 kapal selam yang dipesan Kementerian Pertahanan Republik Indonesia. Keberadaan kapal selam baru ini akan menjadi dorongan besar bagi kemampuan perang bawah Angkatan Laut Indonesia. (Antara, 12 Februari 2017)
Menteri Koordinator (Menko) Kemaritiman Luhut Binsar Panjaitan, menyempatkan diri mengunjungi PT PAL (Persero) di Surabaya, Jawa Timur. Luhut dalam kunjungannya ingin melihat langsung proses penyelesaian pembangunan kapal selam yang dikerjakan PT PAL, yang dipesan oleh kementerian pertahanan Republik Indonesia.“Kalau memang produk dalam negeri bisa bersaing, kenapa mesti pakai produk luar? Dan melihat hasil pengerjaan kapal selama ini, saya yakin PT PAL Indonesia akan mampu bikin kapal selam sendiri,” ucap Luhut di PT PAL (Kompas.com 21 Maret 2017).
PT PAL Indonesia (Persero) tengah menyelesaikan pesanan kapal perang kedua dari Filipina. Kapal perang jenis Strategic Sealift Vessel (SSV) rencananya akan dikirim ke Filipina pada April 2017 mendatang. Sebelumnya pada Mei 2016 lalu, PAL telah mengirimkan kapal SSV pertama ke Filipina dipimpin oleh Wakil Presiden RI, Jusuf Kalla (JK) di dok perkapalan PT PAL Indonesia, Tanjung Perak, Surabaya. Kedua kapal perang yang diproduksi PT PAL Indonesia memiliki nilai kontrak sebesar US$ 90 juta. Pengiriman kapal perang SSV kali pertama PT PAL dan Indonesia khususnya mengekspor alutsista (Detik.com – 27 Maret 2017)
PT PAL Sedang Sial
Jumat malam (31/3/2017) jagat raya dikejutkan kabar bahwa Komisi Pemberantasan Korupsi melakukan operasi tangkap tangan tindakan korupsi terkait pembelian dua kapal perang buatan PT PAL oleh Pemerintah Filipina. Suasana gerah menyelimuti keluarga karyawan pabrik galangan kapal terbesar Indonesia. PT PAL sedang sial!
Sejarah akan mengulang dirinya seperti juga air mewujudkan dirinya kembali dalam rupaa hujan. Dan, sejarah mengulang dirinya jika memiliki jalan untuk mengulang. Perilaku buruk manajemen PT PAL Indonesia menjadi buah bibir. Ternyata sejak 2011, banyak kasus suap terjadi di perusahaan pelat merah tersebut. Badan Pemeriksa Keuangan pun kerap menyatakan adanya potensi kerugian negara dalam tubuh PT PAL.
Keengganan menulis pada waktu itu ternyata ada hikmahnya. Sekarang, setelah kasus suap terkuak, gairah menulis kunjungan tigapuluh menit di PT PAL kembali hadir. Apalagi sesudah menyimak foto sebuah prasasti marmer, yang terpahat begini,
BISMILLAAHIRRAHMAANIRRAHIM
DENGAN RAHMAT ALLAH SUBKHANU WA'TA ALA
BERSAMA INI KAMI RESMIKAN
DOK GALI 30.000 DWT DENGAN NAMA: SEMARANG
Surabaya, 22 Januari 1994
ttd
Hajjah dr. Ny. Hasri Ainun Habibie
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H