Duapuluh orang berusia antara 40-70 tahun terlihat sibuk di ladang yang berada sekitar 25 kilometer arah selatan Jakarta, Sabtu (26/11/2016). Mereka adalah wartawan aktif, wartawan senior, aktivis media, dan penulis buku sedang menghadiri undangan silaturahim mahasiswa AWS/STIKOSA berbagai angkatan.
Ladang itu sendiri sebuah kebun milik keluarga Budiono Darsono dan istrinya, Hana Budiono di Perumahan Pamulang Permai, Ciputat. Awalnya keluarga ini membeli rumah tipe 36, tapi seiring perjalanan waktu berkembang ke belakang menjadi lahan cukup luas. Ada tanaman hias, tanaman buah dan sayuran, tanaman keras serta kolam ikan.
Sebagian besar pembaca Kompasiana pasti sudah mengenal, Budiono Darsono owner sekaligus tokoh pendiri portal berita detik.com. BDI, sapaan akrabnya pensiun sebagai CEO pada bulan September 2016 lalu.
Sang isteri, Muflihana atau sering dipanggil Hana Budiono alumni AWS/STIKOSA tahun 1980-an, pernah menjadi wartawati Suara Indonesia, Surabaya Post, dan majalah Femina. Di Jakarta Hana Budiono mendirikan PT. Agrakom Para Relatika, dan PT. Agranet Multicitra Siberkom.
Meskipun tuan rumah mempersiapkan acara ini sangat singkat, namun tetamu yang hadir merasa sangat surprise. Mengapa? Ya, karena sudah lama tidak saling jumpa. Silaturahim berbagai kalangan dibalut nuansa reuni, begitulah kira-kira.
Hadiaman Santoso, wartawan Sinar Harapan (Jakarta), Suara Indonesia Malang (Kepala Perwakilan Surabaya), dan redaktur di Harian Surya paling senior diantara mereka. Si Om, demikian kawan-kawan memanggil Hadiaman, terlihat kaget manakala dari arah belakang kebun muncul Siane Indriani.
Siane Indriani pernah berkarir di Harian Surya, kemudian aktif di RCTI dan SCTV ketika dua televisi itu masih satu atap, lalu menjadi Pemred Global TV. Dan kini salah seorang aktivis Komnas HAM.
Belasan tahun tidak bersua, maka masuk akal kalau sesama “mantan” lantas berpelukan. Berpelukan itu simbol keakraban lahir dan batin. Perjumpaan tersebut seakan-akan merawat masa lalu, sekaligus menuai harapan. Masing-masing memiliki harapan ingin kembali selalu dapat berkomunikasi. Silaturahim seperti menatap cermin yang memantulkan kenangan masa lalu.
Hujan sempat mengguyur sebanyak tiga kali. Dua kali dengan intensitas sedang, dan satu kali turun amat deras. Tuan rumah sengaja mendirikan tenda agar semua terasa nyaman. Para tetamu, satu sama lain mengeluarkan oleh-oleh. Ada membawa buah. Ada membawa kripik singkong. Rombongan Surabaya membawa Semanggi Suroboyo kemasan instan.
Pemimpin Redaksi Harian Warta Kota, Ahmad Subechi mengeluarkan ”bekal” berupa, gitar akustik. Dia berbicara lantang, “Saya memang tak bisa mengubah jarum jam kembali seperti saat kuliah. Tapi ini lagu cukup mengenang masa lalu”. Subechi pun lulusan AWS/STIKOSA.
Jreng, jreng, jreng….! Bechi, memetik senar gitar mulai bernyayi: