Mahasiswa Kelompok 7 Pengalaman Belajar Lapangan (PBL) 2 Program Studi Kesehatan Masyarakat Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Universitas Lambung Mangkurat telah melaksanakan kegiatan Pengalaman Belajar Lapangan (PBL) 2 yang dimulai pada tanggal 10 Juli-17 Juli 2024.Â
Kegiatan PBL 2 dilaksanakan di Desa Paku Alam RT 01, Kecamatan Sungai Tabuk, Kabupaten Banjar yang diketuai oleh Muhammad Arifin dan beranggotakan Annisa Fauziah dan Raisya.Â
Dalam Pelaksanaan kegiatan ini, mahasiswa juga di bimbing oleh dosen Program Studi Kesehatan Masyarakat Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Universitas Lambung Mangkurat, yaitu Fahrini Yulidasari, SKM., MPH.
Sampah menjadi salah satu permasalahan teratas kedua di Desa Paku Alam RT 01, Kecamatan Sungai Tabuk, Kabupaten Banjar. Sampah dapat menjadi permasalahan yang serius jika tidak ditangani dengan baik karena akan berdampak negatif terhadap lingkungan dan kesehatan.Â
Berdasarkan hasil diagnosa komunitas pada kegiatan PBL 1, yang telah dilaksanakan pada masyarakat Desa Paku Alam RT 01 pada 12 Januari -- 12 Februari 2024 didapatkan data bahwa sebanyak 88% sampah dibakar, 5.33% dibuang ke sungai, 4.00% ditimbun dalam tanah, dan 1.33% dibuang sembarangan. Ini terjadi dikarenakan belum ada TPS dan petugas pengangkut sampah di Desa Paku Alam.
Hal ini menjadi salah satu perhatian dari mahasiswa Program Studi Kesehatan Masyarakat Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Universitas Lambung Mangkurat untuk mengangkat permasalahan ini dan melakukan intervensi kepada masyarakat Desa Paku Alam RT 01 berdasarkan persetujuan warga setempat.Â
Kegiatan intervensi "KOMPAS: Program Kompos dan Penyediaan Tempat Sampah Sederhana" sebagai upaya untuk memberdayakan masyarakat agar bisa mengelola sampah rumah tangga dengan baik pada masyarakat Desa Paku Alam RT 01, Kecamatan Sungai Tabuk, Kabupaten Banjar, Kalimantan Selatan.
 Rangkaian program "KOMPAS" ini yaitu berupa kegiatan penyuluhan, pelatihan pembuatan kompos dan pembuatan tempat sampah sederhana di Desa Paku Alam RT 01. Sebelum melakukan kegiatan di Desa, mahasiswa melaksanakan kegiatan advokasi kepada stakeholder disana.
Mayoritas penduduk Desa Paku Alam memiliki kebiasaan bercocok tanam di pekarangan rumah mereka, sehingga limbah organik yang dihasilkan sehari-hari, seperti sisa sayuran, daun kering, dan potongan rumput, memiliki potensi besar untuk diolah menjadi kompos.Â
Oleh karena itu, penggunaan limbah organik sebagai kompos dianggap sebagai solusi yang tepat dan bermanfaat secara berkelanjutan bagi kehidupan masyarakat setempat.
desa tersebut, para peserta menunjukkan sikap yang sangat kooperatif dan antusias. Antusiasme ini muncul karena metode pembuatan kompos yang diajarkan sangat sederhana dan tidak memerlukan alat atau bahan yang rumit serta teknik yang diajarkan dapat dengan mudah.
Selama pelatihan pembuatan kompos yang diadakan diSelama kegiatan pembuatan tempat sampah sederhana, warga desa menunjukkan antusiasme yang tinggi dan secara aktif terlibat dalam membantu tim pada setiap tahap proses pembuatan.Â
Dengan adanya inisiatif pemberian tempat sampah sederhana ini, diharapkan masyarakat dapat melihat contoh nyata bagaimana memanfaatkan kembali barang bekas dan terinspirasi untuk membuat tempat sampah serupa di pekarangan rumah masing-masing.
 Inovasi ini bertujuan tidak hanya untuk mengurangi sampah yang tidak terkelola dengan baik, tetapi juga untuk meningkatkan kesadaran masyarakat terhadap pentingnya daur ulang dan kebersihan lingkungan sekitar.
Setelah dilakukan evaluasi masyarakat menilai kegiatan yang dilakukan oleh mahasiswa PBL sangat bermanfaat. Masyarakat merasa senang dengan adanya program intervensi ini "Cara pengolahan kompos ini mudah dan murah, hasilnya nanti bisa aku pakai untuk pupuk tanaman cabai" ungkap Ibu Mahrita, salah satu warga RT 01 Desa Paku Alam.
Tanggapan positif dari masyarakat tersebut tentunya tidak lepas dari program intervensi yang telah dilaksanakan. Diharapkan dengan adanya kegiatan pemberdayaan yang dilakukan dapat menciptakan solusi yang berkelanjutan untuk mengatasi permasalah sampah pada tingkat rumah tangga.
 Dengan adanya program pemberdayaan ini, diharapkan pula masyarakat dapat mengembangkan keterampilan baru dalam pengelolaan sampah secara mandiri. Program ini juga dirancang untuk membangun kesadaran kolektif mengenai pentingnya menjaga kebersihan lingkungan, serta memotivasi warga untuk lebih aktif dalam menerapkan konsep 3R (Reduce, Reuse, Recycle) dalam kehidupan sehari-hari.Â
Keberlanjutan program ini tidak hanya bergantung pada kegiatan pelatihan yang sudah diberikan, tetapi juga pada komitmen masyarakat Desa Paku Alam untuk terus menerapkan pengetahuan dan keterampilan yang telah mereka peroleh.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H