Guru membuat sebuah rencana sedetail-detailnya. Jika memang guru adalah suatu profesi, maka mereka seharusnya mengembangkan keprofesionalitasnya, bukan hanya formalitas yang berbentuk administrasi.Â
Bayangkan jika seorang dokter yang juga profesi membuat administrasi semacam ini, menit awal mempersiapkan segala alat, menit kelima menyapa dan tersenyum ke pasien, menit ke sepuluh membius pasien, dan sebagainya yang apabila dibayangkan saja sudah lucu. Namun guru diharuskan membuat hal tersebut di awal semester, padahal guru bukanlah peramal yang dapat memprediksi apa yang akan terjadi dikemudian hari.Â
Pembelajaran yang baik itu bersifat konstruktif, yaitu menggunakan fenomena yang ada dan mudah dijumpai untuk dijadikan bahan materi belajar agar dapat bermakna.Â
Apabila RPP dibuat jauh sebelum akan dimulai pembelajaran, artinya guru harus meramal apa yang akan terjadi ke depannya. Namun pada guru bimbel tidak melakukan hal tersebut, sehingga mereka akan lebih banyak memiliki fokus mengembangkan cara mengajar, menyampaikan materi, dll.Â
Jika memang sangat amat teramat begitu penting suatu perlengkapan mengajar hingga menjadi salah satu faktor terbesar dalam penilaian guru, maka alangkah lebih baik diberikan contoh yang sudah benar, bagus, dan sempurna sehingga guru tinggal memodifikasi dan menyesuaikan dengan lingkungan belajarnya. Waktu yang ada pun dapat digunakan guru mengembangkan keterampilannya dalam mengajar.
Selain itu, guru sekolah dalam pelatihannya pun jarang diajarkan tentang bagaimana mengajarkan materi, psikologi anak, perkembangan anak, motivasi anak, namun lebih ke bagaimana menuliskan RPP atau modul ajar di kurikulum baru, penggantian istilah indikator mencadi capaian pembelajaran, dan sebagainya.Â
Hal ini diluar subtansi keprofesionalan guru, bahkan terkadang para guru menghabiskan waktu untuk menyempurnakan administrasinya, walaupun tidak diterapkan dalam pengajarannya karena memang hal tersebut tidak diajarkan. Alhasil guru tetap menggunakan cara lama mengajar walapun administrasinya sudah bagus, inilah yang dinamakan formalitas.
Persiapan mengajar itu memang penting dan merupakan kewajiban bagi guru, namun jika itu ditekankan sampai detail dan menjadi salah satu aspek penilaian terbesar profesionalitas guru, maka hal ini sangat tidak relevan sama sekali.Â
Kalau memang ingin memperlakukan guru, perlakukan mereka seolah-olah mereka adalah ujung tombak pendidikan kita. Kalau mereka jelek, yang dididik akan jelek. Kalau mereka baik, yang dididik akan baik. Kalau guru hanya diberikan pelatihan yang tidak relevan atau bersifat administratif, apa yang akan mereka sampaikan ke siswa?
Source: Guru Gembul
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H