Dalam melakukan sesuatu, manusia membutuhkan namanya motivasi. Motivasi sendiri dapat diartikan sebuah proses dalam mendorong dan mempertahankan tujuan dengan mengarahkan perilaku. Hal ini dapat dikatakan bahwa tanpa motivasi, manusia sulit atau bahkan tidak mau melakukan sesuatu. Anak yang tidak memiliki motivasi dalam belajar tidak mau atau sulit mengikuti pembelajaran. Sehingga guru ataupun orang tua perlu memberikan motivasi terhadap anak tersebut. Apabila anak memiliki motivasi tinggi, mereka akan lebih mudah dalam melakukan sesuatu sehingga mereka dapat mengaktualisasikan dirinya dengan lebih mudah. Jika anak sudah masuk pada fase ini, mereka akan mengeluarkan dan bahkan mengembangkan segala potensi yang mereka miliki.
Salah satu teori belajar yang menekankan motivasi adalah teori humanistik yang dikemukakan oleh Maslow, yaitu Hierarchy of Needs (Hirarki Kebutuhan) yakni kecenderungan untuk mengaktualisasikan diri. Apabila teori ini diterapkan dalam pembelajaran, maka akan dapat membangun, meningkatkan, serta mempengaruhi proses kognitif pada anak. Teori ini memiliki tiga asumsi, yaitu: 1) individu termotivasi oleh kebutuhan; 2) kebutuhan dibentuk melalui hirarki; 3) pemenuhan kebutuhan dimulai dari level terendah.
Teori ini menekankan pada motivasi untuk mengembangkan potensi seseorang dan meyakini bahwa tindakan disatukan oleh pengarahan (stimulus) yang ditujukan untuk mencapai tujuan. Kebanyakan manusia melakukan kegiatan untuk memuaskan kebutuhan, yang bersifat hierarki. Hierarki kebutuhan terdiri dari kebutuhan fisiologi (physiological needs), kebutuhan keamanan (safety needs), kebutuhan memiliki dan kasih sayang (social needs), kebutuhan penghargaan (esteem needs), dan kebutuhan aktualisasi diri (self-actualization). Kebutuhan hierarki dipuaskan secara cukup terlebih dahulu pada kebutuhan paling dasar, selanjutnya baru memenuhi kebutuhan urutan lebih tinggi. Untuk lebih jelasnya, bisa dilihat gambar dan penjelasan berikut.
1. Kebutuhan Fisiologi (Physiological Needs)
Kebutuhan paling bawah dari hirarki dan menjadi dasar kebutuhan yang lain. Kebutuhan ini harus dipenuhi sepanjang waktu yang mencangkup kebutuhan pangan, sandang, papan, udara, serta biologis (kencing, bernafas, BAB, dll). Sebagai contoh, anak tidak dapat konsentrasi ketika ia lapar, salah seragam, tidak bisa buang air kecil ataupun besar. Apabila kebutuhan ini terpenuhi, anak akan siap melakukan aktivitasnya dan melengkapi kebutuhan selanjutnya.
2. Kebutuhan Keamanan (Safety Needs)
Kebutuhan ini mencangkup tentang keamanan lingkungan di sekitar. Sebagai contoh, anak tidak dapat belajar dengan optimal apabila ia takut dimarahi gurunya kalau tidak bisa atau takut dimarahi orang tua jika mendapat nilai buruk. Selain itu, anak juga akan selalu khawatir di kelas apabila sering terjadi kehilangan uang ataupun tindakan perundungan. Apabila kebutuhan ini terpenuhi, anak akan merasa aman dan nyaman sehingga mereka siap untuk tingkatan selanjutnya.
3. Kebutuhan Memiliki dan Kasih Sayang (Social Needs)
Kebutuhan ini termasuk memiliki hubungan dengan orang lain, menjadi bagian dari kelompok, memiliki keluarga, dicintai, dan memiliki teman dekat serta kenalan. Pada tingkat ini, individu perlu mengaitkan dirinya pada kelompok sosial tertentu dan mengidentifikasi perannya dalam kelompok tersebut. Sebagai contoh, anak akan lebih mudah berkembang apabila mereka dapat diterima dalam sebuah kelompok yang mengakui keberadaannya, begitu juga sebaliknya. Apabila kebutuhan ini terpenuhi, anak akan lebih mudah dalam mengembangkan potensinya karena mereka diakui dan didukung oleh kelompok.
4. Kebutuhan Penghargaan (Esteem Needs)