Mohon tunggu...
Tiyas Arifin
Tiyas Arifin Mohon Tunggu... Guru - Guru

Seorang pendidik yang sedang belajar menulis.

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Multiple Intelligences, Teori Belajar yang Memanusiakan Manusia

2 Oktober 2021   14:00 Diperbarui: 28 Desember 2022   09:11 482
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Pendidikan. Sumber ilustrasi: PEXELS/McElspeth

Pandangan masyarakat tentang kecerdasan adalah suatu kepintaran atau kemampuan untuk memecahkan suatu masalah. Gambaran anak yang cerdas adalah anak yang pandai, pintar, selalu naik kelas, dan mendapatkan nilai bagus di kelasnya. Bahkan bisa meluas tentang penampilan anak seperti berbaju bersih, rapi, dan berkacamata. Sebaliknya, gambaran anak yang kurang cerdas adalah anak yang mendapat nilai buruk di kelas, tinggal kelas, lambat berpikir, dan berpenampilan buruk.

Penilaian terhadap kecerdasan anak biasanya dilihat dari nilai-nilai yang dia dapatkan di sekolah seperti matematika, bahasa Indonesia, IPA, dan sebagainya. Semakin tinggi nilai yang di dapatkan anak, berarti anak tersebut semakin tinggi tingkat kecerdasannya. Hal tersebut berbeda dari pendapat Howard Gardner tentang kecerdasan, dia mengatakan bahwa individu itu memiliki berbagai macam kecerdasan atau lebih dikenal dengan istilah multiple intelligences.

Menurut Gardner, manusia itu sejak lahir sudah memiliki delapan kecerdasan di dalam dirinya. Gardner juga mengatakan bahwa sebenarnya tidak ada istilah anak bodoh dan pintar, yang ada hanyalah anak yang hanya menonjol pada satu atau beberapa jenis dalam kecerdasan tersebut. Maka dari itu dalam pelaksanaan, penilaian, dan menstimulasi kecerdasan anak harus dilakukan secara teliti dan dibuatkan metode khusus. Hal ini berarti menstimulasi dan mengembangkan kecerdasan pada anak agar lebih terampil sangatlah bisa dilakukan.

Menurut Armstrong (2009: 15-17) ada beberapa poin penting dalam teori multiple intelligences yang diungkapkan Gardner ini, yaitu:

  • Setiap orang memiliki delapan kecerdasan. Teori multiple intelligences ini bukanlah sebuah teori untuk menentukan kecerdasan yang cocok, tetapi sebuah teori cognitive functioning yang mengatakan bahwa setiap orang memiliki kemampuan dalam semua delapan kecerdasan.
  • Kebanyakan orang dapat mengembangkan setiap kecerdasan ke dalam tingkat kompetensi yang memadai. Gardner menyarankan bahwa hampir setiap orang memiliki kemampuan untuk mengembangkan delapan kecerdasan ke tingkat kinerja yang cukup tinggi jika diberikan dorongan yang sesuai, pengayaan, dan instruksi.
  • Kecerdasan biasanya bekerja secara bersamaan dengan cara yang kompleks. Gardner mengatakan bahwa tidak ada kecerdasan yang berdiri sendiri, setiap kecerdasan berinteraksi satu dengan yang lain.
  • Ada banyak cara untuk menjadi cerdas dalam setiap kategori. Tidak ada standar yang harus dimiliki seseorang untuk dianggap cerdas di kategori tertentu.

Delapan kecerdasan menurut Gardner sebagai berikut.

1. Kecerdasan Linguistik (Linguistic Intelligence)

Kecerdasan linguistik pada dasarnya adalah kecerdasan individu yang berhubungan tentang kemampuan berpikir dalam menggunakan kata dan menggunakan bahasa untuk mengekspresikan makna. Kecerdasan ini dapat ditandai oleh kepekaan pada bunyi, struktur kata, dan bahasa. Anak yang memiliki kecerdasan ini cenderung menyukai hal-hal yang berbau lisan dan tulisan, belajar bahasa, dapat memahami bacaan, mudah mengingat perkataan, banyak kosa kata, dan pandai dalam tata kelola bahasa.

2. Kecerdasan Logis/ Matematis (Mathematical/ Logical Intelligence)

Kecerdasan logis/ matematis ini adalah kecerdasan yang yang berhubungan dengan kemampuan tentang logika dan menyelesaikan operasi yang berkaitan dengan operasi matematika. Salah satu tanda dari kecerdasan ini adalah muncul kepekaan atas pola-pola logis dan kemampuan untuk memahami pola-pola tersebut termasuk numerik dan mampu mengolah tentang alur pemikiran jangka panjang. Seseorang yang memiliki kecerdasan ini cenderung menyukai tentang hal menghitung dan menganalisis hitungan, menemukan fungsi, hubungan, bereksperimen, memprediksi, memperkirakan, berpikir induksi dan deduksi, membuat langkah dan strategi, dan mampu berpikir abstrak.

3. Kecerdasan Spasial (Spatial Intelligence)

Kecerdasan spasial adalah kecerdasan tentang kemampuan seseorang untuk berpikir tiga dimensi. Kecerdasan ini bisa ditandai dengan kepekaan dalam melihat dunia spasial secara akurat dan mengubah persepsi awal. Seseorang yang memiliki kecerdasan ini cenderung menyukai hal tentang bangunan, desain, denah, dekorasi, dan seni. Mereka juga aktif dalam membuat patung dan bangun tida dimensi lainnya, menciptakan dan menginterpretasikan grafik, pandai dalam navigasi, suka melukis, membuat sketsa dan bangun ruang, serta dapat membayangkan secara detil benda-benda.

4. Kecerdasan Kinestetik (Body/ Kinesthetic Intelligence)

Kecerdasan kinestetik adalah kecerdasan yang berhubungan dengan kemampuan untuk memanipulasi objek dan cerdas dalam hal-hal yang berhubungan dengan fisik. Kecerdasan ini ditandai dengan munculnya kemampuan dalam mengontrol tubuh dan mahir dalam mengelola objek. 

Seseorang yang memiliki kecerdasan ini cenderung menyukai dalam hal mengekspresikan gaya, atletik, menari, kuat dan terampil, daya tahan kuat, dan koordinasi berbagai bagian tubuh yang bagus. Selain itu, mereka juga dapat dengan mudah melakukan suatu hal, memanipulasikan benda-benda, pandai menggunakan bahasa tubuh, dan menunjukan gerak-gerik yang anggun.

5. Keserdasan Musik (Musical Intelligence)

Kecerdasan musik adalah kecerdasan yang berhubungan dengan kemampuan dalam mengolah nada, melodi, irama, dan suara. Kecerdasan ini ditandai dengan penciptaan dan pengapresiasian pola dan warna terhadap nada, serta mampu berkespresi secara musikal. 

Seseorang yang memiliki kecerdasan ini cenderung menyukai dalam hal membuat dan menyusun melodi dan lagu, bermain alat musik, mengenali instrumen musik, bernyanyi, dan bersiul. Mereka juga mampu mengingat dan mempelajari ritme dan lirik dengan mudah serta memahami struktur musik.

6. Kecerdasan Interpersonal (Interpersonal Intelligence)

Kecerdasan interpersonal adalah kecerdasan yang berhubungan dengan kemampuan memahami dan berinteraksi secara efektif dengan orang lain. Kecerdasan ini dapat ditandai dengan munculnya kemampuan merespon dan mencerna suasana hati, motivasi, emosi dari orang lain. Seseorang yang memiliki kecerdasan ini cenderung menyukai berinteraksi, berkomunikasi, berempati, berteman, mengorganisasikan kelompok, memimpin, menjadi mediator, peka terhadap minat dan motif orang lain, handal dalam bekerja dalam tim, dan mampu melihat sesuatu dari berbagai sudut pandang.

7. Kecerdasan Intraperseonal (Intrapersonal Intelligence)

Kecerdasan  intrapersonal adalah kecerdasan yang berhubungan dengan kemampuan untuk memahami diri sendiri dan menata kehidupannya sendiri secara efektif. Kecerdasan ini ditandai dengan kemampuan membedakan emosi, memahami diri sendiri, dan pengetahuan tentang kelebihan dan kekurangan diri sendiri. Seseorang yang memiliki kecerdasan ini cenderung lebih pandai dalam mengontrol perasaan, berpikir, mengelola minat dan perasaan, memotivasi diri, menyukai waktu untuk merenung dan menyendiri, dan selalu melakukan intropeksi.

8. Kecerdasan Naturalis (Naturalistic Intelligence)

Kecerdasan naturalis adalah kecerdasan yang berhubungan dengan kemampuan dalam memahami pola-pola yang ada di alam, sistem alam, dan sistem buatan manusia. Kecerdasan ini sendiri ditandai dengan keahlian membedakan makhluk hidup, mengenali makhluk hidup lain, dan memetakan hubungan antara makhluk hidup baik secara formal maupun informal. Seseorang yang memiliki kecerdasan ini cenderung menyukai tumbuhan dan hewan, mengoleksi bagian tumbuhan dan hewan, menganalisis persamaan dan perbedaan makhluk hidup, mengidentifikasi dan menemukan pola dalam alam, melihat sesuatu di alam secara detil, memahami berbagai spesies, dan senang menjaga lingkungan.

Sumber:

Armstrong, T. 2009. Multiple Intelligences in the Classroom 3rd Edition. Alexandria: ASCD Member Book.

Gardner, H. 1999. Intelligence Reframed: Multiple Intelligences for the 21st Century. New York: Basic Books.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun