Mohon tunggu...
Arifin Muharam
Arifin Muharam Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa

Saya memiliki hobi yang bervariasi, dari membaca, bernyanyi, memasak, menonton dan travelling. Memiliki minat lebih besar terhadap hal bernafaskan sejarah.

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Kota Lama Semarang: The Little Netherland in Java

2 Desember 2022   10:59 Diperbarui: 2 Desember 2022   11:36 1224
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik


Dibuat berdasarkan hasil penelusuran dari berbagai sumber serta hasil kunjungan Kuliah Lapangan Program Studi Pendidikan Sejarah Universitas Pendidikan Indonesia 2020 di Kota Lama Semarang tanggal 28 Oktober 2022

Diambil dari Jurnal karya Dewi Yuliati yang berjudul 'Mengungkap Sejarah Kota Lama Semarang dan Pengembangannya Sebagai Asset Pariwisata Budaya', Wilayah Semarang sudah dibangun sejak ratusan tahun lalu sebelum kedatangan Belanda ke Nusantara. Kota Semarang merupakan kota pesisir di Utara Pulau Jawa yang mulanya dirintis oleh Ki Ageng Pandanarang, seorang putera raja dari kerajaan Demak.

Kota Semarang khususnya wilayah kota lama, mulai eksis dan mulai dimodernisasi sejak direncanakan sebagai pusat dari pemerintahan kolonial Belanda di Jawa Tengah dengan banyak bangunan khas bergaya Eropa yang kental. Disebut dalam jurnal karya Purwanto 'KOTA KOLONIAL LAMA SEMARANG', hal ini terjadi setelah penandatanganan perjanjian antara Mataram dan VOC pada tanggal 15 Januari 1678. Dalam perjanjian tersebut dinyatakan, bahwa Semarang sebagai Pelabuhan utama kerajaan Mataram telah diserahkan kepada pihak VOC, karena VOC membantu Mataram menumpas pemberontakan Trunojoyo. Mulai tahun 1705, Semarang menjadi milik secara penuh VOC.

Masih bertahan hingga saat ini, Kota Lama Semarang pun ditetapkan sebagai Kawasan Cagar Budaya Peringkat Kota dan sekarang sedang dalam proses untuk diajukan ke Peringkat Nasional untuk selanjutnya diusulkan sebagai World Heritage ke UNESCO. Bagi kalian yang memiliki hobi fotografi dan videografi, tempat ini sangat cocok dijadikan background sebab arsitektur gedung bergaya Eropa tadi membuat kita seperti sedang berfoto di Eropa langsung. Tidaklah salah jika tempat ini disebut dengan The Little Netherland nya Pulau Jawa.

Memangnya apa saja sih gedung bergaya Eropa di Kota Lama Semarang? dan bagaimana sejarah nya? kita langsung chek it out saja. Berikut beberapa gedung bergaya Eropa di Kota Lama Semarang beserta sejarahnya.

1. Gedung Gereja GPIB Immanuel/ Gereja Blenduk

Sumber : Data Pribadi Penulis
Sumber : Data Pribadi Penulis

Dilansir dari dpad.jogjaprov.go.id Gereja GPIB Immanuel atau yang terkenal sering disebut Gereja Blenduk Semarang merupakan Gereja yang dibangun pada 1753 dan merupakan salah satu landmark terkenal di Kota Lama. 

Bangunan ini berlokasi di Jalan Letjend Suprapto No 32 Kota Lama Semarang. Nama asli dari gereja ini belumlah ditemukan sampai saat ini, penduduk memanggilnya Gereja Blenduk karena bentuk kubahnya yang menggembung atau dalam bahasa Jawa diartikan Blenduk. Diketahui pada awalnya Gereja ini di bangun pada tahun 1753 dengan bentuk awal rumah panggung Jawa, dengan atap berarsitektur model Jawa.

Pada tahun 1787 rumah panggung ini dirombak total dan tujuh tahun berikutnya diadakan kembali perubahan. Pada tahun 1894, gedung ini dibangun kembali oleh H.P.A. de Wilde dan W.Westmas. Gereja yang dibangun pada abad ke-17 pun terakhir mengalami renovasi pada tahun 2003. 

Saat ini, Gereja masih aktif digunakan untuk peribadatan umat Protestan, dijadikan aula pemberkatan pernikahan, dan halaman luarnya dijadikan spot foto pengunjung bahkan hingga spot foto prawedding. 

2. Gedung Soesmans Kantoor

Sumber : Data Pribadi Penulis
Sumber : Data Pribadi Penulis

Dilansir dari solopos.com gedung ini merupakan peninggalan dari Pengusaha terkaya se-Asia Tenggara di awal abad ke-20, yang bernama Oei Tiong Ham (OTH), yang dimana memiliki sederet peninggalan berupa bangunan lainnya yang dulu pernah dia gunakan untuk kegiatan bisnisnya di Kota Semarang, Jawa Tengah. 

Dilansir dari Instagram @soesmanskantoor.id gedung ini dibangun pada tahun 1866 dengan nama resmi Borsumij Wehry Indonesia. Sampai tahun 1898 digunakan sebagai gedung perkantoran dari perusahaan Soesmans & Co yang bergerak di bidang ekspor-impor kuda dan penyedia jasa pekerja  untuk pertambangan dan perkebunan karet.


Masih pada sumber yang sama, sejak 1898 dungsi gedung ini masihlah sama. Namun, perusahaan Soesman & Co berganti nama menjadi Soesmans Emigratie, Vendu, and Comissie Kantoor. Gedung ini pernah dimanfaatkan oleh perusahaan Borsumij Wehry Indonesia dan Asuransi Jiwa Sun Alliance. Kemudian digunakan sebagai gedung bisnis di bawah naungan Oeng Tiong Ham Concern (OTHC) hingga bisnis ini berakhir masih tetap digunakan sebagai gedung perniagaan. Namun, di 2005 gedung ini dibiarkan terbengkalai. hingga di tahun 2012, gedung ini di renovasi total namun tidak menghilangkan ciri khas gedung ini seperti yang kita lihat saat ini.

3. Gedung Spiegel

Sumber : Data Pribadi Penulis
Sumber : Data Pribadi Penulis
Gedung Spiegel, adalah gedung yang terletak di di Jl. Letjen Suprapto No. 34, sebelah timur Taman Srigunting dan Gereja Blenduk. Dilansir dari semarangpos.com terdapat bilangan 1895 tertulis di bagian eksterior bangunan ini. 

Pada awalnya gedung ini berada di bawah perusahaan NV Winkel Maatschappij "H. Spiegel" yang digunakan sebagai supermarketnya zaman kolonial, dimana menjual berbagai macam keperluan rumah tangga hingga keperluan kantor dengan merek ternama dengan model terbaru. Saat ini, gedung ini dialih fungsikan menjadi sebuah Resto dan Bar yang buka setiap hari dari jam 10 pagi sampai 11 atau 12 malam.

4. Gedung Oudetrap

Sumber : Data Pribadi Penulis
Sumber : Data Pribadi Penulis
Dilansir dari halosemarang.id gedung yang terletak di dekat Taman Srigunting Kota Lama Semarang ini, sering disebut sebagai gedung Gambir oleh  masyarakat semarang. Hal ini dikarenakan pada abad 18, gedung ini adalah gudang cengkeh, rempah, dan gambir. 

Untuk kepemilikan gedung ini, kini memang sudah dimiliki Pemkot Semarang sejak dibeli tahun 2015 lalu. 

Sampai saat ini,gedung ini masih aktif digunakan untuk berbagai event Pemerintahan kota Semarang, seperti seminar terkait pengembangan kawasan Kota Lama Semarang, maupun sebagai ruang untuk pameran.  

5. Gedung Marba

Sumber : Data Pribadi Penulis
Sumber : Data Pribadi Penulis
Berlokasi di Jl. Letjen. Suprapto, No. 33, gedung ini selalu menarik minat pengunjung karena warnanya yang mencolok berbeda dengan warna gedung lainnya yang dominan berwarna putih. 

Gedung ini dibangun oleh Marta Bardjunet yang merupakan saudagar kaya dari Negeri Yaman. Pengambilan nama "marba" diperoleh dari singkatan nama Marta Bardjunet, yang bertujuan untuk mengenang saudagar kaya tersebut. 

Pada saat itu, gedung merah ini difungsikan menjadi sebuah kantor pelayaran Ekpedisi Muatan Kapal Laut atau biasa disebut EMKL dan pernah juga di fungsikan sebagai toko yang modern bernama De Zeikel. Sekarang, gedung tersebut dijadikan sebagai gedung konsultan hukum Adi Prakoso, SH. MM. 

Masih banyak lagi gedung bersejarah lainnya yang belum di eksplor. Berkunjunglah ke Kota Lama Semarang untuk mendapat pengalaman bersejarah dengan berkeliling di The Little Netherland ini. Disarankan untuk berkunjung antara waktu pagi, dan sore hingga malam, karena udara daerah pesisir pantai sangatlah panas di puncak hari.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun