Mohon tunggu...
arifin jatik
arifin jatik Mohon Tunggu... Mahasiswa - UNIVERSITAS AIRLANGGA

Saya masih belajar menulis dan mengembangkan hobi baru saya yaitu membaca jurnal

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Cara Pandang Generasi Z Pada Media Sosial Di Era Disrupsi Teknologi

2 Januari 2025   00:51 Diperbarui: 2 Januari 2025   00:51 87
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi Gen Z yang dekat dengan teknologi. Sc: google

Generasi Z atau yang sering disebut "Gen z" adalah generasi yang lahir pada tahun 1997 hingga 2012. Sebagian besar Generasi Z adalah anak-anak dari Generasi X atau Milenial yang lebih tua, Generasi Z sendiri lahir pada awal Abad ke-21, dan menjadi generasi pertama yang tumbuh dengan akses Internet dan teknologi digital sejak usia muda. Tak heran jika generasi ini sangat familiar dengan teknologi karena sejak mereka lahir mereka sudah hidup berdampingan dengan teknologi. Namun akhir akhir ini banyak sekali kritikan pedas yang dilontarkan oleh banyak orang mengenai generasi z dalam menyikapi perkembangan teknologi khususnya hal yang berkaitan dengan media sosial dan etika yang ada di dalamnya.

Gen Z di Indonesia : Karakteristik dan Sifatnya

Menurut Badan Pusat Statistik (BPS) Indonesia berdasarkan hasil Sensus Penduduk 2020 sekitar 74,93 juta orang, atau 27,94% yakni lebih dari seperempat populasi Indonesia adalah Generasi Z, yaitu anak-anak Indonesia yang lahir dari tahun 1997-2012.Dengan jumlah yang cukup banyak tentunya generasi ini bisa diharapkan menjadi generasi penerus bangsa di masa depan, Generasi Z juga memiliki karakteristik yang punya daya nalar yang tinggi serta kritis dalam menyikapi sesuatu hal ini dikarenakan adanya teknologi yang sudah menjadi "asisten" dalam kehidupan mereka. Hal ini juga yang mempengaruhi pola pikir serta sikap generasi z dalam menyikapi sesuatu. Di era perubahan teknologi di indonesia generasi z bisa cepat beradaptasi dengan cepat pada kemajuan teknologi. Namun terlepas dari itu semua generasi z juga dikenal dengan generasi yang sering mendapat stereotype yang negatif dimata generasi yang lebih tua, Gen Z dianggap sebagai generasi yang individualis dan acuh terhadap lingkungan sekitar hal ini tidak lepas dari adanya teknologi yang sudah mendarah daging bagi mereka sehingga terkadang mereka juga abai pada keadaan sekitarnya. Selain itu stigma negatif seperti gen z selalu berharap semua instan nyatanya memang terjadi, hal ini diakibatkan oleh pencapaian individu untuk membangun kepercayaan diri kepada orang lain namun tentunya untuk menyikapi hal itu gen z juga selalu memilih pilihan terbaik walaupun terkadang seringkali pilihanya sangat banyak pertimbangan karena pandangan gen z bahwa hidup hanya sekali dan jangan sampai salah memilih pilihan juga menjadi suatu mindset para generasi z sekarang.

animasi media sosial winstarlink.com
animasi media sosial winstarlink.com

Media sosial sebagai ruang publik yang luas

Seperti yang kita ketahui pada masa kini media sosial di kalangan gen z merupakan kebutuhan primer yang bermakna semua generasi z pasti sangat membutuhkan yang namanya media sosial, Banyak sekali hal yang bisa diakses oleh publik di media sosial sehingga hal iitu lah yang sering dimanfaatkan oleh  gen z untuk mengeksplorasi diri di media sosial, Para generasi z masa kini memanfaatkan kesempatan ini untuk melakukan Personal Branding namun hal itu bukan lah sesuatu yang instan. Perlu proses yang panjang untuk masyarakat bisa mengenal anda, Tidak berhenti disitu saja media sosial adalah ekosistem yang sangat mempengaruhi kehidupan para generasi muda terutama dalam lifestyle. banyak tren fashion yang bermunculan seperti outfit kekinian hingga tutorial yang mempermudah supaya kita terlihat lebih kece dan menarik di depan banyak orang. Dari sini lah banyak sekali usaha fashion yang bermuncul di tiktok,instagram dan e commerce yang ada di indonesia,Bahkan harga nya pun jauh lebih murah daripada toko offline keuntungan inilah yang dijadikan pundi pundi uang yang besar oleh para pengusaha lokal bahkan beberapa brand ternama juga menambahkan toko mereka di tiktok dan instagram, hal ini juga mempengaruhi persaingan pasar yang ada di indonesia apalagi dengan cara pandang gen z yang ingin serba cepat dan fleksibel maka belanja melalui media sosial adalah hal yang menjadi solusi utama bagi kalangan gen z.

Kejahatan siber, sc:google.com
Kejahatan siber, sc:google.com

Cyber Crime dan Kesehatan Mental

Dibalik banyak nya manfaat yang begitu berdampak, Media sosial sendiri seperti pisau bermata dua yang mana memiliki sisi tajam di dalamnya, seperti yang kita ketahui bahwa kejahatan siber di indonesia semakin marak terjadi, dikutip dari detik.com dan data bps 2023 bahwa aktivitas yang paling sering dilaporkan dan menjadi sarana utama kejahatan siber adalah Jual beli Online yang menempati peringkat 1 dengan 53.793 insiden dan menguasai sebanyak 45,87%. Sasaran yang paling banyak terkena ini cenderung orang yang baru menggunakan belanja online sehingga sangat riskan dalam memilih dan membeli produk yang ditawarkan selanjutnya ada Investasi online fiktif atau kerja penipuan kerja freelance online yang sangat banyak memakan korban pencari kerja dan kemudian menipu korbannya untuk menyetorkan uang kepada penipu dengan iming-iming keuntungan besar menempati peringkat 3 dengan laporan sebanyak 9.810 atau 8,36%. Banyak generasi muda yang memilih untuk bekerja lebih fleksibel sehingga banyak dari mereka yang memilih bekerjasebagai freelance, hal ini membuat oknum tidak bertanggung jawab memanfaatkan peluang ini untuk dijadikan modus penipuan yang terjadi. Belakangan juga banyak terjadi kasus Judi Online yang 60% pengguna nya adalah generasi z, keterbatasan ekonomi dan ketidakmampuan secara finansial adalah faktor utama bagaimana fenomena ini bisa terjadi,banyak generasi z yang ingin memiliki uang dengan cepat dan mudah sehingga mereka menjadikan judi online sebagai peruntungan mereka untuk mendapatkan uang.

Media sosial juga menjadi isu yang paling berpengaruh bagi kesehatan mental remaja masa kini dikutip dari halodoc Tiga platform media sosial paling populer di kalangan remaja adalah YouTube (digunakan oleh 85 persen remaja, menurut survei 2018 Pew Research Center), Instagram (72 persen) dan SnapChat (69 persen). Menurut laporan 2018 yang dikeluarkan oleh GlobalWebIndex, orang berusia 16--24 tahun menghabiskan rata-rata tiga jam menggunakan media sosial setiap hari. Banyak remaja yang menderita gangguan kesehatan akibat terlalu lama bermain media sosial selain itu efek samping psikologis dari adanya media sosial juga mengakibatkan kejiwaan sang pengguna sangat memiliki ketergantungan. Penelitian yang dilaporkan dalam jurnal JAMA Psychiatry menemukan bahwa remaja yang menggunakan media sosial lebih dari tiga jam per hari berisiko tinggi terhadap masalah kesehatan mental terutama masalah internalisasi alias citra diri. Media sosial menjadi sarang pembulian di kalangan remaja, ada beberapa faktor yang melatarbelakangi hal ini bisa terjadi seperti perbedaan fisik,perbedaan ras,orientasi seksual dan masih banyak lagi. Pengguna bisa melontarkan kalimat pembulian melalui akun anonim yang mana akun ini adalah akun yang misterius selain itu sudah banyak pula orang orang yang menjadi tindak kekerasan verbal di dalam dunia maya. Hal ini tidak lepas dari adanya keinginan dari gen z yang ingin selalu update pada dunia maya sehingga hal seperti komentar dan juga reaksi juga rawan terjadi misspersepsi satu sama lain.

TANTANGAN

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun