Virus Covid-19 masih meneror beberapa negara terutama Indonesia. Bahkan Pandemi covid-19 mengakibatkan berbagai bidang ikut terkena dampaknya, salah satunya juga pada bidang Pertanian yang menyebabkan pendapatan sebagaian besar mengalami penurunan harga. Menurut FAO sudah memperingatkan potensi krisis pangan global di sektor pertanian.Â
Rantai pasokan pangan dunia juga terancam di tengah pemberlakuan karantina wilayah, pembatasan sosial, dan larangan perjalanan. Prof. Zun Peneliti Pertanian di salah satu University Venezuela dan juga pemegang nabel dari PBB mengatakan bawa, sektor pertanian pasti akan tergilas kalau tidak ada perhatian yang tinggi dari pemeritah dalam suatu negara agraris. Bila pada titik itu ada bencana, maka barulah kita sadar betapa pentingnya bahan makanan yang dihasilkan oleh sektor pertanian.
Maka dari itu,Presiden Jokowi sudah memberikan arahan bahwa pandemi covid-19 menjadi momentum reformasi sektor pangan.Â
Jadi, langkah utama yang perlu dilakukan meningkatkan produksi nasional berbasis pertanian rakyat dan keberpihakan pada petani kecil. Untuk bisa mewujudkannya, pemerintah sudah melakukan realokasi anggaran yang lebih besar untuk dialokasikan berupa bantuan benih/bibit, Subsidi Pupuk, program padat karya, stabilisasi stok dan harga pangan, serta distribusi dan transportasi pangan seperti modernisasi alat pertanian pemberian sebuah traktor, tangki pembasmi hama bermesin dan Kombin.
 Realokasi anggaran itu menjadi modal pemerintah mendongkrak produktivitas pangan sekaligus meningkatkan kesejahteraan petani pada teknologi. Akan tetapi masih disalahgunakan oleh bawahannya yang tidak amanah menyampaikan pada petani.Â
Akibatnya Penduduk Desa Kendalsari yang sebagian besar sebagai petani dan buruh tani sampai sekarang masih merasakan dampak dari adanya pandemi covid 19 ini.Â
Petani lebih banyak mengalami kerugian dikarenakan hasil pertaniannya tidak dapat terjual sepenuhnya di pasar, sehingga mengalami penurunan drastis dikarenakan kurangnya pembeli, dan turunnya permintaan, sebab adanya pemberlakuan WFH, maupun PPKM sehingga menyebabkan barang berupa beras /padi beserta sayuran mengalami penurunan harga namun masih saja jumlah pasokan yang banyak akibat tidak dapat didistribusikan ke Pulau Bali, Luar negeri maupun daerah lainnya sehingga terjadi penurunan pendapatan masyarakat.
Saat saya melakukan wawancara langsung dengan Bapak Junaedi selaku perwakilan tani di Desa Kendalsari, Kecamatan Petarukan, Kabupaten Pemalang. Beliau sudah menjadi petani kurang lebih dua puluh tahun ( 20 tahun ). Saat mewawancarai beliau, beliau berkata bahwa saat ini potensi pertanian mengalami penurunan harga padi hingga kurang lebih 60%. Sebelum adanya pandemi padi bisa terjual dengan harga 6,5 juta perkotak tanah atau 20 juta sampai 25 juta keatas perbahu ( satu bahu). Tetapi saat masa pandemi ini padi hanya mampu terjual dengan harga 3,5 juta perkotak tanah atau sekitar 8 juta sampai dengan 10 juta perbahu ( satu bahu ).Â
Beliau juga berkata bahwa sekarang pemerintah membagikan pupuk subsidi kepada petani dengan syarat harus punya kartu tani, akan tetapi setiap orang ada yang tidak punya kartu tani sehingga sebagian petani ada yang beli pupuk sendiri tanpa subsidi dengan harga yang mahal dan hal itu berpengaruh juga pada sasaran penjualan dengan harga yang lebih murah bahkan mengalami kerugian karena biaya yang dikeluarkan untuk kegiatan usaha tani lebih tinggi dibandingkan dengan kegiatan penjualan hasil pertaniannya yang selalu merosot disebabkan permainan tengkulak saat panen, meskipun begitu kadang petani pun terpaksa dijual padinya untuk menanam tanaman lagi dan agar tercukupi kebutuhan keluarga dalam hal pendapatan meskipun pendapatanya merosot.
Maka dari itu, Mahasiswa KKN memperkenalkan Program digital marketing ke petani yaitu media sosial berupa Instagram, Facebook, Shopee, dan WhatsApp dan marketplace pertanian berupa TaniHub, Sangtani-pilihan sang tani, Paktani Digital, Agromaret, dan limakilo . Hal ini diperlukan agar bisa memperluas pasar yang akan digunakan untuk menjual produk dan agar tidak melewati proses panjang melalui banyak tangan tengkulak.Â
Pemerintah pun mendukung penuh hal tersebut dengan meresmikan sistem pemasaran produk pertanian dengan cara online. Presiden Joko Widodo mengungkapkan bahwa pengembangan sarana dan prasarana teknologi informasi ini dilakukan untuk memangkas rantai distribusi hasil produksi dari petani kepada konsumen.