Mohon tunggu...
Arifiadi Patahuddin
Arifiadi Patahuddin Mohon Tunggu... karyawan swasta -

Bekerja sebagai IT consultant, bercita-cita menjadi seorang atlet olahraga. Semoga bisa menjadi Mentri Olahraga.

Selanjutnya

Tutup

Olahraga

Aku dan Sepeda Pertamaku

12 Juni 2015   21:20 Diperbarui: 17 Juni 2015   06:04 1622
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Beberapa bulan kemudian  ada teman yang berniat menjual sepedanya. Akupun menemui bapak dan menyampaikan kalau ada yang mau menjual sepeda. “yasudah coba tanya harga sepedanya” kata bapak. Dengan semangat Aku menemui teman dan menanyakan harga. “kukasih harga 200 ribu, sudah tidak kurang lagi !” kata teman. Harga 200. Ribu dengan merek Mustang, model sedan, ban bocor,  Aku rasa agak sedikit mahal. Dengan rasa deg-degan semoga bapak jadi membeli sepedanya. Aku ke rumah dan bicara ke Bapak soal harga. Mendengar harga 200rb, bapak tidak sanggup untuk membayarnya, dirasa sangat mahal, bapak hanya sanggup di harga 100rb. Yahh kandaslah harapan untuk punya sepeda, namun apa boleh buat Aku harus mengerti ekonomi keluarga saat itu. Akupun hanya bisa berdoa  memohon  kepada Allah, agar orangtuaku membelikan sepeda. Setiap selesai mengaji Aku tidak lupa untuk memanjatkan doa itu kepada Allah.  

Satu bulan setalah kejadian batalnya pembelian sepeda teman, tiba tiba ada yang datang mengantarkan surat. Melihat logo perusahaan mie instant pada dada sebelah kanan orang itu Aku jadi sangat penasaran dengan isi surat ini. Aku pun bertanya ke org tersebut, rupanya org itu tidak mau menjawab dan mempersilahkan kami sekeluarga membuka sendiri isi surat itu. Betapa terkejutnya kami, isi surat bertuliskan “anda mendapatka 1 unit sepeda gunung”. Alhamdulillah betapa senangnya diriku saat itu. Allah menjawab doaku, ada hikmanya bapak tidak jadi membeli sepeda teman, rupanya Allah punya rencana lain, menggantinya dengan sepeda yang baru, yang lebih baik dan sangat modern saat itu. Tak henti-hentinya Aku memanjatkan rasa syukur atas rejeki yang diberikan Allah.  Dengan sepeda ini Aku lebih semangat beraktifitas, kemanapun ibu menyuruhku membeli barang dagangan, dengan senanghati dan penuh semangat kaki ini mengayuh sepeda sampai tujuan.

Dari pengalaman diatas, Aku bisa mengambil pelajaran, bahwa sepandai-pandainya manusia membuat rencana, rencana Allah lebih indah. Tidak semua hal yang kita inginkan, dapat kita miliki. Terkadang, ada saat dimana apa yang kita harapkan, ternyata harus berjalan berkebalikan.  Allah punya rencana lain dari semua kejadian ini dan menggantinya yang lebih dari yang kita harapkan.

***

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Olahraga Selengkapnya
Lihat Olahraga Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun