Mohon tunggu...
arif haryono
arif haryono Mohon Tunggu... Full Time Blogger - Don't stop when you're tired Stop when you're done

Tinggal di Kota Bekasi sejak tahun 1989

Selanjutnya

Tutup

Politik Pilihan

Wakil Rakyat, Bukan Wakil Tuhan

10 November 2019   13:51 Diperbarui: 10 November 2019   14:06 121
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Kita boleh beropini, tapi janganlah menghakimi. Karena tugas Tuhan di bumi ini yang bisa memutuskan bersalah atau tidak itu adalah Hakim. Bahkan Hakim sebagai seorang yang diberikan kekuasaan luar biasa itupun suka salah karena Hakim juga manusia yang tidak sempurna diciptakan oleh Nya.

Terkadang saya geli dengan beberapa statement wakil rakyat yang dipilih oleh rakyat, mereka terpilih karena rakyat pasti melihat keberaniannya, kepintarannya dan mau mencurahkan tenaganya untuk mewakili rakyat membangun negeri ini. 

Tapi beberapa oknum wakil rakyat ini malah bertindak sebagai Hakim yang dengan seenaknya memberikan "penghakiman" tanpa melalui proses pengadilan terlebih dahulu. Tentu hal itu dapat dikategorikan sebagai "pembunuhan karakter" yang direncanakan untuk menjatuhkan seseorang yang tidak disukai atau mungkin lawan politiknya.

Bahkan beberapa hari ini kita juga melihat arogansi oknum wakil rakyat yang bertindak tidak beretika dan menjunjung tinggi sopan santun dalam melaksanakan tugasnya. Berkata kasar, membanting dokumen bahkan menghakimi seseorang di media sosial padahal belum ada keputusan hakim dalam pengadilan bahwa orang tersebut bersalah.

Bagaimana negara ini bisa damai jika wakil rakyat yang kita inginkan mengawasi pembangunan, bekerjasama dengan eksekutif untuk bersama-ssama menciptakan stabilitas negara agar masyarakat dapat tenang untuk melakukan aktivitasnya sehari-hari malah disuguhi "akrobat" politik yang tidak perlu.

Malah karena kalah suara di parlemen, mereka lebih suka mengajak publik lewat petisi-petisi online, posting media sosial dan mengajak teman-teman diluar parlemen untuk ikut memviralkan.

Apakah mereka memahami demokrasi dan aturan yang ada?

Atau mereka memang menjadikan masalah-masalah yang ada hanya untuk kepentingan popularitas politik mereka sendiri?

Atau malah memang sengaja bersandiwara dengan orang tersebut dengan saling serang agar dapat perhatian media massa dan konsumsi publik di media sosial?

Mungkin hanya mereka dan Tuhan yang tahu.

Akan tetapi tindakan para oknum wakil rakyat ini memang sudah kelewat batas sehingga mereka bersikap layaknya Wakil Tuhan di negeri ini.

Sungguh disayangkan jika generasi muda malah berkutat dengan memperbesar masalah, bukannya memperbaiki dan memberikan saran positif yang membangun. Itu hanya akan membuang-buang energi mereka sendiri dan tentu malah memperkeruh suasana di negeri ini.

Wahai para wakil rakyat, ingat anda itu hanyalah seorang "pembantu" yang digaji oleh rakyat. Pahamilah bagaimana caranya menjadi negarawan yang baik dengan bekerja sesuai konstitusi. 

Jika memang menemukan bukti kesalahan, maka serahkanlah kepada Hakim supaya bisa diputuskan benar atau tidaknya. Bukannya memberikan kepada publik dan mengerahkan masa dengan menjadikan pengadilan jalanan sebagai alat untuk menghukum seseorang. Itu tandanya kalian sudah tidak percaya kepada sistem pemerintahan di negeri ini.

Janganlah kalian memanagement konflik hanya untuk menaikkan popularitas kalian, ingat kalian memang tenar di media sosial, didunia maya. Tapi di dunia nyata ternyata hanya segelintir yang memilih kalian.

Kami rakyat hanya ingin perdamaian, persatuan yang beberapa tahun ini mencabik-cabik silaturahmi dan kekeluargaan diantara kami. Jangan manfaatkan kami untuk kepentingan kelompok kalian sendiri.

Manusia itu tidak ada yang sempurna, demikian juga kalian. Pasti ada sisi buruk yang disembunyikan rapat-rapat dengan cara menyalahkan orang lain.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun