Mohon tunggu...
arif haryono
arif haryono Mohon Tunggu... Full Time Blogger - Don't stop when you're tired Stop when you're done

Tinggal di Kota Bekasi sejak tahun 1989

Selanjutnya

Tutup

Kebijakan Pilihan

The Winner Take All

23 Oktober 2019   21:12 Diperbarui: 23 Oktober 2019   21:28 97
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Pemerintahan. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

Tahun 2019 ini sungguh berbeda dengan tahun-tahun sebelumnya, Kabinet rasa Parlemen begitu terasa sekali. Ada sekitar 17 dari 35 Menteri diisi oleh Partai, dan sisanya 21 Menteri dari Profesional yang tentu saja juga sebagian memiliki hubungan dengan partai juga.

Nyaris hampir seluruh partai 5 besar ada di kabinet Indonesia Maju 2019. Hanya Partai Demokrat, PKS dan PAN saja yang tidak masuk ke kabinet tersebut. Dan dengan masuknya Gerindra ke kursi pemerintah tentu akan memudahkan pemerintahan untuk menjalankan seluruh program-programnya nanti. 

Bagi partai politik baru ini tentu menjadi pelajaran berharga, bahwa sebaik apapun sistem dan orang didalamnya kalau tidak memperoleh suara signifikan tentu segala kerja keras dan militansinya dalam mendukung calon presiden tidak akan dilirik sama sekali.

Dan tentu saja itu akan semakin diperparah jika para mantan caleg yang saat pemilu kemaren telah bekerja keras dan memperoleh ribuan suara di dapilnya tidak di rangkul dengan baik.

Justru mereka yang memperoleh suara banyak ini perlu didekati agar suara-suara yang mereka peroleh kemarin bisa tetap berada di partai tersebut.

Saat pileg kemarin, banyak diantara masyarakat memilih wakil rakyat karena mengenal mereka. Dan jika para caleg ini walaupun gagal tetap dekat dengan konstituennya maka kemanapun mereka pindah partai pasti tetap akan memilih mereka.

Suara para pemilih ini adalah modal dasar untuk sebuah partai unjuk gigi menorehkan kerja kerasnya dalam kabinet maupun di parlemen. Tanpa suara pemilih, sebagus apapun sistem dan SDM partai didalamnya tidak akan bisa membawa perubahan yang berarti bagi masyarakat. Karena jelas "The Winner Take All", pemenang akan mendapatkan semuanya, baik di parlemen maupun di kabinet. 

Seperti yang kita lihat saat ini, "lawan" politik pun dirangkul karena memiliki suara yang sangat banyak, akan tetapi kita juga bisa lihat bahwa walaupun sebuah partai sangat militan dan kerja keras jika tidak memiliki suara yang besar ya tidak akan bisa mendapat apa-apa.

Politik itu kejam? 

Ya kurang lebih bisa digambarkan seperti itu, akan tetapi politik dalam demokrasi itu adalah sebuah seni bagaimana bisa mengajak orang lain untuk dapat mengenal, percaya dan memilih kita. Sehingga apapun yang kita inginkan dan lakukan mereka juga akan menyetujui dan mengikuti kita juga.

Partai politik adalah tempat untuk menjaring masyarakat yang memang ingin belajar dan berprofesi sebagai politisi. Merekalah yang akan menjadi wakil masyarakat baik duduk di parlemen atau di pemerintahan.

Jika negara kita memiliki sistem demokrasi tapi didalam partai itu sendiri tidak diajarkan demokrasi misal dalam setiap pemilihan pengurus dari tingkat terkecil di struktur partai, bagaimana mereka nanti para politisi muda yang baru berpolitik ini bisa memahami demokrasi dalam sistem perpolitikan di negeri yang kita cintai ini.

Regenerasi para politikus memang dibutuhkan dengan membina orang-orang muda yang belum berpengalaman ini dengan baik. Menyesuaikan zaman sekarang terutama para millenial. Akan tetapi jika mereka yang baru masuk ini malah dikecewakan, diberikan aturan-aturan yang malah tidak demokratis serta otoriter dapat dipastikan generasi muda akan kapok dan tidak akan mau lagi untuk ikut dalam dunia politik.

Bertolt Brecht, penyair asal Jerman (1898-1956)

Buta yang terburuk adalah buta politik. Dia tidak mendengar, tidak berbicara, dan tidak berpartisipasi dalam peristiwa politik. 

Dia tidak tahu bahwa biaya hidup, harga kacang, harga ikan, harga tepung, biaya sewa, harga sepatu dan obat, semua tergantung pada keputusan politik.

Orang buta politik begitu bodoh, sehingga ia bangga dan membusungkan dadanya seraya mengatakan bahwa ia membenci politik. Si dungu tidak tahu bahwa dari kebodohan politiknya lahir pelacur, anak terlantar, pencuri terburuk dari semua pencuri, politisi buruk, dan rusaknya perusahaan nasional serta multinasional yang menguras kekayaan negeri.

Bisa kita bayangkan jika generasi muda yang baik dan polos ini begitu terjun ke dunia politik malah menemukan bahwa politik itu sebenarnya tidak baik, maka akan ada apatisme dan ketidakpedulian yang dapat mengakibatkan orang jahat menguasai politik di negeri yang kita cintai.

Bagi para generasi muda yang kemaren sudah pernah masuk ke dunia politik, jangan pernah menyerah karena orang baik itu bisa dimana saja berada. Partai itu hanya selembar kertas yang jika ditulis dengan kata-kata baik maka akan jadi karya sastra yang baik, jika diisi dengan kata-kata buruk maka hanya akan jadi caci maki yang tidak berguna dan hanya menjadi dosa saja.

Kalian juga harus membongkar perilaku orang-orang jahat dalam partai, sehingga gaya lama mereka yang hanya memanfaatkan orang-orang baik hanya untuk kepentingan sekelompok orang ini tidak membawa korban baru lainnya.

Janganlah kita terus diam tanpa ada aksi apapun, marilah kita peduli terhadap generasi muda dan mencegah mereka jadi korban politik selajutnya.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Kebijakan Selengkapnya
Lihat Kebijakan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun