Mohon tunggu...
Arif R. Haryono
Arif R. Haryono Mohon Tunggu... -

terkadang menulis, jarang bekerja, seringnya melamun dan bermimpi di siang bolong:....

Selanjutnya

Tutup

Politik

Politik (ng)Aceng dan si Kumis: Kata siapa pencitraan tak penting?

7 Desember 2012   06:35 Diperbarui: 24 Juni 2015   20:03 439
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Tepat pukul 10.00, sang Menteri berujar pengunduran dirinya kepada khalayak. Presiden pun menerima pengunduran diri sosok yang terkenal dengan kumisnya yang tebal. Dulu, kumis ini lah yang menghantarkan beliau menjadi “the most desirable person” versi ibu-ibu rumah tangga.

BUM…!!

Linimasa akun tiwtter saya dipenuhi oleh puja-puji atas sikap dan tindakan sang (mantan) menteri. Kolega, awak media, hingga aktivis sosial mengapresiasi tindakan Menteri Olahraga yang tak pernah jadi atlet nasional ini. Seakan kita alpa dengan besaran kerugian negara atas kasus Hambalang yang dilakukan oleh Kementrian yang dipimpin oleh Menteri Pemuda yang tak sekalipun pernah menjadi pimpinan Organisasi Kepemudaan (OKP). Setidaknya beban KPK dalam melakukan penyelidikan akan berkurang; beban yang datang dari tembok bernama “birokrasi istana”.

Andi Malaranggeng sedang selamatkan wajah Presiden?
Atau memang hati nuraninya yang menunjukkan langkah lengser keprabon ini?
Jika demikian, mengapa ketika bawahannya dijadikan tersangka ia tak kunjung melangkah?

***

Saya repetisi kalimat awal saya; anda sekalian yang pernah ucapkan selamat jalan pada Politik Pencitraan silahkan tarik kembali salam perpisahan itu.

Masyarakat negeri ini adalah masyarakat yang rindu akan kisah-kisah heroik, mudah syahdu dengan cerita-cerita mulut sang pahlawan. Padahal bisa jadi pahlawan itu curang. Analogi kecil, kita selalu terkesima dengan sosok Yudhistira sang Putra Pandu sebagai pribadi yang jujur, adil, dan tak mungkin berbuat curang. Tapi tahukah anda bahwa Yudhistira adalah seorang raja yang gemar berjudi, pernah punya sejarah mempertaruhkan istri dan adik-adiknya, dan membohongi gurunda Durna agar peroleh kemenangan di Medan Kurusetra?

Aceng dan Andi Malaranggeng adalah contoh terbaik atas upaya pemanfaatan sifat mudah-lupa dan romantisme masyarakat Indonesia. Belum lagi ini adalah era di mana banyak wahana dan media yang bisa dimanfaatkan. Media menjamur, sosial media murah-meriah. Memang, tak mudah membalikkan persepsi publik; butuh usaha, daya, modal, dan tentu saja – konsultan politik yang handal. Keduanya saya yakin memiliki modal-modal tersebut.

Ada yang berani membayangkan
Aceng sebagai kandidat Cagub Jawa Barat 2018?
atau Andi Malaranggeng masuk bursa Capres 2019?
Saya berani. Bukankah Indonesia negeri surga-nya kemungkinan?
Jadi, bentornato (selamat datang kembali) politik pencitraan?

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun