Selama tujuh tahun (Oktober 2007 – Oktober 2014) aku bekerja di Istana Presiden di masa kepemimpinan Presiden Susilo Bambang Yudhoyono (SBY). Aku ditempatkan di kantor Staf Khusus Presiden yang bertugas menyosialisasikan program-program Pemerintah melalui tabloid dan buku. Selain itu juga menangani pengaduan masyarakat kepada Presiden melalui short message service (SMS) ke SMS 9949 dan surat melalui PO BOX 9949 JKT 10000. Berikut ini beberapa catatan kenanganku saat bekerja di Istana Presiden.
SBY membawa berkah bagiku dan keluargaku. Terpilihnya SBY sebagai Presiden RI keenam dalam Pilpres yang pertama kali langsung dipilih oleh rakyat tahun 2004 berdampak positif terhadap keluargaku. Tahun 2005 SBY mengeluarkan kebijakan mengangkat guru-guru honorer menjadi pegawai negeri. Isteriku yang belasan tahun menjadi guru SD dengan status guru honorer diangkat menjadi pegawai negeri pada tahun 2006. Sebelum SBY menjadi Presiden, isteriku telah beberapa kali mengikuti tes penerimaan calon pegawai negeri, namun selalu kandas.
Aku (berbaju batik) meliput kegiatan Presiden SBY dan Ibu Negara Ani Yudhoyono dalam peringatan Hari Buruh di Magelang, Jawa Tengah, 1 Mei 2008. (Foto: Abror Rizki/fotografer pribadi Presiden RI)
Tahun 2007 giliranku yang mendapat berkah dari SBY. Pada minggu keempat September 2007 dan di saat itu umat Islam menjalankan ibadah puasa Ramadhan, aku mendapat telepon dari seorang temanku, Darsum, yang bekerja di Istana Presiden. Darsum memintaku untuk menemuinya di Istana Presiden besok siang, karena dia akan memberiku pekerjaan yang menarik untuk menambah penghasilan. Pekerjaan yang dimaksudnya adalah mengelola tabloid Presiden SBY. Dia berpesan agar aku membawa beberapa eksemplar majalah Men’s Obsession, majalah tempatku bekerja, untuk diberikan kepada pimpinannya, Mayjen TNI (Purn) Sardan Marbun, Staf Khusus Presiden Bidang Hukum dan Pemberantasan KKN.
“Saya disuruh oleh Pak Sardan Marbun untuk mencari wartawan yang berpengalaman untuk mengelola tabloid Presiden. Saya merekomendasikan kamu, dan dia ingin bertemu kamu besok siang. Jangan sampai nggak datang lho,” kata Darsum.
“Siap, bos,” kataku sambil tertawa.
Majalah Men’s Obsession milik Usamah Hisyam. Majalah politik dan gaya hidup yang terbit sebulan sekali itu diluncurkan di sebuah hotel di Jakarta, Januari 2004. Peluncuran Men’s Obsession dilakukan oleh SBY yang saat itu menjabat Menko Polhukam. Dalam acara tersebut SBY didampingi Pemimpin Umum/Pemimpin Redaksi Men’s Obsession Usamah Hisyam dan tokoh pers nasional Surya Paloh.
Men’s Obsession salah satu anak perusahaan Dharmapena Citra Media atau biasa disebut Dharmapena. Beberapa bulan setelah peluncuran Men’s Obsession, Dharmapena meluncurkan buku biografi SBY yang berjudul “SBY Sang Demokrat” yang ditulis oleh Usamah Hisyam dkk. Peluncuran “SBY Sang Demokrat” dilakukan menjelang Pemilu 2004. “SBY Sang Demokrat” menjadi buku best seller tahun 2004, dan ikut andil mengantarkan Partai Demokrat menduduki posisi lima besar dengan meraih 57 kursi DPR setelah Golkar, PDIP, PPP, dan PKB. Pemilu legislatif yang digelar 5 April 2004 itu diikuti 24 parpol. SBY yang membidani kelahiran Partai Demokrat tahun 2002.
Aku bersalaman dengan Presiden SBY dalam acara halal bihalal di Istana Negara, Senin, 27 Agustus 2012. (Foto: Abror Rizki/fotografer pribadi Presiden RI)
Selain itu “SBY Sang Demokrat” juga makin melejitkan popularitas SBY dan ikut berperan memenangkan SBY dalam Pilpres 2004. Prestasi itu diulanginya lagi pada Pilpres 2009. Dengan demikian di era reformasi SBY adalah orang pertama yang memenangkan dua kali Pilpres secara beruntun.
Pada periode pertama kepemimpinannya, SBY merekrut Abror Rizki, fotografer Men’s Obsession menjadi fotografer pribadinya. Aku bersyukur rekanku itu terpilih menjadi fotografer pribadi Presiden. Dan aku pun berobsesi ingin mengikuti jejak Abror bekerja di Istana Presiden. Aku membayangkan sungguh enak bekerja di Istana Presiden.
Ternyata impianku bekerja di Istana Presiden akhirnya terwujud. Aku menepati janjiku menemui Darsum yang berkantor di gedung Bina Graha yang berada di kompleks Istana Presiden. Darsum kemudian memperkenalkan aku kepada Sardan Marbun. Staf Khusus Presiden yang akrab dipanggil Marbun ini dipercaya oleh SBY mengelola tabloid Sambung Hati 9949. Marbun mengatakan ia senang membaca artikelku tentang SBY yang dimuat di Men’s Obsession. Pensiunan jenderal bintang dua ini menanyakan banyak hal tentang pengalamanku di dunia pers, dan aku menjelaskannya dengan penuh semangat. Dia lalu memintaku membantunya mengelola Sambung Hati 9949. Selain itu dia juga memintaku membantu menangani pengaduan masyarakat kepada Presiden melalui SMS ke SMS 9949 dan surat melalui PO BOX 9949 Jakarta 10000, serta menulis buku tentang program-program pemerintah.
Aku dan Staf Khusus Presiden Sardan Marbun, September 2014. (foto: dok.pribadi).
Aku mulai bekerja di Istana Presiden pada Oktober 2007. Aku direkrut bekerja dengan status tenaga perbantuan alias tenaga honorer di Staf Khusus Presiden Bidang Hukum dan Pemberantasan KKN pada periode Oktober 2007 hingga Oktober 2009. Aku menduduki posisi redaktur pelaksana Sambung Hati 9949. Semula tabloid Presiden itu terbit sebulan sekali, dan aku masih bisa merangkap bekerja di Men’s Obsession yang juga terbit sebulan sekali. Namun, ketika Sambung Hati 9949 terbit seminggu sekali sejak April 2008, dan aku sering mendapat tugas liputan ke berbagai daerah, aku kesulitan membagi waktu untuk Men’s Obsession. Akhirnya aku memutuskan mengundurkan diri dari Men’s Obsession tanggal 1 Mei 2008. Dengan demikian aku bisa fokus bekerja di Istana Presiden.
Aku berpamitan kepada bosku Usamah Hisyam. Dia berpesan agar aku bekerja secara profesional dan menjaga kesehatan.
Pada periode kedua kepemimpinan SBY, Marbun tetap dipertahankan sebagai Staf Khusus Presiden dan mengelola tabloid Presiden. Kali ini Marbun menjadi Staf Khusus Presiden Bidang Komunikasi Sosial. Sementara itu tabloid Sambung Hati 9949 berganti nama menjadi Bertindak Untuk Rakyat. Marbun mempertahankan aku dengan tetap mempercayaiku sebagai redaktur pelaksana. Selain itu Marbun juga memberiku jabatan Pembantu Asisten Staf Khusus Presiden Bidang Komunikasi Sosial atau setingkat pejabat eselon III.
Setelah Abror dan aku, beberapa teman dari Men’s Obsession menyusul bekerja di Istana Presiden, yakni Firmansyah, Eva Andrian, dan Sahrudi Rais.
Staf Khusus Presiden
Dalam periode pertama SBY menjadi presiden (2004-2009) ia memberi nama kabinetnya adalah Kabinet Indonesia Bersatu (KIB). Selain dibantu oleh para menteri, SBY juga dibantu oleh Staf Khusus Presiden. Dalam periode kedua kepemimpinannya (2009 – 2014) SBY juga tetap dibantu oleh Staf Khusus Presiden.
Dalam sejarah Republik Indonesia lembaga Staf Khusus Presiden baru ada pada saat SBY menjadi Presiden. Staf Khusus Presiden bersifat operasional, karena menempel kegiatan Presiden 24 jam lamanya. Staf Khusus Presiden diangkat oleh Presiden melalui Keputusan Presiden. Dalam menjalankan tugasnya, Staf Khusus Presiden dibantu Asisten Staf Khusus Presiden dan Pembantu Asisten Staf Khusus Presiden. Staf Khusus Presiden mengusulkan pengangkatan Asisten Staf Khusus Presiden dan Pembantu Asisten Staf Khusus Presiden kepada Sekretaris Kabinet. Asisten Staf Khusus Presiden dan Pembantu Asisten Staf Khusus Presiden diangkat berdasarkan Surat Keputusan Sekretaris Kabinet.
Kedudukan Staf Khusus Presiden setingkat dengan pejabat eselon I, sedangkan kedudukan Asisten Staf Khusus Presiden setingkat dengan pejabat eselon II, dan kedudukan Pembantu Asisten Staf Khusus Presiden setingkat dengan pejabat eselon III. Staf Khusus Presiden mendapat fasilitas rumah dinas di kompleks Sekretariat Negara, Slipi, Jakarta Barat, dan mobil dinas.
Staf Khusus Presiden, Asisten Staf Khusus Presiden, dan Pembantu Asisten Staf Khusus Presiden mendapat uang tunjangan jabatan dan uang remunerasi dari negara. Selain dibantu Asisten Staf Khusus Presiden dan Pembantu Asisten Staf Khusus, Staf Khusus Presiden diperbolehkan merekrut personil dengan status tenaga perbantuan. Tenaga perbantuan mendapat honor dari uang pribadi Staf Khusus Presiden.
Pada periode pertama kepemimpinannya, SBY mengangkat tiga orang pensiunan mayor jenderal TNI menjadi Staf Khusus Presiden, yakni Sardan Marbun, Irvan Edison, dan Djali Yusuf. Setelah pensiun dari tentara mereka aktif di Sekoci, salah satu organ tim sukses SBY-JK pada Pemilu 2004, Sardan Marbun yang pernah bertugas di Badan Intelijen Mabes TNI AD, ditempatkan sebagai Staf Khusus Presiden Bidang Hukum dan Pemberantasan KKN. Sedangkan Irvan Edison, mantan Gubernur Akademi Militer, menjabat sebagai Staf Khusus Presiden Bidang Hankam. Sementara itu Djali Yusuf menduduki posisi Staf Khusus Presiden Bidang Komunikasi Politik. Mantan Pangdam Iskandar Muda ini menggantikan Yenny Zannuba Wahid, puteri mantan Presiden KH Abdurrahman Wahid alias Gus Dur. Yenny mundur sebagai Staf Khusus Presiden tahun 2007 karena fokus berkiprah di Partai Kebangkitan Bangsa.
Staf Khusus Presiden lainnya adalah Andi Mallarangeng, Dino Patti Djalal, Heru Lelono, dan Kurdi Mustofa. Andi Mallarangeng, pengamat politik dan mantan Ketua DPP Partai Persatuan Demokrasi Kebangsaan (PPDK), menjadi Staf Khusus Presiden Bidang Hubungan Dalam Negeri merangkap Juru Bicara Presiden bidang dalam negeri. Dino, pegawai negeri di Departemen Luar Negeri, menjadi Staf Khusus Presiden Bidang Hubungan Internasional merangkap Juru Bicara Presiden bidang luar negeri. Sementara itu Heru Lelono, mantan anggota Badan Penelitian dan Pengembangan Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (Balitbang PDI-P), diangkat menjadi Staf Khusus Presiden Bidang Otonomi dan Pemerintahan Daerah. Sedangkan Brigjen TNI Kurdi Mustafa ditunjuk sebagai Staf Khusus Presiden Bidang Komunikasi Sosial. Selain itu Kurdi juga mengurusi Majelis Dzikir SBY Nurussalam sejak masa kampanye Pemilu 2004. Majelis zikir ini rutin beraktivitas di Masjid Baiturahim, Istana Kepresidenan, setiap Kamis malam. Majelis zikir ini juga selalu menyambut Presiden ke mana pun berkegiatan karena luasnya jaringan.
September 2008 SBY memecah lembaga Staf Khusus Presiden Bidang Hukum dan Pemberantasan KKN menjadi dua, yakni Staf Khusus Presiden Bidang Hukum dan Staf Khusus Presiden Bidang Pemberantasan KKN. SBY merekrut Denny Indrayana, salah seorang pendiri Pusat Kajian Anti Korupsi Fakultas Hukum Universitas Gadjah Mada, menjadi Staf Khusus Presiden Bidang Hukum. Sedangkan jabatan Staf Khusus Presiden Bidang Pemberantasan KKN tetap dipegang Sardan Marbun.
SBY memberikan kepercayaan kepada Sardan Marbun mengelola pengaduan masyarakat melalui SMS dan surat. Selain itu Marbun juga mengelola tabloid Sambung Hati 9949. Angka 9949 adalah tanggal kelahiran SBY, yakni 9 September 1949. Nomor ini dibuatkan setelah nomor telepon seluler Presiden hang karena kebanjiran pesan singkat dalam waktu bersamaan. Rakyat tahu nomor telepon seluler Presiden setelah SBY menyebutkan dan disiarkan media massa saat berdialog dengan ribuan petani di Waduk Jati Luhur, Purwakarta, Jawa Barat, tahun 2006.
Marbun mengolah dan mengklarifikasi pengaduan masyarakat ke SMS 9949 dan PO BOX 9949 untuk dilaporkan ke Presiden. Presiden ingin menangkap aspirasi rakyat melalui SMS dan surat. Sementara itu tabloid Sambung Hati 9949 pertama kali terbit pada September 2007. Semula terbit sebulan sekali, lalu terbit dua minggu sekali, dan pada periode September 2008 – Oktober 2009 terbit seminggu sekali. Isinya tentang sosialisasi program-program pemerintah. Tabloid ini dibagikan gratis kepada masyarakat. Saat SBY melakukan tugas di berbagai daerah, tabloid ini dibagikan dalam acara-acara tersebut dan dibagikan kepada masyarakat di daerah setempat.
Sambung Hati 9949 terbit 24 halaman, memuat kegiatan Presiden SBY di dalam negeri dan di luar negeri, serta memuat hasil liputan anak buah Marbun di berbagai daerah. Dalam melakukan liputan anak buah Marbun dibekali surat penugasan resmi sebagai Asisten dan Pembantu Asisten Staf Khusus Presiden Bidang Hukum dan Pemberantasan KKN yang ditujukan kepada gubernur dan bupati/walikota. Tabloid ini memuat wawancara dengan rakyat yang menerima manfaat program-program pemerintah.
Kegiatan-kegiatan Presiden SBY juga dipublikasikan di situs www.presidenri.go.id. Portal ini dikelola Staf Khusus Presiden Bidang Hubungan Dalam Negeri yang dikomandoi Andi Mallarangeng.
Dalam periode kedua kepemimpinannya tahun 2009 - 2014, SBY tetap dibantu Staf Khusus Presiden. Sardan Marbun, Heru Lelono, dan Denny Indrayana tetap dipertahankan. Sardan Marbun menduduki jabatan Staf Khusus Presiden Bidang Komunikasi Sosial. Ia tetap dipercaya mengelola SMS 9949 dan PO BOX 9949. Juga tetap mendapat amanah mengelola tabloid resmi Istana Presiden yang berganti nama dari Sambung Hati 9949 menjadi Bertindak Untuk Rakyat, dan terbit seminggu sekali. Perubahan nama tabloid tersebut atas instruksi SBY, karena SBY tidak mau dikultuskan dengan angka 9949. Heru Lelono menduduki posnya yang baru sebagai Staf Khusus Presiden Bidang Informasi dan Hubungan Masyarakat. Denny Indrayana ditunjuk sebagai Staf Khusus Presiden Bidang Hukum dan Pemberantasan KKN. Namun, Denny tak sampai menuntaskan jabatannya tersebut, karena pada tanggal 19 Oktober 2011 diangkat menjadi Wakil Menteri Hukum dan HAM. Setelah kepergian Denny lembaga Staf Khusus Presiden Bidang Hukum dan Pemberantasan KKN dihapus.
Yang tidak lagi duduk dalam jabatan Staf Khusus Presiden adalah Irvan Edison, Djali Yusuf, Andi Mallarangeng, Dino Patti Djalal, dan Kurdi Mustofa. Irvan dan Djali terpental. Sedangkan Andi diangkat menjadi Menteri Pemuda dan Olahraga, dan Dino Patti Djalal diangkat menjadi Duta Besar RI di Amerika Serikat. Sementara itu Kurdi dikembalikan ke Mabes TNI.
Beberapa wajah baru tampil di lingkar dalam Istana Presiden, yakni Andi Arief, Ahmad Yani Basuki, Julian Aldrin Pasha, Daniel Sparringa, Teuku Faizasyah, Jusuf Gunawan, Velix Wanggai, Firmanzah, dan Haryanto. Andi Arief, aktivis dan mantan pendiri Partai Rakyat Demokratik, serta korban penculikan tahun 1998, dipercaya menjadi Staf Khusus Presiden Bidang Bantuan Sosial dan Bencana Alam. Ahmad Yani Basuki, mantan Kepala Bidang Penerangan Umum Puspen TNI, diangkat menjadi Staf Khusus Presiden Bidang Publikasi dan Dokumentasi. Pada awal menjadi Staf Khusus Presiden, November 2009, pangkatnya adalah kolonel, lalu tahun 2013 menjadi mayor jenderal.
Sementara itu Julian Aldrin Pasha menggantikan Andi Mallarangeng sebagai Juru Bicara Presiden Bidang Dalam Negeri. Sebelumnya Julian adalah Wakil Dekan FISIP Universitas Indonesia. Wajah baru lainnya adalah Daniel Sparringa yang menduduki posisi Staf Lhusus Presiden Bidang Komunikasi Politik. Daniel dikenal sebagai pengamat politik dan dosen di Universitas Airlangga, Surabaya. Daniel dipercaya mengelola situs www.presidenri.go.id. Wajah baru lainnya adalah Teuku Faizasyah yang menjadi Staf Khusus Presiden Bidang Luar Negeri merangkap Juru Bicara Presiden. Sebelumnya Faizasyah adalah Juru Bicara Departemen Luar Negeri.
SBY juga memberikan kepercayaan kepada seorang pengusaha, Jusuf Gunawan, menjadi Staf Khusus Presiden Bidang Pangan dan Energi. Jusuf adalah kerabat bos Sinar Mas Group. Pada pertengahan tahun 2013 Jusuf mengundurkan diri, dan digantikan Hariyanto. Sebelumnya Hariyanto menjabat Wakil Sekretaris Pribadi Presiden.
Sementara itu Velix Wanggai, putera Papua dan Direktur Eksekutif The Institute for Regional Institusions and Networks (IRIAN Institute), sebuah lembaga swadaya masyarakat yang fokus pada berbagai persoalan di Papua, ditunjuk menjadi Staf Khusus Presiden Bidang Otonomi Daerah.
Pada Juni 2012 SBY mengangkat Firmanzah sebagai Staf Khusus Presiden Bidang Ekonomi. Sebelumnya Firmanzah menjabat Dekan Fakultas Ekonomi UI. Firmanzah dikenal sebagai penulis yang produktif.
Tiga Kali Pindah Kantor
Lingkaran dalam Presiden SBY dari unsur Staf Khusus Presiden pada periode 2004 – 2009 terdiri dari Staf Khusus Presiden Bidang Hukum dan Pemberantasan KKN, Staf Khusus Presiden Bidang Hankam, Staf Khusus Presiden Bidang Komunikasi Politik, Staf Khusus Presiden Bidang Hubungan Dalam Negeri merangkap Juru Bicara Kepresidenan, Staf Khusus Presiden Bidang Hubungan Internasional merangkap Juru Bicara Kepresidenan, Staf Khusus Presiden Bidang Otonomi dan Pemerintahan Daerah, dan Staf Khusus Presiden Bidang Komunikasi Sosial. Para Staf Khusus Presiden berkantor di Gedung Bina Graha, kecuali Staf Khusus Presiden Bidang Komunikasi Sosial yang menempati kantor di samping Istana Negara.
Bina Graha tempat berkantor Presiden Soeharto pada periode 1970-1998. Setelah Soeharto lengser keprabon tanggal 21 Mei 1998, Wakil Presiden BJ Habibie naik kelas menjadi Presiden. BJ Habibie memanfaatkan Bina Graha sebagai kantor kepresidenan. Pengganti BJ Habibie, yakni Presiden KH Abdurrahman Wahid alias Gus Dur, juga berkantor di Bina Graha tahun 1999-2001. Pada masa pemerintahan Presiden Megawati Soekarnoputeri (2001-2004), Bina Graha dijadikan museum dan sanggar seni. Megawati memilih Istana Negara sebagai kantornya.
Pada masa pemerintahan SBY, Bina Graha dijadikan kantor Staf Khusus Presiden, Utusan Khusus Presiden, dan Unit Kerja Presiden Pengelolaan Program dan Reformasi (UKP3R). Staf Khusus Presiden dan UKP3R menempati ruangan di lantai dua, sedangkan Utusan Presiden menempati ruangan di lantai satu.
Bekas ruangan kerja Soeharto berada di lantai dua yang dipakai untuk ruangan kerja Juru Bicara Kepresidenan Andi Mallarangeng dan stafnya. Di ruangan itu Andi dan stafnya mengelola situs kepresidenan www.presidenri.go.id. Di sebelah ruangan Andi adalah ruangan Staf Khusus Presiden Bidang Hukum dan Pemberantasan KKN. Di ruangan inilah aku dan teman-teman menggarap tabloid Sambung Hati 9949, mendalami pengaduan masyarakat kepada Presiden melalui SMS 9949 dan PO BOX 9949, serta menulis buku tentang program Presiden SBY.
Tahun 2008 Bina Graha direnovasi. Kantor Staf Khusus Presiden pindah ke gedung di samping Bina Graha yang dulu adalah kantor Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) di Jl. Veteran III. Staf Khusus Presiden berkantor di eks gedung KPK tahun 2008-2010, lalu tahun 2011 pindah lagi ke gedung Kerjasama Teknik Luar Negeri (KTLN) Sekretariat Negara yang persis di seberang eks gedung KPK. Sementara itu eks gedung KPK dipakai untuk kantor Dewan Pertimbangan Presiden (Wantimpres) dan Unit Kerja Presiden Bidang Pengawasan dan Pengendalian Pembangunan (UKP4).
Tahun 2010 Bina Graha rampung direnovasi. Di gedung itu terdapat ruangan kerja Presiden SBY, Wakil Presiden Boediono, dan Staf Khusus Presiden. Dengan demikian Staf Khusus Presiden mempunyai ruangan kerja di Bina Graha dan di eks Gedung KTLN. Sardan Marbun yang ditunjuk sebagai Koordinator Staf Khusus Presiden pada periode 2009-2014 rutin mengadakan rapat dengan seluruh Staf Khusus Presiden di ruang rapat lantai 1 Bina Graha. Aku dan staf-stafnya yang lain secara bergiliran mendampingi Marbun dalam rapat-rapat tersebut.
Berkeliling Indonesia
Sejak bekerja di Istana Presiden aku mendapat kesempatan berkeliling Indonesia untuk meninjau berbagai pembangunan infrastruktur dan program-program pro rakyat, serta meliput kegiatan Presiden SBY. Sebagian besar kota/kabupaten di Pulau Jawa telah aku kunjungi. Di Sumatera Utara aku pernah mengunjungi Kota Medan dan Kabupaten Karo. Di Provinsi Jambi daerah-daerah yang telah aku kunjungi adalah Kota Jambi, Kabupaten Muaro Jambi, Kabupaten Tanjung Jabung Timur, Kabupaten Tanjung Jabung Barat, dan Kabupaten Bungo.
Di Provinsi Kepulauan Riau aku pernah melakukan kunjungan kerja di Kota Tanjungpinang, Kota Batam, dan Kabupaten Karimun. Di Provinsi Sumatera Selatan aku pernah mengunjungi Kota Palembang, Kabupaten Banyuasin, Kabupaten Musi Banyuasin, Kabupaten Musi Rawas, dan Kota Lubuklinggau. Di Provinsi Bengkulu aku baru mengunjungi satu daerah, yakni Kota Bengkulu. Di Provinsi Lampung aku pernah mengunjungi Kota Bandar Lampung, Kabupaten Lampung Tengah, Kabupaten Lampung Utara, dan Kabupaten Lampung Barat.
Di Provinsi Kalimantan Timur baru satu daerah yang aku kunjungi, yakni Kota Balikpapan. Sedangkan di Provinsi Kalimantan Selatan aku telah mengunjungi Kota Banjarmasin, Kota Banjarbaru, Kabupaten Tanah Bumbu, dan Kabupaten Tanah Laut.
Di Provinsi Bali aku pernah mengunjungi Kota Denpasar dan Kabupaten Jembrana. Di Provinsi Sulawesi Selatan aku pernah mengunjungi Kota Makassar, Kabupaten Gowa, Kabupaten Takalar, dan Kabupaten Bantaeng. Di Kabupaten Sulawesi Utara daerah-daerah yang pernah aku kunjungi adalah Kota Manado, Kabupaten Minahasa Utara, dan Kota Bitung.
Daerah yang terjauh yang pernah aku kunjungi adalah Kabupaten Manokwari dan Kota Sorong di Provinsi Papua Barat. Selain itu aku juga melakukan kunjungan kerja di Kota Jayapura dan Kabupaten Jayapura. Saat melakukan kunjungan kerja di Kota Jayapura, 15-21 April 2013, aku menyempatkan waktu berwisata ke Desa Wutung, Papua New Guinea, yang berbatasan dengan Desa Skouw, Distrik (Kecamatan) Muara Tami, Kota Jayapura. Tidak perlu membawa paspor dan visa untuk berwisata ke negara tetangga tersebut.
SBY Terkejut
Saat berkantor di Bina Graha dan eks Gedung KPK aku sering sholat Jumat di Masjid Baiturrahim yang berada di Kompleks Istana Presiden. Presiden SBY pun sering sholat di masjid yang terletak di samping Istana Merdeka tersebut. Yang sholat Jumat adalah pejabat dan staf di lingkungan Istana Presiden, Sekretariat Negara, dan Sekretariat Kabinet, serta masyarakat umum. Karena masjid tidak mampu menampung semua jamaah, maka sebagian besar jamaah sholat di halaman masjid.
Momentum yang sangat dinanti-nantikan para jamaah adalah apabila SBY sholat Jumat. Mereka berlomba-lomba untuk bersalaman dan mencium tangan SBY. Beruntung bagi jamaah yang mendapat tempat di dalam masjid dan dekat SBY, karena mudah bersalaman dengan SBY. Sebaliknya bagi jamaah yang sholat di halaman masjid belum tentu dapat bersalaman dengan SBY. Sebab, seusai sholat anggota Pasukan Pengamanan Presiden (Paspampres) menyuruh jamaah meninggalkan lokasi masjid. Namun, ada juga anggota Paspampres yang mengizinkan jamaah di halaman masjid bersalaman dengan SBY, tapi hanya dibatasi 10-15 orang. Jamaah yang telah diseleksi disuruh berbaris.
Ada sebuah peristiwa menarik yang terjadi pada pertengahan Juli 2008. Saat itu SBY sholat Jumat di Masjid Baiturrahim. Seusai sholat SBY menyalami para jamaah di dalam masjid. Selanjutnya SBY yang didampingi ajudan, anggota Paspampres, dan Andi Mallarangeng, melangkah ke luar masjid untuk menyalami 15 orang jamaah yang berdiri di halaman masjid. Satu-persatu jamaah itu disalaminya. Dan, setelah menyalami jamaah nomor urut 6, tiba-tiba SBY berbalik lagi ke seorang jamaah nomor urut 4. SBY merasa terkejut karena ia menyadari ada sesuatu yang aneh saat bersalaman dengan jamaah nomor urut 4. SBY merasakan tangan kanan jamaah nomor urut 4 keras. SBY langsung memperhatikan tangan kanan jamaah nomor urut 4. Andi Mallarangeng yang berdiri di samping SBY berbisik pada SBY,”Maaf, Bapak, dia pegawai baru. Tangan kanannya cacat, dan dia memakai tangan palsu. Ruangan kerjanya di samping ruangan kerja saya.”
Mendengar bisikan Andi itu SBY mengangguk. Lalu dia menebarkan senyum dan memeluk jamaah nomor urut 4 itu. “Tolong bekerja dengan baik ya?” kata SBY.
“Siap, Bapak Presiden,” jawab jamaah nomor urut 4 dengan gugup. Ia jelas gugup karena tak menyangka SBY menyapanya.
“Nanti kita ketemu, ngobrol-ngobrol,” kata SBY lagi.
“Terima kasih, Bapak Presiden,” kata jamaah itu.
SBY Mengulangi Penjelasan Materi Rapat
Salah satu peristiwa yang tidak mudah aku lupakan adalah saat diundang rapat oleh SBY di Istana Negara pada pertengahan Oktober 2008. Aku lupa hari dan tanggalnya. SBY mengundang rapat sejumlah pejabat dan pegawai pada beberapa Staf Khusus Presiden yang tergabung dalam tim penulis buku pukul 15.00 WIB.
Pagi itu aku melakukan liputan di Bekasi, dan berencana ke kantor siang hari. Sekitar jam 09.00 WIB seorang teman meneleponku, memberitahu rapat dengan SBY dimajukan jam 10.00 WIB. Waduh, aku terperanjat. Aku buru-buru naik bus menuju ke Istana Presiden. Namun, jalan tol macet luar biasa, dan aku baru tiba di Istana Presiden pukul 12.00 WIB.
Aku nekad ke Istana Negara, dan memberitahu anggota Paspampres bahwa aku terlambat menghadiri rapat. Aku disuruh menunggu di ruang tamu. Di sebelah ruang tamu adalah ruang rapat di mana SBY tengah memberikan arahan. Di samping ruang tamu terdapat dinding, sehingga aku tidak bisa melihat suasana di ruang rapat. Seorang anggota Paspampres masuk ke ruang rapat, dan beberapa saat kembali ke ruang tamu. “Ditunggu sebentar ya, Pak?” katanya dengan ramah.
“Terima kasih, Pak,” kataku.
Hampir setengah jam aku berada di ruang tamu dengan hati gelisah. Di ruang rapat tiba-tiba terdengar suara SBY yang kemudian diikuti suara tawa para peserta rapat. Anggota Paspampres yang menjagaku kemudian dipanggil masuk ke ruangan rapat. Ia kembali dengan cepat ke ruang tamu dan mengatakan,”Bapak Presiden berkenan bertemu Pak Arif.”
Didampingi anggota Paspampres itu aku menuju ke ruangan rapat. SBY dan Ibu Negara Ani Yudhoyono berdiri menyambut kedatanganku. “Assalamu ‘alaikum Bapak Presiden dan Ibu,” kataku sambil menyalami SBY dan Ibu Ani.
“Wa ‘alaikum salam,” jawab SBY, Ibu Ani, dan para peserta rapat.
SBY mempersilakan aku duduk di sampingnya. Aku kikuk duduk di samping SBY.
“Pak Arif, tadi hampir satu jam saya memberikan materi buku tentang program-program pro rakyat. Sekarang saya ulangi lagi menjelaskan materi itu ya?” kata SBY sambil tersenyum.
Aku terkejut, tapi tidak bisa ngomong apa-apa. Hampir sejam SBY menjelaskan arahannya untuk materi buku.
Seusai rapat kami meninggalkan Istana Negara. Dalam perjalanan menuju ke ruang kerja, pimpinan dan teman-temanku tak henti-hentinya membicarakan rapat dengan SBY dan tentang diriku. “Kamu datang terlambat, Pak SBY masih mau menerima kamu. Tadi waktu kami datang Pak SBY hanya menyalami kami dan mempersilakan kami duduk. Pak SBY sama sekali tidak menyebut nama kami. Hal ini beda dengan kamu. Pak SBY menyebut namamu, menyuruhmu duduk di sampingnya. Dan beliau mau mengulangi lagi menjelaskan materi rapat,” kata salah seorang pimpinanku, Brigjen TNI (Purn), Asisten Staf Khusus Presiden RI Bidang Hukum dan Pemberantasan KKN.
Aku cuma nyengir.
Meninggalkan Istana Presiden
Senin, 20 Oktober 2014, suksesi kepemimpinan nasional dari Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) kepada Joko Widodo (Jokowi) berlangsung lancar. Hari itu SBY secara resmi lengser keprabon. Penggantinya, Jokowi, diharapkan membawa Indonesia menjadi lebih baik lagi.
Bersamaan berakhirnya masa jabatan SBY, berakhir pula masa jabatan para menteri dan Staf Khusus Presiden. Aku yang duduk di lembaga Staf Khusus Presiden juga ikut meninggalkan Istana Presiden. Sebenarnya terasa berat meninggalkan Istana Presiden, namun apa boleh buat kenyataan itu tidak bisa kuhindari.
Setelah masa tugasku di Istana Presiden berakhir, aku kembali bekerja di Dharmapena Citra Media. Selain menerbitkan majalah Men’s Obsession dan buku biografi tokoh-tokoh nasional, Dharmapena juga mengembangkan sayap usahanya dengan menggarap situs www.obsessionnews.com, event organizer, konsultan media, dan lembaga riset. Aku diberi kepercayaan mengelola situs www.obsessionnews.com, dan juga sebagai penulis iklan. (*)
Rujukan Artikel: www.obsessionnews.com
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H