Mohon tunggu...
arif gumantia
arif gumantia Mohon Tunggu... Bankir - Ketua Majelis Sastra Madiun

Ketua Majelis Sastra Madiun, Gusdurian Madiun, Rumah cerdas matematika Delta Madiun.

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Habitus dan Kelas Sosial

24 Agustus 2019   15:35 Diperbarui: 24 Juni 2021   09:41 2213
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Menurut Pierre Bourdieu (1977: 72) habitus adalah:

 Sistem disposisi yang bertahan lama dan bisa dialihpindahkan (transposable), struktur yang distrukturkan yang diasumsikan berfungsi sebagai penstruktur struktur-struktur (structured structures predisposed to function as structuring structures), yaitu sebagai prinsip-prinsip yang melahirkan dan mengorganisasikan praktik-praktik dan representasi-representasi yang bisa diadaptasikan secara objektif kepada hasil-hasilnya tanpa mengandaikan suatu upaya sadar mencapai tujuan-tujuan tertentu atau penguasaan cepat atas cara dan operasi yang diperlukan untuk mencapainya. 

Karena sifatnya 'teratur' dan 'berkala' secara objektif, tapi bukan produk kepatuhan terhadap aturan-aturan, prinsip-prinsip ini bisa disatupadukan secara kolektif tanpa harus menjadi produk tindakan pengorganisasian seorang pelaku.

Jadi, habitus adalah kerangka penafsiran untuk memahami dan menilai realitas dan penghasil praktik-praktik kehidupan yang sesuai dengan struktur-struktur objektif. Habitus menjadi dasar kepribadian individu (Haryatmoko, 2016: 41). Dengan demikian habitus adalah pandangan hidup (word view), nilai-nilai, gaya, dan sebagainya.

Baca juga: Pesepeda Versus Pemotor, Konflik Antar Kelas Sosial di Jalan Raya Jakarta

Menurut Randal Johnson (1993: 5), habitus merupakan hasil dari proses panjang pencekokan individu (process of inculcation) dimulai sejak masa kanak-kanak sehingga menjadi semacam 'pengindraan kedua' (second sense) atau hakikat alamiah kedua (second nature).

Untuk lebih sederhana dan mudah memahami habitus berikut ini pengertian habitus dan contoh proses terjadinya habitus. Awal dan dasarnya, Bourdieu merumuskan konsep habitus sebagai analisis sosiologis dan filsafati atas perilaku manusia. 

Dengan demikian, habitus adalah nilai-nilai sosial yang dihayati oleh manusia, dan tercipta melalui proses sosialisasi nilai-nilai yang berlangsung lama sehingga mengendap menjadi cara berpikir dan pola perilaku yang menetap di dalam diri manusia. 

Habitus seseorang yang  kuat akan mempengaruhi tubuh fisiknya. Habitus yang sudah begitu kuat tertanam serta mengendap menjadi perilaku fisik disebut sebagai hexis. Contoh proses terjadinya habitus sebagai berikut.

Saya adalah seorang dosen filsafat politik dan filsafat sains. Sejak kecil, saya terbiasa membaca buku. Ayah saya bekerja di toko buku, dan sering membawakan buku komik, novel, koran, serta majalah terbaru untuk saya. Dunia bacaan adalah dunia yang telah akrab di mata saya, sejak saya kecil.

Sewaktu SMU, saya tinggal di asrama. Di waktu-waktu kosong karena tidak banyak hiburan, saya mulai membaca buku yang tebal-tebal. Akhirnya, kegiatan membaca pun menjadi suatu kebutuhan yang amat penting untuk saya. Saya seolah tidak bisa hidup, tanpa membaca.

Sewaktu kuliah, saya diminta banyak menulis paper ilmiah. Saya pun mulai belajar menulis, dan menyukai kegiatan itu. Di sisi lain, saya juga banyak ikut kelompok diskusi di kampus. Kegiatan itu merangsang saya untuk berani berpendapat, berargumen, dan mendengarkan pemikiran orang lain.

Baca juga: Konsep Kelas Sosial Menurut Karl Marx

Dari sudut pandang teori Bourdieu tentang habitus, "saya" sudah memiliki habitus yang tepat untuk menjadi seorang pendidik, yakni habitus membaca, menulis, dan berdiskusi. Habitus yang sama memungkinkan "saya" untuk lulus kuliah dengan nilai yang lumayan baik sehingga "saya" bisa menjadi pendidik nantinya. Habitus tersebut saya peroleh dari penghayatan nilai-nilai yang ada di lingkungan saya, yang kemudian mengendap menjadi cara berpikir dan pola perilaku yang "saya" hayati sebagai manusia (Reza A.A Wattimena, 2012)

Menurut Haryatmoko (2016: 46 -- 47),  macam-macam habitus berdasarkan kelas sosialnya sebagai berikut.

1)            Habitus Kelas Dominan

Kelas dominan ditandai dengan besarnya kepemilikan modal. Kelas ini mengakumulasi berbagai modal. Mereka menunjukkan perbedaannya untuk mengafirmasi identitas khasnya dan memaksakan pada semua dengan melegitimasi suatu visi tentang dunia sosial. Mereka juga mendefinisikan dan menentukan budaya yang sah. 

Menurut struktur modal yang dimiliki, meliputi borjuasi lama seperti bos-bos perusahaan besar dan industri, borjuasi baru terdiri dari para eksekutif sektor swasta yang berasal dari sekolah-sekolah prestisius (modal ekonomi), para dosen, dan kaum intelektual (modal budaya).

2)            Habitus Kelas Borjuasi Kecil             

Kelas ini dianggap masuk dalam kelompok borjuasi karena memiliki kesamaan sifat dengan kaum borjuasi, yaitu keinginan untuk menaiki tangga  sosial, tetapi  mereka masuk ke dalam posisi kelas menengah dalam lingkup sosial. Yang termasuk kelas borjuasi kecil ini, yaitu karyawan, wiraswasta, atau pengusaha. 

Praktik-praktik kehidupan kelas borjuasi kecil ini atau representasi kehidupan kelas ini sangat terarah dan dapat dijelaskan melalui keinginan untuk menaiki tangga sosial. Mereka sangat menonjolkan keinginan  atau kehendak baik dalam hal budaya, meski mendasarkan pada peniruan terhadap budaya kelas dominan. 

Baca juga: Di Kampung, Jabatan Menentukan Kelas Sosial Seseorang

Jadi, yang dapat dimasukkan dalam kelas borjuasi kecil selain profesi di atas ialah  pedagang, ahli pertukangan, eksekutif menengah pada perusahaan-perusahaan swasta, ahli teknik, guru, dan sebagainya. 

Selain itu, ada juga yang disebut kelas borjuasi kecil baru, yaitu seniman, intelektual dan konsultan, termasuk di dalamnya para animator televisi, radio, dan sebagainya. Titik kesamaan mereka ialah berjuang untuk mengumpulkan status simbolis profesi mereka dan mengubah persepsi para pelaku yang lain.

3)            Habitus Kelas Populer

Kelas ini ditandai dengan tiadanya kepemilikan modal. Kelas ini hampir tidak memiliki keempat jenis modal. Nilai yang menyatukan kelas popular adalah sejumlah praktik dan representasi yang menemukan makna dalam keung1gulan fisik dan penerimaan dominasi. Kelas popular ini ditempati oleh para buruh pabrik, buruh tani, dan pekerja dengan upah kecil.

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun