Mohon tunggu...
Arif GilangDwi
Arif GilangDwi Mohon Tunggu... Freelancer - Manusia

Penulis lepas

Selanjutnya

Tutup

Puisi Pilihan

Puisi | Hari

16 Juni 2019   06:43 Diperbarui: 16 Juni 2019   06:48 14
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Kala subuh menyuar

Malaikat pencabut nyawa turun

Melemparkan Adam dan Hawa dari lelap surga

Waktu kian berbisa

Kabut membekukan pagi

Hangat mentari tak kuasa melebur

Beku pagi yang mencekik nadi

Mayat bergelimpangan di tiap kubangan

Berkafan lapar, miskin & hasrat yang membusuk

Peluh dan mawar guna bersuci

Anak bersujud pada hidup dan tak bangkit lagi

Keranda waktu mengantar pada kepulangan yang sepi

Berkaki hasrat yang terpaku haru menatap wajah diri

Oh, jingga !

Kuburkanku bersama cahayamu !

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun