ondel-ondel?, yak sepasang boneka raksasa dengan berukuran sekitar 2,5 meter yang mengisi gedung-gedung atau kantor pemerintahan di Jakarta. Bukan hanya untuk sebagai hiasan, sosok ini juga hadir dalam acara rakyat, pesta masyarakat betawi, dan terkhusus saat perayaan ulang tahun kota Jakarta. Diiringi dengan kelompok orkes kampung yaitu tanjidor atau ada juga bahkan perpaduan musik modern, tarian ondel-ondel yang enerjik seringkali dipadukan dengan pertunjukan pencak silat, menciptakan sebuah pertunjukan yang memukau.
Apakah kalian mengenaliPada sejarahnya, ondel-ondel diciptakan untuk aktivitas ritual sakral sebagi penolak bala bahkan pembuatan ondel-ondel menggunakan sebuah ritual. Sebagai bagian dari ritual pembuatan ondel-ondel, para pengrajin menyiapkan sesaji yang terdiri dari kemenyan, tujuh jenis bunga, dan bubur sumsum. Sesaji ini dipercaya dapat menjamin kelancaran proses pembuatan dan memastikan bahwa roh yang menghuni boneka tersebut adalah roh yang baik dan membawa keberkahan. Namun dengan seiring perkembangan zaman terdapat pergeseran fungsi dari pertunjukan ondel-ondel, tanjidor dan pencak silat itu sendiri. Yang tadinya dianggap sakral sekarang dapat kita jumpai di pinggir-pinggir jalan untuk mencari pundi-pundi uang.
Tentu hal ini menuai pro dan kontra di masyarakat, dengan adanya pertunjukan ondel-ondel di jalan dapat membuat kebudayaan ini terasa lebih dekat di Masyarakat dan menjangkau anak-anak untuk mengenali ondel-ondel itu sendiri, namun di sisi lain kegiatan ini cukup meresahkan karena terkadang ondel-ondel membuat macet jalan, dan menggunakan pengeras suara yang sumbang. Bukan hanya itu disini juga terdapat malfungsi ondel-ondel yang sebenarnya digunakan untuk acara-acara besar masyarakat Jakarta dan bukan untuk berkeliling mencari uang.
Dalam hasil diskusi saya bersama salah satu seniman ondel-ondel saat acara Pergelaran Kesenian Budaya Tradisional Betawi 2024 beliau mengatakan karena yang keliling itu udah resahin bang, ngeresahin seniman-seniman betawi yang benar-benar bergerak di dunia ondel- ondel, seperti saya sendiri ni bang seniman ondel-ondel tapi kita bergerak sebagai pelestari bang bukan yang turun-turun ke jalan seperti itu, emang sih tujuan dan menurut menurut dia (ondel-ondel jalanan) bagus sebagai mengenalkan budaya tapi jatohnya salah bang, karena seni ondel-ondel ada ruang-ruang sendirinya bang dimana dia mesti tampil mesti berkespersi bukan di jalan-jalan seperti itu.
Seperti yang dikatakan seniman tersebut menurut saya sebagai penulis tentu semua orang memiliki niat baik untuk melestarikan ondel-ondel itu sendiri, selanjutnya adalah tugas pemerintah untuk mengatur sebuah regulasi untuk ondel-ondel dan memfasilitasi seniman-seniman agar dapat melestarikan budaya ondel-ondel dengan lebih bijak.
Ariffin Tri Febriyanto| Mahasiswa Film dan Televisi ISI Surakarta | 241481049
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI