Stasiun transit terbesar se-Indonesia, Stasiun Manggarai melayani perjalanan kereta api jarak jauh termasuk KRL Commuterline dengan traffic yang sangat tinggi. Puluhan ribu bahkan ratusan ribu orang melakukan perpindahan KRL di Stasiun Manggarai dengan tujuan beragam, mulai dari tujuan Jatinegara-Bekasi, Pasar Minggu-Bogor, Cikini- Jakarta Kota sampai Tanah Abang-Serpong hingga Duri-Tangerang. Jika dilihat sepintas stasiun Manggarai cukup representatif untuk melayani penumpang yang transit. Namun jika diperhatikan lebih detail, kebersihan stasiun ini dipertanyakan. Betapa tidak, jika ada angin dari utara maka bau sampah akan menusuk hidung semua orang yang ada di stasiun Manggarai. Bau ini akan sangat terasa jika angin sudah mulai berhembus kencang saat siang hingga sore hari. Penyebabnya adalah bak penampungan sampah sementara di sebelah utara stasiun Manggarai. Kasus ini sama seperti bak penampungan sampah sementara di Stasiun Tanah Abang yang saat ini telah berubah menjadi pintu keluar.
Bagi penumpang yang mengakhiri perjalanan di Stasiun Manggarai, ini akan menjadi tantangan yang lebih berat lagi karena harus menutup hidung rapat-rapat dan menghindari air berlendir licin yang mengalir dari tumpukan sampah ketika melewati bak penampungan sampah sementara itu. Padahal jalan itu adalah jalan utama yang menghubungkan Terminal Manggarai dan Stasiun Manggarai. Apalagi saat musim hujan seperti saat ini, bau sampah pun menjadi jadi dan air berlendir yang licinpun mengalir deras dari bak penampungan sampah sementara tersebut.
Saya sebagai pengguna transportasi umum menyarankan agar Kepala Daop I Jakarta yang kantornya hanya satu stasiun setelah Stasiun Manggarai yakni di Stasiun Cikini agar melakukan blusukan dengan berjalan kaki antara Stasiun Manggarai dan Terminal Manggarai. Namun jika Kadaop I tidak ada waktu, ada baiknya Kepala Stasiun Manggarai dapat melakukan pengecekan keberadaan bak penampungan sampah sementara tersebut yang sangat mengganggu kesehatan.
Semoga pihak PT Kereta Api Indonesia (Persero) Daop I Jakarta dapat menemukan solusi permasalahan sampah ini.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H