Mohon tunggu...
Arif Fauzan Amrullah
Arif Fauzan Amrullah Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa Program Studi Ilmu Komunikasi S-1 Universitas Ahmad Dahlan

Mahasiswa Program Studi Ilmu Komunikasi S-1 Universitas Ahmad Dahlan

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Jika Jerome Polin Menjadi Menteri Pendidikan Indonesia di Masa Depan

25 Juli 2021   14:20 Diperbarui: 4 Februari 2022   13:33 1510
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Jerome Polin Sijabat atau biasa dikenal dengan nama Jerome Polin adalah seorang YouTuber, Motivator, Entrepreneur, dan Influencer. Jerome Polin lahir pada tanggal 2 Mei 1998 di Jakarta dan besar di Surabaya. Berikut adalah biodata pendidikan Jerome Polin:

  • SD Intan Permata Hati Surabaya
  • SMP Intan Permata Hati Surabaya
  • SMA Negeri 5 Surabaya
  • Universitas Waseda, Jepang (sedang ditempuh)

Jerome Polin aktif di media sosial dengan memiliki 6 juta lebih followers di Instagramnya yang bernama @jeromepolin, 1,6 juta lebih followers di Twitternya yang bernama @JeromePolin, dan 8 juta lebih subscribers di YouTube-nya yang bernama Nihongo Mantappu. 

Kanal YouTube-nya aktif sejak 12 Desember 2017 sampai sekarang dan videonya sudah 1 miliar kali lebih ditonton. Akun media sosialnya itu diisi dengan berbagai konten vlog kehidupan pribadinya di Jepang, edukasi, hiburan, motivasi, kuliner, dan komedi. 

Saat di bangku sekolah, Jerome adalah anak yang berprestasi di sekolahnya, berbagai perlombaan yang dia ikuti dia juarai.

Saat ini, Jerome Polin sedang kuliah di Jepang, tepatnya di Universitas Waseda Program Studi Matematika Terapan. Dia bisa kuliah di Jepang karena keinginannya sejak kecil untuk bisa kuliah di luar negeri dan bisa terwujud dengan mendapatkan program beasiswa full studi ke Jepang dari perusahaan Mitsui Bussan. 

Jerome juga pernah menulis buku yang berjudul “Buku Latihan Soal Mantappu Jiwa” yang diterbitkan pada tahun 2019. Belum lama ini, dia membuat  toko minuman dan makanan bersama dengan kakaknya yang bernama Jehian Panangian Sijabat dan diberi nama “Menantea” yang telah dibuka pada tanggal 10 April 2021 lalu. Sejak kecil, Jerome sangat tertarik pada bidang pendidikan. Jerome memiliki cita-cita untuk menjadi Menteri Pendidikan dan Kebudayaan (Mendikbud) Indonesia di masa depan.

Di salah satu konten video yang diunggah di kanal YouTube-nya (Nihongo Mantappu) yang berjudul “JIKA AKU MENJADI MENTERI PENDIDIKAN INDONESIA...”, Jerome membuat konten mengenai pengalamannya sebagai murid yang pernah bersekolah di Indonesia, opininya terhadap sistem pendidikan di Indonesia, dan kontribusinya untuk menciptakan sumber daya manusia yang berkualitas dengan memperbaiki sistem pendidikan di Indonesia.

Dari pengalaman yang diceritakan Jerome di video YouTube-nya, Jerome mengatakan bahwa terkadang pihak sekolah maupun pemerintah kurang mendukung para murid untuk mengikuti lomba baik dari segi moral maupun materi sehingga kurangnya minat murid untuk mengikuti lomba pelajaran. 

Jerome melihat kurangnya minat murid dalam lomba pelajaran karena hadiah yang sedikit dibandingkan dengan hadiah lomba game. Semua berawal ketika Jerome sedang melihat-lihat foto di Instagramnya, lalu Jerome melihat foto orang yang memenangi hadiah lomba game di Indonesia dengan mendapatkan uang sekitar seratus juta rupiah. 

Jerome pun terkejut melihat foto tersebut karena melihat hadiah yang sangat besar itu. Jerome berpikir jika hadiah dari lomba pelajaran bisa sebesar lomba game, maka minat para murid untuk mengikuti lomba pelajaran akan meningkat.

Dengan minat yang banyak, maka akan muncul persaingan yang ketat dan membuat para murid di Indonesia belajar dengan sungguh-sungguh. 

Semakin banyak murid yang mau mengikuti lomba, semakin banyak juga murid yang mau belajar sehingga kemampuan para murid di Indonesia bisa meningkat dan membuat Indonesia tidak kalah dari negara lain. 

Lalu, Jerome mengatakan bahwa jika dapat berkontribusi untuk pendidikan Indonesia, Jerome akan memperbesar gengsi dan minat para murid untuk mengikuti lomba pelajaran di Indonesia.

Setelah mendapatkan program beasiswa full studi ke Jepang dari perusahaan Mitsui Bussan dan diterima di Universitas Waseda program studi Matematika Terapan, Jerome bertanya kepada teman kampusnya tentang jam masuk sekolah di Jepang. 

Ternyata masuk sekolah di Jepang biasanya sekitar jam 9-9:30 pagi sampai jam 15-15:30 sore. Berbeda dengan yang pernah Jerome alami, pada saat masih sekolah di Indonesia, biasanya Jerome masuk sekolah jam 6:30 pagi sampai jam 15-15:30 sore. Ini pun juga membuat teman-temannya terkejut mendengar hal itu.

Menurut Jerome, durasi belajar murid di sekolah terlalu lama, yaitu sekitar 7-8 jam. Hal ini menimbulkan dua hal, yang pertama murid merasa lelah. 

Jika murid sudah merasa lelah untuk belajar, mau bagaimanapun tidak bisa menyerap materi pelajaran dengan efektif. Hal ini juga bisa menghilangkan niatan murid untuk mempelajari ulang materi yang sudah dipelajari di sekolah karena mereka merasa kelelahan belajar di sekolah terlalu lama. Jika hal yang pertama ini terjadi pada murid, maka akan menimbulkan hal yang kedua, yaitu mereka merasa tidak suka sama sekolah. 

Sekolah bukan lagi tempat untuk belajar, malah menjadi tempat yang ditakuti oleh murid. Oleh karena itu, suasana belajar di lingkungan sekolah kurang mendorong kegairahan para murid dalam kegiatan belajar mengajar. 

Lalu, Jerome mengatakan bahwa jika bisa berkontribusi untuk pendidikan Indonesia, Jerome akan mempersingkat durasi jam belajar murid di sekolah dibarengi dengan menanamkan kesadaran para murid untuk dapat menggunakan waktu dengan baik dan efektif misalnya mereka harus rajin literasi, mengikuti kegiatan-kegiatan sekolah, dan lain-lain. 

Diharapkan murid dapat mengatur waktu dengan baik dan menikmati belajar. Belajar tidak lagi menjadi sesuatu yang membebankan, tetapi akan menjadi sesuatu yang menyenangkan.

Selanjutnya adalah gaji guru di Indonesia. Menurut Jerome, gaji guru di Indonesia tergolong rendah karena mamanya pernah menjadi guru honorer dan mengajar bahasa inggris. 

Selama mamanya menjadi guru, gaji yang didapatkan dari menjadi guru tidaklah cukup untuk menghidupi keluarganya. Hal ini bertolak belakang dengan yang Jerome tahu tentang Jepang bahwa gaji guru di sana bisa dibilang tinggi sehingga berprofesi menjadi guru di Jepang hidupnya sejahtera. 

Sementara itu, di Indonesia, profesi sebagai guru dianggap sepele dan dilihat rendah oleh sebagian orang karena gajinya yang kecil. Jika gaji seorang guru tinggi, maka akan banyak orang yang mau menjadi guru. 

Ketika banyak minat untuk menjadi guru, maka akan ada persaingan yang akan membuat level guru dan kualitas guru semakin baik dan meningkat. Guru yang levelnya tinggi, maka dia akan menghasilkan murid-murid yang levelnya juga tinggi. 

Guru-guru yang bagus akan menghasilkan murid-murid yang bagus. Murid-murid yang bagus akan menjadi sumber daya manusia yang berkualitas yang bisa berkontribusi untuk pembangunan negara sehingga negara kita bisa maju dan menjadi negara yang disegani oleh banyak bangsa. Lalu, Jerome mengatakan bahwa jika dapat berkontribusi untuk pendidikan Indonesia, Jerome akan lebih meningkatkan kesejahteraan dan kualitas guru-guru di Indonesia sehingga diharapkan profesi guru menjadi profesi yang diminati banyak orang dan tidak dianggap rendah lagi.

Begitulah Jerome menjelaskan bagaimana pengalamannya menjadi murid di Indonesia dan pendapatnya tentang sistem pendidikan di Indonesia, serta keinginannya berkontribusi untuk pendidikan di Indonesia dengan menjadi Menteri pendidikan Indonesia.

Masalah sistem pendidikan di Indonesia sangat penting untuk diselesaikan karena belum tertutupi sampai sekarang. Masih banyak permasalahan-permasalahan yang terjadi pada sistem pendidikan Indonesia. Jika permasalahan-permasalahan pada bidang pendidikan kita tidak diatasi dengan baik, kita akan tertinggal jauh oleh negara-negara lain. 

Untuk menyelesaikan masalah ini, harus ada orang-orang khususnya anak muda yang peduli dengan dunia pendidikan kita sehingga dengan kepeduliannya tersebut dapat merubah sistem pendidikan di Indonesia agar menjadi lebih baik lagi. Seperti Jerome Polin yang cinta pada dunia pendidikan sampai dia mempunyai impian untuk menjadi menteri pendidikan Indonesia di masa depan.


Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun