Mohon tunggu...
Arif Nur Hidayat
Arif Nur Hidayat Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa dan Content Creator

Seorang mahasiswa akhir INFJ yang baru kesampaian keinginannya untuk menulis.

Selanjutnya

Tutup

Kebijakan

Mitos dan Fakta Makan Bergizi: Sebuah Pertimbangan untuk Program Pak Prabowo-Gibran

4 Juni 2024   21:49 Diperbarui: 4 Juni 2024   21:58 130
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Dengan peluncuran program makan bergizi gratis bagi siswa sekolah dan pesantren oleh pemerintahan baru Pak Prabowo dan Mas Gibran, penting untuk meluruskan berbagai mitos dan memahami fakta seputar gizi yang benar. Berikut ini adalah penjelasan mitos dan fakta mengenai makan bergizi yang dapat membantu memberikan pemahaman yang lebih baik.

Mitos 1 : Makanan Bergizi Itu Mahal

Fakta: Makanan bergizi tidak selalu mahal. Banyak sumber gizi yang terjangkau dan mudah didapatkan. Misalnya, sayuran hijau seperti bayam dan kangkung, buah-buahan lokal seperti pisang dan pepaya, serta sumber protein murah seperti tahu dan tempe. Data dari Badan Pusat Statistik (BPS) menunjukkan bahwa pengeluaran untuk sayuran hanya sekitar 4% dari total pengeluaran rumah tangga per bulan, sementara untuk buah-buahan sekitar 3%.

Mitos 2: Anak-anak Tidak Membutuhkan Sayuran dan Buah

Fakta: Sayur dan buah sangat penting bagi anak-anak untuk memenuhi kebutuhan serat, vitamin, dan mineral. Menurut Kementerian Kesehatan RI, anak-anak usia 7-12 tahun membutuhkan setidaknya 300-400 gram sayur dan 150-200 gram buah setiap hari untuk mendukung pertumbuhan dan kesehatan mereka.

Mitos 3 : Gizi Hanya Tentang Kalori

Fakta: Gizi lebih dari sekadar kalori. Gizi mencakup protein, lemak sehat, vitamin, dan mineral yang diperlukan untuk fungsi tubuh yang optimal. Protein penting untuk pertumbuhan dan perbaikan jaringan, lemak sehat untuk perkembangan otak, dan vitamin serta mineral untuk sistem imun yang kuat. Data dari WHO menunjukkan bahwa anak-anak yang mendapatkan asupan gizi seimbang memiliki risiko lebih rendah terhadap penyakit kronis di kemudian hari.

Mitos 4 : Makanan Olahan Sama Bergizinya Dengan Makanan Segar

Fakta: Makanan olahan sering kali kehilangan banyak nutrisi penting selama proses pengolahan dan mengandung banyak tambahan gula, garam, dan lemak trans yang tidak sehat. Penelitian dari Harvard School of Public Health menemukan bahwa anak-anak yang sering mengonsumsi makanan olahan cenderung mengalami masalah kesehatan seperti obesitas dan penyakit jantung.

Mitos 5 : Susu Adalah Sumber Gizi Terbaik Untuk Anak

Fakta: Susu memang sumber kalsium dan vitamin D yang baik, namun tidak boleh menjadi satu-satunya sumber gizi. Anak-anak perlu variasi makanan untuk mendapatkan nutrisi lengkap. Data dari Kementerian Kesehatan menunjukkan bahwa anak-anak memerlukan asupan beragam dari biji-bijian, protein hewani dan nabati, sayur, dan buah untuk pertumbuhan optimal.

Sumber gambar: businessinsider.com
Sumber gambar: businessinsider.com

Contoh Menu Makan Bergizi untuk Anak Sekolah dan Pesantren

Untuk memberikan gambaran yang lebih konkret, berikut adalah contoh menu makan bergizi yang bisa diterapkan di sekolah:

  • Sarapan: Bubur kacang hijau dengan roti gandum dan pisang
  • Makan Siang: Nasi merah dengan sayur asem, tempe goreng, dan pepes ikan
  • Camilan Sore: Buah segar seperti apel atau jeruk
  • Minuman: Air putih atau jus buah tanpa gula tambahan

Program makan bergizi gratis di sekolah dan pesantren tidak hanya bertujuan untuk mengisi perut anak-anak, tetapi juga untuk memastikan mereka mendapatkan asupan nutrisi yang dibutuhkan. 

Menurut penelitian UNICEF, anak-anak yang mendapatkan makanan bergizi di sekolah menunjukkan peningkatan prestasi akademis, tingkat kehadiran, dan konsentrasi yang lebih baik.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Kebijakan Selengkapnya
Lihat Kebijakan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun