Smart Money adalah kaum-kaum yang memiliki uang luar biasa banyak dan merekalah sumber uang untuk mendongkrak harga suatu project crypto naik dalam jangka pendek - jangka menengah. Kata kuncinya adalah jangka pendek sampai dengan jangka menengah.Â
Di dunia crypto, smart money adalah individu/sekelompok orang/institusi yang melakukan pump harga sekaligus bisa membuat harga dump atau jatuh. Para retail memiliki kebiasaan fear of missing out (FoMO) dan sering dijadikan exit liquidity bagi smart money. Akan tetapi, retail dapat menjadi pemicu harga suatu coin crypto naik dan mendongkrak harga dalam jangka panjang.Â
Para retail seringkali menjadi tempat "exit" oleh para smart money saat harga tinggi atau dipucuk. Smart money akan buang barang atau jual barangnya ke retail saat harga tinggi, ini salah satunya yang menyebabkan harga naik.Â
Pola perilaku para retail ini tidak pernah berubah karena aktor dari market crypto adalah hampir semuanya manusia. Selain itu, setiap manusia memiliki rasa takut dab serakah atau rakus ketika mencapai suatu kepuasan tertentu. Oleh karena itu, sejarah di pasar crypto hampir selalu terjadi kembali.
Siklus 2020-2021 dapat menjadi gambaran pola perilaku smart money dan retail. Para smart money  melakukan akumulasi pada harga rendah sepanjang awal sampai pertengahan 2020 disaat para retail masih takut untuk masuk ke crypto.Â
Retail akan selalu ngepump saat harga sudah terbang tinggi dari harga terendahnya. Retail akan mulai FOMO di angka-angka bulat seperti $10K, $20K, dan seterusnya. Tapi, tidak bisa dipungkiri, peran smart money dalam mendongkrak harga sangatlah besar. Tanpa mereka, tidak ada uang besar yang masuk dan bisa mentrigger retail untuk FOMO, "buy buy buy". Pola perilaku ini tidak hanya terjadi pada meme coin atau altcoin namun bitcoin bisa dijadikan contoh.
Bitcoin memiliki marketcap terbesar dalam pasar crypto. Secara data Onchain, kepemilikan retail pada $BTC hanyalah 17.97% (kategori retail: dibawah 10 BTC):
Sisanya? Whale, Institusi besar, merekalah pemegang dan bandar terbesar.Â
Tak bisa dipungkiri lagi, merekalah yang menguasai, mereka yang mendongkrak harga dari bawah hingga pertengahan jalan, mereka jugalah yang bisa menurunkan harga dalam jumlah besar dengan cara menjual dalam jumlah besar.
Spot ETF Bitcoin pun semenjak 11 Januari hingga 13 Maret total volumenya sudah menyentuh $127.59B. Fantastis bukan? Duit darimana lagi itu kalau bukan institusi besar yang bisa melakukan hal tersebut. Clientnya institusi besar seperti Blackrock dan kawan-kawan pun juga orang-orang kaya yang menitipkan uangnya ke mereka untuk dikelola, dalam hal ini dikelola untuk diinvestasikan ke Bitcoin.
ETF Bitcoin sangat berperan besar dalam ATHnya BTC sebelum halving. ATH sebelum halving dan dengan waktu secepat ini baru terjadi pada siklus kali ini. Kalau tidak ada ETF BTC mungkin akan sama seperti siklus-siklus sebelumnya.
Semoga siklus bull run kali ini para retail lebih bijak dalam mengelola emosi dan money management. Sebab, tujuan para retail dan smart money terjun di pasar crypto adalah mencari cuan. Jangan sia-siakan kesempatan yang hanya datang setiap 4 tahun sekali.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H