Mohon tunggu...
Arif Nur Hidayat
Arif Nur Hidayat Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa dan Content Creator

Seorang mahasiswa akhir INFJ yang baru kesampaian keinginannya untuk menulis.

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Kasus Hoax Kekerasan Seksual di UNY Usai, Kita Jadi Tahu Jenis Netizen di Sosial Media

4 Desember 2023   14:30 Diperbarui: 4 Desember 2023   14:56 218
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber: pixabay.com oleh firmbee

Beberapa waktu lalu, netizen termasuk saya dikagetkan dengan sebuah cuitan dari akun UNYMenfess yang menceritakan seorang adik tingkat mengalami kekerasan seksual dari kakak tingkatnya. Cuitan itu mendadak viral dimana-mana sampai berbagai media nasional ikut meliputnya.

Para netizen sontak sangat geram mendengar kabar kekerasan seksual yang terjadi di kampus. Apalagi isu ini cukup sensitif dan akhir-akhir ini banyak kasus serupa viral di sosial media. Selain itu, Universitas Negeri Yogyakarta dikenal sebagai salah satu Kampus Pendidikan Terbesar di Indonesia.

Sumber: Instagram @unyofficial
Sumber: Instagram @unyofficial

Berbekal screenshot dan informasi terduga pelaku, netizen langsung menyerbu sosial media mulai dari instagram sampai dengan whatsapp. Netizen sampai melakukan doxing pada terduga pelaku. Parahnya lagi, beberapa orang ada yang mencarinya di kos milik terduga pelaku.

Kasus ini semakin runyam ketika terduga korban belum muncul ke permukaan untuk laporan ke polisi. Belum lagi pihak UNY membantah tuduhan kekerasan seksual yang dilakukan oleh salah satu mahasiswanya. Alhasil, netizen sampai menyerbu sosial media kampus, bem kampus, bem fakultas, sampai dengan CP poster galang donasi kena imbasnya.

Sumber: Instagram @unyofficial
Sumber: Instagram @unyofficial

M. Fahrezy yang dituduh melakukan kekerasan seksual pada adek tingkatnya krmudian menempuh jalur hukum ke Polda DIY atas tuduhan pencemaran nama baik.

Kasus ini menemukan titik terang pada senin, 13 november 2023. Polisi menangkap seorang mahasiswa berinisial RAN (19) yang diduga melakukan pencemaran nama baik pada MF (21) di media sosial X.

RAN menggunakan akun palsu untuk membuat dan mengunggah konten fitnah tersebut. Usut punya usut, RAN menggunakan MF sebagai objek pemberitaan dikarenakan RAN sakit hati tidak diterima BEM (Badan Eksekutif Mahasiswa) sedangkan MF lolos sebagai anggota BEM.

Sumber: Instagram @jogjainfo
Sumber: Instagram @jogjainfo

Saya melihat reaksi netizen terutama di sosial media instagram dan X selepas kasus ini terpecahkan. Kalau sebelumnya banyak netizen ramai-ramai menyerbu dengan hujatan dan makian namun setelahnya cenderung biasa-biasa saja seperti tidak terjadi apa-apa.

Beberapa dari mereka ada yang menghapus postingan mereka yang telah menghujat M. Fahrezy. Bahkan, ada juga netizen yang sampai diserbu balik netizen lainnya karena sempat menyebarkan foto telanjang M. Fahrezy yang ternyata hasil editan sambil dimaki habis-habisan.

Berdasarkan pengamatan saya, netizen Indonesia dapat dibagi menjadi 4 macam berdasarkan respon mereka terhadap suatu isu/kasus viral:

1. Si Paling Peduli Korban

Sumber: pixabay.com oleh firmbee
Sumber: pixabay.com oleh firmbee

Tipe netizen ini mudah ditemukan dan paling banyak jumlahnya. Mereka tidak mengkritisi terlebih dahulu suatu kasus ataupun memastikan kebenaran dari kasus yang sedang viral.

Cukup bermodalkan screenshot bisa menjadikan netizen langsung mencari terduga pelaku. Padahal di zaman teknologi yang canggih ini, screenshot chat rawan dimanipulasi.

Alih-alih mencari cara untuk melindungi korban ataupun mendesak pihak berkepentingan seperti polisi untuk mengusut kasus, netizen tipe ini justru fokusnya pada menjatuhkan dan merendahkan terduga pelaku.

Netizen akan pertama-tama mencari segala informasi yang berkaitan dengan pelaku. Mulai dari akun sosial media, nomor whatsapp, tempat tinggal, lokasi kerja, sampai dengan identitas keluarga terduga pelaku.

Sayangnya, banyak netizen tipe ini yang hanya sekedar ikut-ikutan dan menumpahkan kemarahan dan kebencian di sosial media. Mereka mendapatkan tempat untuk menumpahkan akumulasi dari rasa kesal dan amarah mereka di dunia nyata.

2. Si Pengamat

Sumber: pixabay.com oleh firmbee
Sumber: pixabay.com oleh firmbee

Tipe netizen ini jauh lebih hati-hati dan tidak sembrono merespon isu atau kasus viral di sosial media. Mereka lebih memilih untuk riset-riset dulu dan menganalisis kasus atau isu tersebut.

Meskipun dikatakan sebagai pengamat, tipe netizen ini tidak segan-segan untuk berkomentar di sosial media. Mereka akan berusaha meredam kekacauan dan kebencian agar kasus atau suatu isu bisa dikawal dengan lebih objektif.

Resiko dari netizen tipe pengamat ini tentu ada. Mereka biasanya akan kena semprot dari netizen tipe pertama di atas dan menganggap si pengamat tidak peduli pada korban dan justru berpihak pada pelaku.

3. Si Cuek

Sumber: pixabay.com oleh Gerd Altmann
Sumber: pixabay.com oleh Gerd Altmann
Dari namanya kita tahu bahwa netizen ini cenderung tidak mau merespon isu atau kasus yang viral. Mereka bahkan terkadang tidak tahu kalau ada yang lagi viral.

Tipe netizen ini tidak peduli karena memikirkan isu atau kasus viral itu akan membuang-buang waktu mereka. Masalah diri sendiri saja sudah melelahkan apalagi ikutan mengurus masalah orang lain. Kurang kerjaan kalau kata mereka.

Beberapa netizen tipe ini awalnya tidak cuek lho. Mereka awalnya termasuk tipe pengamat ataupun tipe nomer 1. Mereka memilih jadi cuek bisa karena kecewa kena prank seperti kasus Audrey ataupun kena mental dirujak netizen lainnya.

4. Si Pejuang

Sumber: pixabay.com oleh Mike Renpening
Sumber: pixabay.com oleh Mike Renpening

Tipe netizen ini terkadang susah dibedakan dengan tipe netizen si paling peduli korban. Namun, terlihat jelas fokus mereka dalam penyelesaian masalah yang berbeda.

Tipe pejuang berorientasi pada korban. Mereka tetap mengutuk perbuatan terduga pelaku. Tapi, selama kasus masih abu-abu, mereka akan tetap berpihak kepada korban tanpa menghujat berlebihan kepada terduga pelaku.

Tipe netizen ini ingin memastikan status terduga pelaku dikonfirmasi pihak berwajib dulu. Mereka tidak ingin nantinya justru memfitnah atau mencemarkan nama baik orang lain.

Si pejuang akan mengupayakan korban mendapatkan akses atau informasi perlindungan hukum dan sosial. Netizen tipe ini akan berusaha agar suara terduga korban sampai kepada pihak yang berwajib.

Kita sebagai netizen perlu belajar kembali dari kasus hoax di UNY. Keberpihakan kepada korban adalah keharusan. Namun, jangan jadikan alasan itu sebagai pembenaran untuk melakukan doxing kepada orang yang belun dipastikan statusnya sebagai pelaku.

Mental pembully harus dihindari sebaik mungkin. Selain itu, netizen harus bertanggung jawab atas apapun yang mereka sampaikan melalui ketikan, video, dan suara mereka.

Kalaupun ternyata kasus yang terjadi di UNY kembali terulang, netizen harus berani mengakui kesalahan dan meminta maaf kepada publik maupun korban dari hoax tersebut. Semoga kita semua makin bijak dalam menggunakan sosial media.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun