Alhamdulillah kita telah masuk ke bulan Ramadhan. Bulan yang diberkahi dan dimuliakan ALLAH. ALLAH telah mengabulkan doa-doa kita sebelum ini. Sebagaimana doa yang mahsyur disampaikan para ulama, "Allaahumma baariklanaa fii rajaba wa sya'ban wa ballighnaa Ramadhaan". Ya ALLAH berkahilah kami di bulan Rajab dan Syaban, dan sampaikanlah kami ke ( bulan ) Ramadhan.
Siapa yang tak rindu dengan Ramadhan, padahal Ramadhan adalah madrasah harapan ? Harapan agar kita menjadi orang yang bertakwa. "Hai orang-orang yang beriman, diwajibkan atas kamu berpuasa sebagaimana diwajibkan atas orang-orang sebelum kamu agar kamu bertaqwa" (QS Al-Baqarah : 183). Â Sementara orang yang bertakwa adalah manusia yang paling mulia di hadapan ALLAH. "Sesungguhnya orang yang paling mulia di antara kamu di sisi Allah ialah orang yang paling bertaqwa di antara kamu" (QS Al-Hujurat : 13).
Lalu kita dengan gegap gempita mengucapkan, "Marhaban yaa Ramadhan".. sebagai ucapan gembira menyambut Ramadhan. Layaknya tamu agung yang berkunjung ke rumah kita. Tetapi Marhaban bukan sekedar ucapan selamat datang. Marhaban bukan sembarang kata-kata menyambut tamu.Â
Marhaban diambil dari kata rahb yang berarti "luas" atau "lapang". Sehingga marhaban menggambarkan bahwa tamu disambut dan diterima dengan dada lapang, penuh kegembiraan serta dipersiapkan baginya ruang yang luas untuk melakukan apa saja yang diinginkannya. Di antara persiapannya adalah membersihkan rumah kita dari kotoran-kotoran yang mengganggu. Jadi menyambut Ramadhan yang segera datang, kita berusaha untuk membersihkan diri kita dari segala maksiat dan godaan syetan. Tetapi, bukankah syetan dibelenggu di bulan Ramadhan ?
"Apabila Ramadhan tiba, pintu surga dibuka, pintu neraka ditutup, dan syetan dibelenggu."
Syetan tidak diizinkan memperbanyak godaan terhadap kita. Sehingga di bulan Ramadhan kita akan mengenali diri kita. Kalau ada yang bertanya mengapa di bulan Ramadhan ini kita tetap digoda syetan ? Tetap ingin maksiat ? Bisa jadi itu aslinya. Jadi selama ini kalau menyalahkan syetan itu namanya memfitnah syetan. Padahal kata syetan,"Kamu gak digoda saja terjerumus. Jadi selama ini saya gak godain kamu, kamu yang godain saya." Jangan-jangan memang kita yang menggoda syetan. Â
Kisah Menggoda Syetan
Imam Al Ghazali pernah berkata kepada muridnya yang mengeluh syetan terus datang meskipin ia berdzikir. "Bagaimana pendapatmu Anakku", ujar beliau, "Tentang seorang yang berulang kali mengusir anjing tempatnya duduk, tapi di situ dia selalu menyanding tulang, jeroan, dan daging yang amat disukai si anjing?"
"Pasti anjing itu selalu kembali", si murid menanggapi, "Meski diusir berulang kali. Karena di sisi orang itu, masih tersaji hal yang mengundang minatnya."
"Begitu pula dzikir kita", urai Imam Al Ghazali, "Adalah hal yang ditakuti syaithan. Ia lari terbirit tiap kali lisan dan hati melantunkan wirid. Tapi ia akan selalu kembali selama di dalam dada ini kita menyuguhkan hal-hal yang menjadi kegemarannya."
"Apakah itu Guru?" "Penyakit hati. Seperti sombong, tamak, dan dengki."
Tidak akan masuk surga orang yang dalam hatinya ada kesombongan sebesar biji dzarrah. (HR. Muslim)
Kesombongan sekecil apapun tidak membuat orang masuk surga. Seorang sahabat bertanya, "Bagaimana jika seorang suka bajunya bagus, sendalnya bagus...?"
Bukan itu yang dimaksud kesombongan.
Nabi shalallahu 'alaihi wa sallam menjawab,
,
"Sungguh Allah itu Maha Indah, dan mencintai keindahan. Kesombongan itu adalah menolak kebenaran dan memandang remeh orang lain." (HR. Muslim)
Semoga kita dapat membersihkan kesombongan sesuai hadits ini, sehingga kita dapat memasuki bulan Ramadhan dengan hati yang bersih.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H