Ahok tidak tertandingi. Elektabilitas Ahok tinggi. Ahok terpopuler di Jakarta. Bahkan, mundurnya Ridwan Kamil dianggap pendukung Ahok takut kalah bersaing dengan Ahok. Kata-kata di berbagai media itu sepertinya ingin menghipnotis kita. Padahal...?
1. Ahok Populer Karena Kata-katanya Yang Kasar.Â
Saat sejarawan JJ Rizal melakukan kritik kepada Ahok dengan menantang sang Gubernur untuk berani menggusur lingkungan rumahnya di kawasan Pluit, Jakarta Utara Ahok langsung bilang "Goblok". "Dia itu goblok, gak bisa bedain antara Pantai Indah Kapuk dan Pluit."[caption caption="Sumber Foto : Kompas"]Di sebuah wawancara di televisi swasta yang boleh jadi ditonton jutaan orang, Ahok lebih parah lagi mengatakan kata "T*i". Beliau mengeluarkan kata-kata kotoran tidak hanya sekali. Kata-kata kasar yang terkesan tegas dengan gayanya itulah salah satunya yang membuat ia populer dengan cepat.
Beliau juga pernah mengatakan "mampus semuanya " yang ditujukan kepada warga di Bantaran Waduk Pluit yang tidak mau digusur.
Gaya ceplas-ceplos ini menggambarkan isi kepala Ahok sesuai kata Aa Gym,"Teko mengeluarkan isinya." Isinya air putih yg keluar putih. Isinya air teh keluar air teh. Isinya air comberan yang keluar air comberan. Dan sangat disayangkan kalau sampai ditiru oleh generasi muda kita.
2. Ahok Terpilih Karena Bersama Jokowi
Jokowi pada saat itu sedang terang bintangnya. Citranya di media melonjak tinggi tak terbendung. Maka, Ahok yang dipilih oleh Jokowi untuk mendampingi akhirnya terpilih bersama Jokowi. Sekarang ia menikmati limpahan jabatan karena si Gubernur tertarik jabatan yang lebih tinggi : Presiden. Jadi, Ahok sebenarnya numpang kepopuleran Jokowi.
3. Ahok Menyinggung Soal SARA untuk Menaikkan Citra
Dan sekarang memang sedang dibesarkan oleh media. Jargonnya yang terkenal " Saya bangga jadi kafir tapi tidak korupsi" diagung-agungkan. Beliau merasa diserang oleh isu SARA padahal jargonnya itu menyenggol isu SARA. Padahal korupsi bukan urusan muslim dan non muslim, tetapi perilakunya, karena terbukti yang korupsi dari kalangan non muslim juga banyak.Â
4. Elektabilitas Tinggi Karena Belum Ada Yang Memastikan Diri Jadi Cagub
Â
Menurut Populi Center dilihat dari elektabilitas top of mind atau pertanyaan terbuka apabila Pilgub DKI dilakukan hari ini hanya 49,5 % yang menyatakan akan memilih Ahok kembali. Dan bisa saja angka ini akan menurun karena ada deklarasi dari calon lain. Apalagi calon-calon lain punya potensi yang bagus seperti Yusril, Adhyaksa Dault, ataupun Sandiaga Uno. Hampir tak ada celah untuk berkampanye negatif kepada mereka.Â
Jadi, populer belum tentu dipilih mayoritas. Karena populer belum tentu disukai. Dan seperti kata Bang Pepih :Â Ahok bisa dikalahkan! Kata saya : sangat bisa.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H