Artikel diterjemahkan dan diparafase oleh Psikolog Arif (Arif Budi Setiawan, M.Psi., Psikolog)
dari buku : Even Happier A Gratitude - Tal Ben Shahar.
Kita seringkali terlalu fokus pada kesenangan (pleasure) daripada kebahagiaan (happiness), bahkan masyarakat kita juga menunjukkan ke arah itu, sehingga muncul banyak sekali buku, seminar, atau workshop yang bertujuan untuk mendapatkan solusi instan dan kehidupan yang minim perjuangan. Kondisi tersebut yang menuntut serba cepat akan cenderung membuat kita cenderung mengabaikan kebutuhan akan makna. Padahal kebahagiaan yang sejati juga melibatkan ketaknyamanan secara emosional dan pengalaman yang sulit. Viktor Frankl mengatakan "apa yang sebenarnya dibutuhkan manusia bukanlah keadaan tanpa ketegangan sama sekali, melainkan adanya perjuangan dan berupaya keras untuk mencapai tujuan yang diinginkan.
Hal yang kita butuhkan bukan mencoba untuk membuang semua kecemasan atau ketegangan dengan cara apapun, akan tetapi memberi makna karena muncul hal tersebut. Mampu melewati masa-masa sulit dapat meningkatkan kapasitas kita untuk menikmati kesenangan. Kondisi tersebut akan menggiring kita agar tidak meremehkan kesenangan dan tetap dapat mensyukuri kesenangan yang didapatkan baik besar maupun kecil. Bersyukur adalah bagian dari mencari sumber makna dan mencari kesenangan yang sesungguhnya. Bahkan kita tetap bisa mencari makna dari kesenangan maupun musibah yang kita alami.
Ingatlah kembali pengalaman sulit atau menyakitkan yang pernah anda alami. Apa yang bisa kita pelajari dari hal itu?
__________________________________________________________________________
__________________________________________________________________________
__________________________________________________________________________
__________________________________________________________________________
__________________________________________________________________________
Minggu ini saya bersyukur pada hal :
__________________________________________________________________________