Masa remaja adalah masa peralihan dari anak-anak menuju proses kedewasaan. Masa remaja berada pada rentang usia 12 sampai 21 tahun (Monks, 2002). Pada masa ini dianggap sebagai masa yang cenderung labil karena sedang berada pada fase pencarian jati diri (Hurlock, 2017). Selain itu, secara pertumbuhan fisik remaja mengalami banyak perubahan. Seperti kondisi hormonal yang menyebabkan perubahan secara fisik dan perkembangan secara cara pikir. Perubahan secara eksternal juga dirasakan oleh remaja, misalnya banyak informasi yang begitu mudah didapatkan akan membuat remaja rentan mengalami distress. Distress adalah bagian dari kondisi stress (penuh tekanan) yang cenderung mengganggu dan tidak menyenangkan. Oleh karena itu, dengan meningkatkan skill terapi mindfulness diharapkan dapat menurunkan distress yang dirasakan oleh remaja.
Remaja merupakan masa peralihan dari anak-anak ke masa dewasa, pada masa ini remaja berada pada masa "thunder and stress" (Hurlock, 2017). Masa tersebut adalah kondisi dimana remaja sedang mengalami perubahan secara fisik dan psikologis dengan cepat. Selain itu, kondisi emosional juga mengalami perubahan dan ketidakstabilan (Santrock, 2007). Pada masa remaja ini juga disebut sebagai pencarian jati diri. Satu sisi remaja sudah tidak lagi menjadi anak-anak, akan tetapi juga belum bisa disebut sebagai individu yang dewasa karena secara proses pemikiran dan kemampuan finansial belum bisa mandiri. Kondisi tersebut dapat menyebabkan remaja rentan terhadap kondisi stress (Nasrudin et al, 2020). Menurut Casey et al. (2010) hal tersebut terjadi karena remaja mengalami perubahan signifikan pada kondisi fisik, mental, dorongan untuk mandiri, peningkatan interaksi sosial dan teman sebaya.
Tugas perkembangan remaja menurut Havighurst (dalam Ikiugu, Ciaravino, 2007) diantaranya adalah mencapai hubungan yang baru dan lebih masak dengan teman sebaya, mencapai peran sosial (maskulin atau feminin), menerima keadaan fisik serta dapat mempergunakannya secara efektif, dapat mencapai kemandirian emosional, mencapai kepastian kemandirian secara ekonomi, memilih dan mempersiapkan diri untuk bekerja, mempersiapkan diri untuk memasuki kehidupan perkawainan dan kehidupan berkeluarga, mengembangkan kemampuan serta konsep intelektual untuk tercapainya kompetensi sebagai warga negara, menginginkan dan mencapai perilaku yang dapat dipertanggungjawabkan secara sosial, dan memperoleh rangkaian sistem nilai dan etika sebagai pedoman perilaku. Tugas-tugas perkembangan tersebut jika mampu diselesaikan dengan baik maka akan tercapai kepuasan, kebahagiaan, dan penerimaan dari lingkungan. Ketika ada hambatan, remaja akan rentan mengalami distress.
Distress dapat diartikan sebagai jenis stress yang negatif dan dapat mengganggu individu yang mengalaminya (Lumongga dalam Sukoco, 2014), sedangkan stress adalah tekanan internal maupun eksternal serta kondisi bermasalah lainnya dalam hidup, baik bersifat fisik maupun psikologis (Ardani, 2007). Hambatan dan tekanan yang dialami oleh remaja dalam proses pertumbuhan dan perkembangannya akan dapat menyebabkannya mengalami kondisi distress. Salah satu teknik untuk mengurangi distress pada remaja adalah menguasai teknik terapi mindfulness. Terapi mindfulness ini merupakan salah satu cara untuk mengurangi distress yang dirasakan remaja. Mindufulness adalah teknik penurunan tekanan pikiran dengan cara meningkatkan kesadaran diri melalui kondisi terjaga, penuh perhatian dan perlu pemisahan terkait proses kognisi, motivasi, dan keadaan emosi atau perasaan (Brown & Ryan, 2003).
Terapi mindfulness merupakan salah satu bagian dari teknik psikoterapi DBT (Dialectical Behavioral Therapy), menjadi teknik protokol utama MBSR (Mindfulness Based Stress Reduction), dan menjadi model dari MBCT (Mindfulness Based Cognitive Therapy). Mindfulness dilakukan dengan tujuan meningkatkan pemahaman tentang faktor kognitif, emosional, perilaku, biokimia, dan neurologis (Didonna, 2009). Peningkatan skill Terapi mindfulness ini diharapkan dapat menurunkan distress yang dialami oleh remaja.
Biegel (2009) menyusun tahap pertahap untuk melakukan mindfulness dalam menurunkan stres pada remaja. Pada tahap awal perlu diketahui terlebih dahulu niat atau alasan, mengenal diri sendiri, serta mengenal beberapa hal terkait stres. Pada tahap intervensi, ada pengenalan terkait mindfulness dan langkah-langkah aplikatif yang bisa dilakukan. Tahap akhir adalah mengenal situasi, solusi, eksplor kegiatan yang bermanfaat, dan melakukan self care. Tahap tindak lanjut adalah meluangkan waktu sebelum melakukan aksi dan memberikan apresiasi ke diri sendiri. Secara detail, berikut langkah dan penjelasannya.
Berikut 34 langkah dalam menerapkan mindfulness untuk menurunkan distress pada remaja :
1) Menetapkan Niat
Niat atau alasan apa yang membuat kita ingin mengelola stres? Ini perlu suatu alasan tersendiri yang datang dari diri sendiri, bukan karena suatu paksaan atau permintaan dari orang lain. Misalnya ingin menurunkan keluhan terkait sakit kepala atau kondisi tidur yang kurang nyenyak di malam hari, atau ada alasan lain misalnya ingin memiliki hubungan sosial yang lebih hangat dengan teman atau keluarga. Alasan ini kemudian kita coba lepaskan tanpa adanya suatu keharusan mencapainya.
2) Mempelajari Siapa Diri Anda