Mohon tunggu...
Arif Budi Setiawan
Arif Budi Setiawan Mohon Tunggu... Psikolog - M.Psi., Psikolog

Psikolog Klinis Rumah Sakit Jiwa Daerah (RSJD) dr. Arif Zainuddin Surakarta | Psikolog Klinis Aplikasi Daring Alodokter http://s.id/telekonseling | Founder www.psikologklinis.com

Selanjutnya

Tutup

Healthy Artikel Utama

Bagaimana Mengatur Pikiran yang Mengganggu dan Pikiran Negatif?

12 September 2022   12:00 Diperbarui: 13 September 2022   04:56 595
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi mengatur pikiran negatif (Sumber gambar dari Kompas.com)

Meredakan pikiran ini kita menyengaja meramaikan pikiran. Pikiran-pikiran ini kita sengaja hubung-hubungkan dengan pikiran yang lainnya (yang bisa saja tidak berkaitan sama sekali), hingga akhirnya kita merasa bahwa pikiran yang muncul (overthinking) tersebut hanyalah omong kosong. 

3. Mengatur Keyakinan Negatif

Ini adalah hal yang lebih kompleks, akan tetapi memiliki pengaruh yang sangat besar selama proses konseling. 

Pertanyaan-pertanyaan ini akan memerlukan banyak proses berpikir secara mendalam, dan bisa saja akan memerlukan energi yang lebih banyak. Pertanyaan-pertanyaan yang perlu dijawab antara lain :

  • Identifikasi pikiran buntu (stuck point), mengapa Anda memikirkan hal tersebut? Secara umum, apa pengaruhnya memikirkan hal tersebut? Bagi diri Anda, bagi orang lain di sekitar Anda, dan pada dunia?
  • Pikiran buntu apa saja yang muncul? Sebutkan beberapa pikiran buntu yang muncul?
  • Menghubungkan pikiran buntu dengan situasi yang ada pada waktu itu, emosi apa yang muncul, serta apa yang dilakukan pada waktu itu?
  • Menanyakan pikiran negatif, apa buktinya? Apa bukti yang menentang pikiran tersebut? Kemungkinan apa yang terjadi dan hal apa yang bisa terjadi karena pemikiran tersebut?

Ilustrasi Overthinking (Sumber gambar: freepik.com)
Ilustrasi Overthinking (Sumber gambar: freepik.com)

Setelah melewati proses pemikiran mendalam seperti di atas, harapannya adalah pasien memiliki insight terhadap pemikiran dan masalah yang ia hadapi. 

Dalam hasil pemikiran yang mendalam di atas, pasien bisa menyatakan pikiran apapun yang muncul terkait kondisi permasalahannya. 

Pasien menyampaikan ia memiliki insight berupa rencana untuk menjaga pola hidup sehat (seperti berusaha memenuhi kebutuhan tidur yang cukup), serta mencoba untuk fokus terlebih dahulu ke pekerjaan untuk sementara.

Referensi: 

  • Tull, Matthew T.; Gratz, Kim L.; Chapman, Alexander L. 2016. The Cognitive Behavioral Coping Skills Workbook for PTSD - Overcome Fear and Anxiety and Reclaim Your Life. Oakland CA: New Harbinger Publications, Inc.
  • www.psikologklinis.com

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Healthy Selengkapnya
Lihat Healthy Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun