Mohon tunggu...
Arif Budi Setiawan
Arif Budi Setiawan Mohon Tunggu... Psikolog - M.Psi., Psikolog

Psikolog Klinis Rumah Sakit Jiwa Daerah (RSJD) dr. Arif Zainuddin Surakarta | Psikolog Klinis Aplikasi Daring Alodokter http://s.id/telekonseling | Founder www.psikologklinis.com

Selanjutnya

Tutup

Healthy Pilihan

Mengenal Perilaku Melukai Diri

31 Juli 2021   11:48 Diperbarui: 3 Agustus 2021   13:15 1761
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi banyak memiliki masalah. Sumber gambar devianart,com/spaceyglow

Pernahkah kita melihat teman, saudara, atau bahkan anak kita memiliki luka yang terstruktur dan tanpa alasan yang jelas?

Apakah ia cenderung suka menyendiri dan memiliki luka disuatu tempat yang konsisten?

Apakah ada benda kimiawi berbahaya di kamarnya? Apakah ada luka bakar tertentu dalam tubuhnya? Apakah ada luka memar akibat pukulan dengan alasan yang kurang jelas? Apakah dia sering melakukan kegiatan agresi atau perkelahian dalam suatu lingkungan tertentu?

Disaat itu, kita perlu melakukan pendekatan kepadanya. Bisa saja ia terlibat perilaku melukai diri sendiri atau biasanya disebut sebagai Non Suicidal Self Injuri (disingkat NSSI), yaitu perilaku yang dapat melukai diri sendiri, disengaja, tanpa disertai adanya keinginan untuk bunuh diri (Zakaria & Theresia, 2020). 

Menurut APA (2013), NSSI (disini akan kita sebut sebagai perilaku melukai diri) adalah perilaku untuk menciderai diri sendiri yang disengaja (bisa dalam bentuk menyayat, membakar, memukul, atau menusuk anggota tubuh sendiri) yang dapat menimbulkan pendarahan, memar, dan rasa sakit untuk tujuan mendapatkan kerusakan tubuh ringan, tanpa adanya niat untuk bunuh diri.

Perilaku melukai diri sendiri berbeda dengan percobaan untuk bunuh diri. Meskipun demikian, orang yang memiliki perilaku tersebut akan cenderung mempertimbangkan untuk bunuh diri jika dibandingkan dengan orang yang tidak memiliki perilaku melukai diri sendiri (Tresno dkk, 2012). 

Orang yang memiliki perilaku melukai diri ini bersifat pribadi. Beberapa dari kita sebagai orang disekelilingnya bisa saja tidak mengetahui orang terdekat kita melakukan hal tersebut. Oleh karena itu, sebaiknya kita memiliki kepekaan yang baik terhadap orang disekitar kita. Atau mengajaknya untuk mengunjungi layanan kesehatan terdekat.


Akan ada banyak faktor terkait orang yang memiliki perilaku melukai diri sendiri. Menurut Baetens dkk (2014) terkait adanya kesulitan hidup yang ia rasakan dan memiliki tingkat toleransi terhadap stres yang rendah. Permasalahan membuatnya merasa memiliki pengalaman hidup yang cenderung negatif, disertai dengan kurang bisa mencari jalan keluar terhadap permasalahannya. Atau bisa disebut sebagai mekanisme coping yang tidak adaptif (Labouliere, 2009). 

Faktor lainnya juga bisa membuat orang melakukan perbuatan melukai diri sendiri, yakni menjadi korban bully-ing. Pelaku melukai diri sendiri bisa juga terjadi karena ikut-ikutan. Mengambil informasi dari luar tanpa menelaahnya terlebih dahulu. Istilah lainnya adalah menelan mentah-mentah informasi yang diterimanya.

Pelaku melukai diri ini biasanya dilakukan demi mendapatkan sensasi tertentu. Ia akan mencari sensasi tersebut meskipun itu adalah rasa sakit (Hornor, 2016). Setelah mendapatkan sensasi yang diinginkan akan timbul perasaan lega dan ada sensasi kepuasan. Meskipun demikian akan ada efek berupa risiko terinfeksi atau bekas luka pada tubuh. 

Faktor interpersonal sangat berpengaruh terhadap perilaku melukai diri ini, termasuk hal terkait hubungan sosial dengan orang lain, pengaruh media, dan penyelesaian konflik yang ia alami. Untuk pemeriksaan lebih lanjut terkait perilaku melukai diri ini bisa dikonsultasikan kepada Psikolog Klinis di layanan fasilitas kesehatan terdekat.

Ilustrasi banyak masalah. Sumber themindsjournal.com
Ilustrasi banyak masalah. Sumber themindsjournal.com


Pustaka :

American Psychiatric Association. (2013). Diagnostic and Statistical Manual of Mental Disorders (5th ed.). Washington DC: American Psychiatric Publishing.

Baetens, L, Claes, L., Onghena, P., Grietens, H., Van Leeuwen, K., Pieters, C., (2014). Non-suicidal self-injury in adolescence: A longitudinal study of the relationship between NSSI, psychological distress and perceived parenting. Journal of Adolescence, 37(6), 817-- 826. Griffith, J. W.

Hornor, G. (2016). Nonsuicidal Self-Injury. Journal of Pediatric Health Care, 30(3), 261--267.

Tresno, F., Ito, Y., & Mearns, J. (2012). Self-Injurious Behavior Indonesian College Students. Death Studies, and Suicide Attempts Among 36(7), .

Zakaria, Z.Y.H.; Theresa, R.M. (2020). Faktor-faktor yang Mempengaruhi Perilaku Nonsuicidal Self-Injury (NSSI) Pada Remaja Putri. Jurnal Psikologi Sains dan Profesi Vol. 4 No 2, Agustus 2020 : 85-90.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Healthy Selengkapnya
Lihat Healthy Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun