Pernahkah kita melihat teman, saudara, atau bahkan anak kita memiliki luka yang terstruktur dan tanpa alasan yang jelas?
Apakah ia cenderung suka menyendiri dan memiliki luka disuatu tempat yang konsisten?
Apakah ada benda kimiawi berbahaya di kamarnya? Apakah ada luka bakar tertentu dalam tubuhnya? Apakah ada luka memar akibat pukulan dengan alasan yang kurang jelas? Apakah dia sering melakukan kegiatan agresi atau perkelahian dalam suatu lingkungan tertentu?
Disaat itu, kita perlu melakukan pendekatan kepadanya. Bisa saja ia terlibat perilaku melukai diri sendiri atau biasanya disebut sebagai Non Suicidal Self Injuri (disingkat NSSI), yaitu perilaku yang dapat melukai diri sendiri, disengaja, tanpa disertai adanya keinginan untuk bunuh diri (Zakaria & Theresia, 2020).Â
Menurut APA (2013), NSSI (disini akan kita sebut sebagai perilaku melukai diri) adalah perilaku untuk menciderai diri sendiri yang disengaja (bisa dalam bentuk menyayat, membakar, memukul, atau menusuk anggota tubuh sendiri) yang dapat menimbulkan pendarahan, memar, dan rasa sakit untuk tujuan mendapatkan kerusakan tubuh ringan, tanpa adanya niat untuk bunuh diri.
Perilaku melukai diri sendiri berbeda dengan percobaan untuk bunuh diri. Meskipun demikian, orang yang memiliki perilaku tersebut akan cenderung mempertimbangkan untuk bunuh diri jika dibandingkan dengan orang yang tidak memiliki perilaku melukai diri sendiri (Tresno dkk, 2012).Â
Orang yang memiliki perilaku melukai diri ini bersifat pribadi. Beberapa dari kita sebagai orang disekelilingnya bisa saja tidak mengetahui orang terdekat kita melakukan hal tersebut. Oleh karena itu, sebaiknya kita memiliki kepekaan yang baik terhadap orang disekitar kita. Atau mengajaknya untuk mengunjungi layanan kesehatan terdekat.
Akan ada banyak faktor terkait orang yang memiliki perilaku melukai diri sendiri. Menurut Baetens dkk (2014) terkait adanya kesulitan hidup yang ia rasakan dan memiliki tingkat toleransi terhadap stres yang rendah. Permasalahan membuatnya merasa memiliki pengalaman hidup yang cenderung negatif, disertai dengan kurang bisa mencari jalan keluar terhadap permasalahannya. Atau bisa disebut sebagai mekanisme coping yang tidak adaptif (Labouliere, 2009).Â
Faktor lainnya juga bisa membuat orang melakukan perbuatan melukai diri sendiri, yakni menjadi korban bully-ing. Pelaku melukai diri sendiri bisa juga terjadi karena ikut-ikutan. Mengambil informasi dari luar tanpa menelaahnya terlebih dahulu. Istilah lainnya adalah menelan mentah-mentah informasi yang diterimanya.
Pelaku melukai diri ini biasanya dilakukan demi mendapatkan sensasi tertentu. Ia akan mencari sensasi tersebut meskipun itu adalah rasa sakit (Hornor, 2016). Setelah mendapatkan sensasi yang diinginkan akan timbul perasaan lega dan ada sensasi kepuasan. Meskipun demikian akan ada efek berupa risiko terinfeksi atau bekas luka pada tubuh.Â