Mohon tunggu...
Arif Budi Setiawan
Arif Budi Setiawan Mohon Tunggu... Psikolog - M.Psi., Psikolog

Psikolog Klinis Rumah Sakit Jiwa Daerah (RSJD) dr. Arif Zainuddin Surakarta | Psikolog Klinis Aplikasi Daring Alodokter http://s.id/telekonseling | Founder www.psikologklinis.com

Selanjutnya

Tutup

Healthy Artikel Utama

Meningkatkan "Self Esteem" Remaja Lewat Seni

26 Juli 2021   10:21 Diperbarui: 29 Juli 2021   02:04 1210
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Ketika kita memiliki anak yang sudah berusia belasan, sudah mulai banyak perubahan dalam dirinya. 

Bisa perubahans secara fisik karena faktor hormonal. Jika anak perempuan, mulai membesar bagian dada dan pinggul, bagi anak laki-laki mulai ada perubahan suara dan munculnya jakun, dan lain-lain. 

Perubahan fisik yang dirasakan remaja juga akan berpengaruh pada kondisi psikologis dan kehidupan sosialnya. Ia akan merasa sudah dewasa dengan pengalaman tentang kehidupan yang belum matang. 

Ia merasa memiliki rencana kehidupan sendiri dan sudah merasa dirinya bisa hidup mandiri, akan tetapi sebenarnya masih sangat bergantung kepada orang lain (terutama orang tua). 

Di sisi lain, ia butuh pembuktian kepada teman-temannya, bahwa ia lebih baik dan lebih hebat. Seringkali remaja akan lebih menuruti kemauan temannya dibanding keinginan orang tua.

Meskipun demikian, ada beberapa kondisi diri idealnya remaja tidak seperti kenyataannya. Ada beberapa remaja yang minder (self esteem rendah) karena ingin memiliki bentuk tubuh yang ideal, akan tetapi kenyataannya ia memiliki tubuh yang terlalu kurus atau terlalu gemuk. 

Kondisi tubuh tersebut diperparah dengan komentar orang terdekat, terutama teman sebayanya. Bahkan disertai dengan nada atau kalimat ejekan. Ini akan semakin menurunkan self-esteem pada remaja.

Apa itu self esteem?

Secara definisi oleh ahli Coopersmith (1967), self esteem adalah evaluasi yang dibuat oleh seseorang mengenai hal yang berkaitan dengan dirinya yang diekspresikan melalui bentuk penilaian tertentu dan menunjukkan level keyakinan dirinya terhadap kemampuannya, penting atau tidak dirinya, dan nilai keberhargaan dirinya. 

Sedangkan Fennel (1998) mengungkapkan bahwa self esteem adalah keyakinan dasar (core belief) secara umum terhadap dirinya. Ketika penilaian individu terhadap dirinya negatif, maka akan muncul kondisi self esteem yang rendah. 

Self esteem atau bisa disebut sebagai tingkat keberhargaan dirinya. Sebagaimana ia menilai dirinya, seberapa berharga atau tidak tentang dirinya.

Ilustrasi self esteem. Sumber gambar Pinterest/Lethia_Yumma
Ilustrasi self esteem. Sumber gambar Pinterest/Lethia_Yumma

Orang yang memiliki self esteem yang rendah akan memiliki kesejahteraan psikologis yang rendah. Dalam artian, orang yang memiliki self esteem yang rendah, kesehatan psikologisnya juga menurun. 

Kondisi tersebut membuat seseorang akan memperlakukan dirinya dengan cara-cara yang kurang baik (Emler, 2001). Terkait memperlakukan diri secara kurang baik, maka akan berpengaruh pada kondisi fisik, mental, dan emosional (Kernis, 2003). 

Oleh karena itu, self esteem akan menentukan bagaimana ia menampilkan dirinya di lingkungan (Oktavianti, Novia, Rahmawati, 2008). Orang yang memiliki self esteem yang tinggi, ia akan menghargai dirinya sendiri dan menampilkan perilaku yang lebih adaptif di lingkungannya.

Self esteem berawal dari adanya pengalaman yang kurang baik dalam hidup. Orang yang memiliki pengalaman yang kurang baik semasa kecil, akan memiliki risiko memiliki keyakinan diri yang negatif, dan cenderung memiliki self esteem yang rendah. Orang yang memiliki self esteem yang rendah akan menjadi kurang mampu untuk berekspresi. 

Hal ini terjadi karena memiliki persepsi negatif terhadap dirinya dan cenderung kurang memiliki keinginan atau bahkan kurang mampu untuk melakukannya. 

Untuk meningkatkan self esteem pada seseorang, dapat dilakukan dengan terapi seni berbasis kognitif behavior. Terapi tersebut efektif dalam meningkatkan self esteem terutama pada remaja yang mengalami kondisi obesitas dan menjadi korban pembully-an (Hasanah, Borualogo, Wahyudi, 2017).

Ilustrasi mengenal kondisi diri sendiri. Sumber gambar Pinterest/The Mind Journal
Ilustrasi mengenal kondisi diri sendiri. Sumber gambar Pinterest/The Mind Journal

Terapi seni tersebut meliputi restrukturasi kognitif dan eksplorasi dan melepaskan emosi. Tahap eksplorasi dan melepaskan emosi melalui media menggambar dengan tahapan sebagai berikut :

1. Menggali hal yang menghambat dalam diri
2. Menggali kelebihan dalam diri kemudian mensyukurinya
3. Mengeksplorasi tentang kehidupan sosial, bisa pertemanan
4. Eksplorasi suasana hati, perasaan, dan sikap

Restrukturisasi kognitif berupa kegiatan untuk :
1. Menentang pikiran otomatis yang kurang adaptif dengan mengatakan "TIDAK"
2. Menentang pikiran yang tidak menyenangkan
3. Fokus pada kelebihan yang ada pada lingkungan
4. Identifikasi pikiran negatif kemudian mengubahnya menjadi lebih adaptif terhadap lingkungan.

Untuk proses terapi, konsultasikan kepada Psikolog Klinis terdekat atau dengan mengakses penyedia layanan konsultasi jarak jauh.

Pustaka :

Alavinezard, R., Mousavi., & Sohrabi, N. (2014). Effects of Art Therapy on Anger and Self-Esteem In Aggressive. Procedia Social and Behavioral Sciences, 113, 111-117.

Coopersmith, Stanley. (1987). The Antecedent of Self-Esteem. San Fransisco : Freman Press.

Emler, Nicholas. (2001). Self-Esteem : The Cost and Causes of Low Self Worth. York : Published for Joseph Rowntree Foundation by YPS.

Fennell, Melanie J. (1998). Cognitive Therapy in the Treatment of Low Self-Esteem. Advances in Psychiatric Treatment. Journal of Psychology.

Fennel, M & Jenkins, H. (2004). Low Self-Esteem. In J. Bennett-Levy, G. Butler, M. Fennel et al (Eds). Oxford Guide to Behavioral Experiments in Cognitive Therapy. Oxford : Oxford Medical Publications.

Hasanah, F.N.UI; Borualogo, I.S.; Wahyudi, Hedi. (2017). Efektifitas Cognitive Behavior Art Therapy untuk Meningkatkan Self Esteem Remaja Obesitas yang Menjadi Korban Perundungan. Journal of Profesion (JPSP) Vol. 1 No 1, Desember 2017.

Kernis, Michael H. (2006). Toward a COnceprualization of Optimalization Self Esteem. Taylor & Francis, Ltd.

Malchiodi, Cathy A. (2003). Handbook of Art Therapy. New York : Guilford Press.

Oktavianti, R., Novia, N.S. & Rahmawati, R. (2008). Self Esteem. Jurusan Psikologi Pendidikan dan Bimbingan Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Pendidikan Indonesia, Bandung.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Healthy Selengkapnya
Lihat Healthy Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun