Mohon tunggu...
Arif Budi Setiawan
Arif Budi Setiawan Mohon Tunggu... Psikolog - M.Psi., Psikolog

Psikolog Klinis Rumah Sakit Jiwa Daerah (RSJD) dr. Arif Zainuddin Surakarta | Psikolog Klinis Aplikasi Daring Alodokter http://s.id/telekonseling | Founder www.psikologklinis.com

Selanjutnya

Tutup

Healthy

Ajak Anak Bermain, Yuk! (Pembahasan Psikologis tentang Aktivitas Bermain pada anak)

10 Juli 2021   10:06 Diperbarui: 10 Juli 2021   10:22 626
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi bermain pada anak. Sumber gambar https://id.pinterest.com/pin/784189353847999443/

Sebagai orang tua seringkali kita fokus agar anak rajin untuk belajar dan berkonsentrasi penuh demi mendapatkan nilai yang baik ketika disekolah.

Ada juga orang tua yang terlalu khawatir ketika anak bermain keluar rumah. Bisa karena takut kotor, takut menjadi bau matahari, takut terkena kuman atau penyakit tertentu, dan hal lainnya.

Sebagai orang tua menganggap bahwa anak yang sedang bermain adalah hal yang tidak baik. Mereka harus rajin belajar, membaca, berlatih menghitung, dan lainnya.
Pandangan orang tua seperti diatas tidak sepenuhnya salah. Sebagai orang tua kita harus memperhatikan perkembangan dan kebutuhan anak. Belajar adalah kebutuhan anak demi kelancaran di bidang pendidikan dan masa depannya. Begitu pula dengan bermain. Anak-anak juga memiliki kebutuhan untuk bermain. Akan lebih baik lagi jika anak-anak bermain sambil mempelajari skill tertentu dan tentunya belajar pelajaran di sekolah. Misalnya mengkombinasikan teknik belajar ilmu pengetahuan alam dengan mengeksplorasi lingkungan. Atau hal lain sesuai dengan kreatifitas orang tua.
Bermain adalah kegiatan yang menyenangkan bagi anak, spontan, sukarela dan tidak spesifik tujuannya (Landreth, 2002). Kebutuhan bermain ini adalah hal yang biasa dimiliki anak-anak diseluruh dunia. Kemampuan bermain ini juga tidak perlu diajarkan kepada anak. Hal tersebut dikarenakan anak-anak memiliki naluri untuk bermain. Bermain memiliki manfaat bagi pertumbuhan dan perkembangan anak. Bermain disini bukan bermain Gim di gawai atau gadget, akan tetapi bermain yang membutuhkan gerakan fisik, hubungan sosial dengan orang lain, membutuhkan pemikiran, dan menggunakan indera sensoris.

Ilustrasi anak bermain. sumber gambar https://id.pinterest.com/pin/784189353847999443/
Ilustrasi anak bermain. sumber gambar https://id.pinterest.com/pin/784189353847999443/

Kebutuhan bermain bagi anak ini akan sangat diperlukan bagi anak dibawah 11 tahun. Tahapan bermain pada anak menurut Piaget berdasarkan umur, sebagai berikut :


- usia 3 - 4 bulan anak bermain dengan cara melakukan sensory motor play. Sensory motor play adalah kegiatan bermain yang memerlukan tindakan fisik serta motorik untuk mendapatkan pengalaman sensori (Santrock, 2011). Kegiatan ini dilakukan dengan gerakan berulang kali yang membuatnya merasa senang. Misalnya kegiatan menjatuhkan atau melempar barang yang ringan. Diulang kembali hingga anak tertawa. Awalnya spontan, kemudian diulang lagi karena merasa senang, kemudian gerakan tersebut diulang kembali.

- usia 7-11 bulan anak bermain dengan objek yang tiba-tiba tidak terlihat. Anak bermain dengan tingkat yang lebih kompleks daripada sebelumnya. Anak pada usia ini menyukai kegiatan bermain cilukba atau peek a boo. Kegiatan bermain dilakukan misalnya dengan menutupi wajahnya dengan kain, kemudian membukanya. Atau gerakan menyembunyikan dan menemukan mainan favoritnya. Anak belajar bahwa objek bisa saja masih ada, meskipun tidak tampak oleh mata anak.

- usia 18 bulan anak akan mulai mencoba memahami perilakunya saat bermain. Pada usia ini, anak akan mencoba untuk mendapatkan pengetahuan baru. Misalnya memukul gelas dengan menggunakan sendok akan membuat bunyi tertentu, kemudian memukul meja dengan menggunakan sendok akan mengeluarkan bunyi yang berbeda.

- usia 2 - 7 tahun anak akan bermain role play atau permainan seolah-olah. Anak mulai menggunakan imajinasinya untuk bermain. Ini menunjukkan perkembangan kemampuan bermain pada anak. Anak bermain dengan menggunakan kemampuan imajinatif, misalnya menggunakan kotak pensil seakan-akan sedang menggunakannya sebagai gawai atau smartphone.

- usia 8 - 11 tahun anak sudah bermain dengan menggunakan aturan tertentu. Anak mencoba untuk bermain secara bergantian, membuat dan memahami aturan dalam permainan tertentu, syarat menang dan kalah dalam permainan.

- anak usia 11 tahun sudah mulai mengembangkan kegiatan permainan yang sudah mengarah ke permainan olahraga, tidak hanya untuk kesenangan saja, melainkan sudah memiliki tujuan untuk menang dan ada pencapaian tertentu setelah permainan.

Ilustrasi bermain pada anak. Sumber gambar https://id.pinterest.com/pin/834362268460583774/
Ilustrasi bermain pada anak. Sumber gambar https://id.pinterest.com/pin/834362268460583774/


Manfaat bermain bagi anak menurut Tedjasaputra (2001), meliputi :
- mengoptimalkan perkembangan fisik berupa meningkatkan kekkuatan otot, stimulasi motorik halus dan kasar, memperkuat koordinasi anggota gerak.
- melatih indera sensoris. Dengan bermain pasir, anak melatih indera peraba. Anak yang bermain balok warna-warni akan melatih indera penglihatan dan meningkatkan kemampuan menghafal warna. Dan masih banyak permainan lainnya yang akan merangsang sensori anak.
- bermanfaat untuk perkembangan sosial. Anak sejak dini sudah dikenalkan dengan pemenuhan kebutuhan sosial. Contohnya bermain cilukba atau peek a boo. Hingga anak yang belajar berkomunikasi dengan orang lain, belajar menunggu giliran menggunakan alat permainan tertentu, belajar bekerja sama, berbagi, negosiasi, hingga penyelesaian konflik ketikan bermain.
- meningkatkan kemampuan mengenal emosi. Karena suatu permainan, anak bisa merasakan dan melampiaskan berbagai macam emosi, mulai dari senang, malu, takut, marah, cemas dengan cara yang dapat diterima oleh lingkungan. Anak juga dihadapi dengan kondisi menerima kekalahan, menghadapi kegagalan, belajar menyelesaikan kegiatan hingga akhir, mencoba berdamai dengan proses.
- meningkatkan perkembangan pikiran dan kreatifitas. Misalnya dengan bermain lego, bermain puzzle, anak akan menumpahkan energi dan pikiran untuk menyelesaikan permainan tersebut.

Ilustrasi bermain pada anak. Sumber gambar https://id.pinterest.com/pin/784189353847999443/
Ilustrasi bermain pada anak. Sumber gambar https://id.pinterest.com/pin/784189353847999443/


Peran orang tua dalam kegiatan bermain pada anak :
- menyediakan waktu untuk bermain dengan anak
- menggunakan alat permaina yang beragam
- bermain dengan anak sekaligus mengajarkan hal- hal yang baik bagi anak. Misalnya pembelajaran moral
- fokus dan konsentrasi dalam bermain
- mengajari anak untuk bermain sportif, taat pada aturan dalam permainan
- menciptakan bermain yang interaktif
- buku cerita untuk meningkatkan pemahaman moral bagi anak
- bermain peran atau bermain pura-pura untuk meningkatkan kemampuan imajinasi bagi anak
- memberi kesempatan anak untuk mengekspresikan emosi

Pustaka :

Landreth, G. L (2002). Play Therapy: The Art of the Relationship. New York: Brunner-Routledge.

Santrock, J. W. (2011). Life-Span Development. USA: McGraw- Hill Companies, Inc.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Healthy Selengkapnya
Lihat Healthy Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun