Contohnya pelajar yang menghadapi tugas sekolah yang banyak disertai akan menghadapi ujian yang penting. Pelajar yang memiliki kecerdasan adversitas yang tinggi dipandang dalam dimensi kecerdasan adversitas memiliki :Control : akan menghadapi dan mengerjakan tugas serta mempersiapkan ujian dengan mengerahkan segenap kemampuannya dan mencari pertolongan jika diperlukan.
Origin & ownership : mengerjakan tugas disertai dengan harus mempersiapkan ujian diakui merupakan hal yang sulit dan merupakan tantangan yang harus diselesaikan.
Reach : tugas serta mempersiapkan diri untuk ujian memerlukan waktu, tenaga, pikiran, bahkan akan menguras emosi. Meskipun sedang fokus mengerjakan untuk keperluan pembelajaran, ia tetap bisa bersosialisasi dengan teman, tetangga, atau keluarga. Ia juga masih bisa memperhatikan tentang kebersihan diri dan memenuhi kebutuhan pribadi lainnya.
Endurance : orang dengan kecerdasan adversitas akan segenap tenaga memanfaatkan kemampuan dirinya dan relasinya untuk menyelesaikan tugas sekolah dan persiapan ujian dengan waktu yang relatif lebih cepat dan dengan ketepatan yang baik.
Tingkatan kecerdasan adversitas diibaratkan dengan kondisi ingin mendaki puncak gunung. Puncak gunung diibaratkan sebagai kesuksesan besar. Untuk sampai ke puncak gunung, perlu menghadapi banyak tantangan. Tingkatan ini dibedakan menjadi 3 :Quitter : diibaratkan sebagai orang yang tidak menginginkan kesuksesan besar dan memilih untuk tidak mendaki gunung. Ia lebih suka berada di rumah yang aman dan tidak menginginkan tantangan.
Campers : orang yang mencoba untuk mendaki gunung, meskipun demikian ia tidak total dalam menghadapi tantangan. Tantangan yang muncul dihindarinya. Ia tidak ingin segera sampai puncak dan memilih untuk beristirahat dalam waktu yang lama.
Climbers : memiliki visi ke depan dalam meraih puncak kesuksesan besar. Ia akan menghadapi tantangan yang muncul demi kesuksesan besar tersebut. Ia memiliki keinginan untuk menaklukkan masalah yang ada demi kesuksesan yang lebih besar.
Ciri orang yang memiliki kecerdasan adversitas yang tinggi akan menganggap bahwa :
Kesulitan yang dihadapi bukan karena kesalahan diri sendiri dan kesalahan orang lain. Masalah dianggap sebagai hal yang sementara dan dalam frekuensi yang terbatas, dan harus dihadapi dengan sebaik-baiknya.
Pustaka :
Stoltz, G.P. (2007). Adversity Quotient:Mengubah Hambatan Menjadi Peluang,alih bahasa:Hermaya.T.Jakarta:PT Grasindo
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H