Mengalami stres setelah kejadian traumatis merupakan kondisi tekanan mental yang dialami setelah peristiwa yang menimbulkan kegoncangan secara mental. Kegoncangan tersebut diantaranya bisa disebabkan oleh :
- kehilangan sosok penting dan yang paling berpengaruh
- Mengalami musibah
- Mengalami kecelakaan atau sakit parah
- Menjadi korban bully-ing, pemerkosaan, atau pemaksaan lainnya
Sampai sejauhmana kejadian trauma dapat menimbulkan stres berkepangjangan bagi seseorang?
Stres berkepanjangan dan menimbulkan gangguan, bisa disebut sebagai PTSD (post traumatic stress disorder). Kondisi PTSD terjadi lebih dari satu bulan dengan ciri-ciri sebagai berikut :
1. Ingatan berulang tentang peristiwa traumatis. Pada anak-anak ingatan berulang bisa muncul dalam bentuk perilaku saat bermain. Bisa berupa bermain dan mengulang peristiwa traumatis yang terjadi. Ingatan berulang berlangsung lebih dari satu bulan.
2. Mimpi buruk yang berulang terkait peristiwa traumatis. Pada anak-anak, akan tampak tidak nyenyak dengan konten mimpi yang sulit dijelaskan olehnya. Mimpi buruk ini terjadi terus menerus hingga lebih dari satu bulan.
3. Reaksi kilas balik tentang peristiwa traumatis. Kilas balik ini seperti muncul bayangan dalam pikiran tentang peristiwa traumatis. Pada anak-anak, bisa tampak pada sikapnya dalam bermain. Reaksi kilas balik atau flashback ini terjadi lebih dari satu bulan.
4. Tekanan psikologis yang intens dan dalam waktu lebih dari satu bulan. Tekanan psikologis atau sering kita sebut sebagai stres atau distres. Bisa berupa suasana hati berubah-ubah, sulit fokus, perasaan tertekan, tubuh kaku, kondisi tubuh tegang, menarik diri, mengalami gangguan makan atau tidur, cenderung berpikir negatif.
5. Menghindari hal terkait dengan peristiwa traumatis. Hal tersebut bisa berupa tempat, orang, suasana, atau benda-benda disekitar yang berhubungan dengan peristiwa traumatis.
6. Munculnya perubahan suasana perasaan atau mood dan pikiran berlebihan lebih dari satu bulan. Pikiran bisa berupa keyakinan berlebihan dan terus menerus tentang hal tertentu. Misalnya pikiran tentang "saya adalah orang jahat", "tidak ada orang yang akan percaya kepada saya", "setiap hal yang ada di dunia ini adalah hal yang berbahaya".
7. Muncul juga perubahan perilaku berupa mudah tersinggung, mudah marah, muncul perilaku yang ceroboh (tanpa berpikir panjang) dan merusak diri.
8. Kondisi-kondisi diatas bukan dikarenakan faktor gangguan fisiologis, obat-obatan, alkohol, atau kondisi medis lainnya.
Jika mengalami kondisi-kondisi diatas sebaiknya segera dikonsultasikan dengan Psikolog Klinis atau Psikiater untuk mendapatkan penanganan lebih lanjut. Penanganan selain dengan menggunakan obat-obatan farmakologi, juga diperlukan penanganan berupa psikoterapi. Psikoterapi untuk orang yang mengalami PTSD berupa Cognitive Behavior Therapy atau CBT.Â
CBT meliputi proses untuk meningkatkan kewaspadaan munculnya tan-tanda PTSD, membangun strategi coping terhadap situasi kecemasan, meningkaktkan kemampuan mengelola perilaku mengganggu atau menyakiti diri sendiri, mengatasi perilaku menghindar dan membebaskan pikiran yang mengganggu, meningkatkan kemampuan mengelola emosi, mencegah perilaku nekat dan merusak diri, meningkatkan kemampuan untuk mengelola tidur, mengendealikan diri dari terjadinya mimpi buruk, meningkatkan kemampuan meningkatkan emosi positif dan meningkatkan kesejahteraan psikologis, dan adanya fase pemulihan PTSD.
Pustaka :
American Psychiatric Association. (2016). Diagnostic and Statistical Manual of Mental Disorders V (DSM - V) Tahun 2015. Retrieved Mei 12, 2018, from: here
Tull, M.T.; Gratz, K.L.; Chapman, A.L. 2016. The Cognitive Behavioral Coping Skills Workbook for PTSD - Overcome Fear and Anxiety and Reclaim Your Life. Oakland : New Harbinger Publications.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H